Jong Woon menatap meja ruangan pribadinya dengan pandangan absurd. Serakan kertas warna-warni bertebaran di mana-mana, ia bingung harus memulai membaca yang mana dulu. Pria dengan aura dingin itu sangat yakin semua ini ada hubungannya dengan segala bentuk penasarannya selama ini tentang pengirim misterius yang suka menempatkan krisan di pintu ruangannya. Jong Woon lalu memutuskan mengambil sebuah kertas yang warna putihnya mulai memudar, diperhatikannya kertas mirip memo yang berisi sederet kata itu baik-baik, sedikit terkejut saat menemukan tahun yang tertulis di sana. Beberapa dari surat itu ditulis lima tahun yang lalu, astaga!Selamat pagi wajangnim,
Ah senang sekali akhirnya aku bisa bekerja disini
^^^^Hari ini kau tampan sekali meskipun kau hanya akan tersenyum saat mengelus cangkang Ddangkoma, ck.
^^^^Kau tampak tak baik hari ini,apa kau sakit?
^^^^
Hey Kim Jong Woon, aku sangat menyukaimu……^^^^
Hari ini ada wanita yang datang dan mengobrol denganmu.
Aku sempat takut kalau dia adalah kekasihmu, tapi ternyata dia adalah kekasih Jong Jin Oppa, astaga untung saja aku belum menangis, hahahaha^^^^
Menunggumu menyadari keberadaanku itu seperti menanti bunga mekar di musim dingin Tuan Kim. Astaga, aku bisa benar-benar gila rasanya.^^^^
Setelah ribuan hari keberadaanku disini akhirnya kau memanggil namaku
Song Ji Sun-ssi, sepert itulah kau memanggilku tadi, hahaha
^^^^Pria itu tertawa kecil membaca kalimat demi kalimat yang tertulis dengan rapi di sana, ada banyak sekali surat, dan pria itu masih membaca sedikit dari banyak surat yang berserakan di mejanya kini. Jong Woon menghentikan tawanya saat perasaan hangat menjalari dadanya, ada sebentuk kegembiraan yang tercipta tatkala ia menyadari ada seseroang yang begitu memperhatikannya selama ini. Dan gadis itu adalah Song Ji Sun, seorang pekerja part time yang keberadaannya sama sekali tak pernah ia perhatikan barang secuilpun.
Ji Sun menulis surat-surat itu hampir setiap hari, sebenarnya itu adalah surat cinta yang tak pernah berani ia berikan pada Jong Woon. Gadis itu menulis tiap lembarnya hampir setiap hari seolah itu adalah kewajiban yang harus ia lakukan. Ia akan merasa menjadi gadis paling bodoh di dunia tiap kali melihat lokernya, namun anehnya ia tak pernah bisa berhenti menulis surat-surat itu untuk pemilik kafe tempat ia bekerja. Sudah seperti ketergantungan saja, dan kini kecerobohannya dalam menyimpan ‘hartu karunnya’ itu membuat semuanya terbongkar. Ya ampun!
-XXX-
“Sepertinya kau akan dapat masalah denganku hari ini Nona Shin,” pungkas Tuan Kim saat Rhae Hoon tengah disibukkan dengan pekerjaanya pagi ini, gadis itu mendongak dan mendapati wajah atasannya itu sama sekali tak terlihat menyeramkan padahal jelas-jelas pria paruh baya itu baru saja mengatakan hal yang sedikit aneh padanya. Masalah? Dan orang yang bilang akan memberi masalah itu malah tersenyum ramah, bukankah itu aneh sekali?
“Kyyyyaaaaaa…”
Rhae Hoon sontak menjulurkan kepalanya mencari sumber kericuhan, ia baru sadar terlalu sibuk pada setumpuk pekerjaan hingga tak menyadari jika kehebohan sedang terjadi di lobi utama.
“Ah, aku akan mengurusnya.” Rhae Hoon pias saat menyadari sumber kericuhan di pagi itu adalah seseorang yang ia kenal, wajahnya tiba-tiba memerah ketika Tuan Kim menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis itu lalu berlari mendekati sumber kericuhan yang kini tengah tersenyum menawan ke arahnya. Lee Sungmin, pria itu sedang duduk dengan memangku sebuah gitar, pria itu baru selesai bermain gitar solo, wajahnya sudah kembali berseri tak seperti hari kemarin saat Sungmin bermutasi menjadi kelinci galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stop Walking By✔️
FanfictionRhae Hoon memiliki satu hobi aneh ; berdiri di bawah hujan. Untuk menunggu Kyu Hyun datang mengomelinya sembari menawarkan diri berbagi payung yang sama, namun selama lima tahun pria yang selalu menemukannya menangis di bawah guyuran hujan adalah S...