Aku masuk ke dalam dojang atau tempat latihan taekwondo saat aku masih SMA dulu. Seorang teman yang merupakan hoobae atau junior-ku dulu sudah menungguku, hari ini rencananya aku akan membantu Gery melatih junior yang lain. Aku memang kerap mampir kemari untuk mengisi waktu kosong jika sedang tidak ada syuting.
"Gila hari ini gue dapat tambahan pengajaran banyak banget!" seru Gery semangat. Dia meninju lenganku pelan.
Aku sebenarnya datang ke sini tidak terlalu berniat mengajar, hanya ingin mengisi waktu kosong. Terlalu banyak kenangan sebenarnya di sini, sepulang sekolah aku akan menghabiskan waktuku di sini dengan beberapa teman dan kenalan yang seumuran.
"Vira bilang dia mau kemari, bantuin gue ngajar anak-anak," cerita Gery membuat gerakanku yang sedang membuka tas olahragaku terhenti.
Kutatap Gery dengan raut yang dibuat sesantai dan sedatar mungkin. "Gue ganti baju dulu," kataku beralasan.
Gery mendengus sebal dan kemudian dia berkata, "Pengecut banget lo Laksa!"
Aku tidak mengindahkan perkataan Gery dan terus berjalan menuju tempat berganti pakaian. Jangan ditanya bagaimana perasaanku sekarang, sebenarnya aku senang akan bertemu Vira. Tapi, aku takut setelah pertemuan ini pertahananku akan bobol dan semuanya hanya akan menyakiti Vira.
Secepat kilat aku berganti pakaian santaiku dengan disebut dobok. Mungkin aku bisa kabur secepat mungkin sebelum Vira muncul, ini masih sore hari. Tentunya Vira masih berada di kantornya.
Sayangnya, saat aku keluar setelah menggunakan dobok lengkap dengan sabuk hitam milikku, aku mendapati Vira berdiri mengobrol santai dengan Gery. Aku terdiam, memperhatikan penampilan Vira yang sepertinya baru pulang kerja karena masih memakai setelan kantoran.
Sebaik mungkin aku menjaga agar sikapku normal, tidak ingin membuat kesalahan dan semakin dibenci oleh Vira. Langkah kakiku dibuat seringan mungkin, aku langsung beralih menuju anak-anak yang siap untuk diberikan pelajaran baru.
"Charyeot!" aku berteriak meminta perhatian para hoobae-ku saat Vira lewat di belakangku. Aku dapat melihat sosoknya dari ekor mataku, dia masih saja cantik dan always stunning dalam balutan blazer biru dongker.
∞∞∞
"Sa! Lo mau kemana? Ikut makan yuk," ajak Gery saat aku sudah membersihkan diri. "Lagi libur kan lo?" tanya Gery lagi.
Aku menatap Vira yang sudah rapi juga, dia menggunakan kaos hitam berlogo chanel. Di bahu Vira menggantung tas ransel, tangan kanannya memegang botol tupperware.
"Udah lama kita nggak ngumpul gini. Lo juga jarang-jarang bisa ke sini Sa," bujuk Gery yang akhirnya membuatku mengangguk setuju.
Vira menatapku dan pandangan kamu bertemu, aku mengulas senyum tipis. Sayangnya Vira membuang mukanya ke arah lain. Dia bahkan mendengus tidak suka karena aku berusaha ramah.
Akhirnya aku memilih berjalan lebih dahulu keluar dari dojang. Tidak lupa aku memakai masker hitam saat menuju ke parkiran motor. Gery mengunci pintu dojang yang memang sudah tidak ada lagi orang. Sementara Vira sudah melaju lebih dahulu menuju mobil BMW mewah yang sepertinya mobil baru Vira.
"Tempat biasa kan?" tanyaku pada Gery yang mengangguk.
Aku langsung menghidupkan mesin motor, memakai helm-ku dan melaju meninggalkan Gery dan Vira. Tempat biasa kami berkumpul merupakan cafe pinggir jalan yang tidak jauh dari dojang. Beberapa kali aku dan Gery sempat hangout di sini tanpa Vira.
Aku melirik spion motorku saat terjebak traffic light yang berwarna merah. Mobil Vira tepat berada di belakangku, aku dapat melihat Vira dari kaca mobil yang tidak terlalu gelap. Vira sedang menggoyangkan kepalanya, sepertinya mengikuti irama musik.
"Gila! Sebucin itu ya lo," cibir Gery yang ternyata berhenti di sebelah kananku. Dia membuka kaca helm-nya dan tersenyum mengejek ke arahku. Matanya mengerling ke mobil Vira yang ada di belakang kami.
Aku diam saja, tidak ingin meladeni ledekan Gery. Dia manusia gila yang selalu saja berusaha ingin menjodohkanku dengan Vira. Sebenarnya dia tahu cukup banyak tentangku dan Vira. Bagaimana pertemanan kami yang cukup mencuri perhatian setiap latihan di dojang.
∞∞∞
"Kalian berdua kenapa sih? Pada diam-diaman aja! Sariawan?" dumel Gery karena aku dan Vira sama-sama canggung dan saling diam. Padahal kami semua sudah sampai di cafe sejak lima belas menit yang lalu.
"Bingung sih mau ngobrolin apa," sahut Vira yang akhirnya bersuara.
"Kalian berdua udah berapa lama sih nggak ketemu? Perasaan dulu dekat banget," tanya Gery penuh selidik.
Astaga! Si Gery ini benar-benar! Padahal dia tahu hubunganku dan Vira tidak begitu baik. Dia tahu aku ini bucin berat di akar kuadrat dengan Vira. Tapi ini apa? dia pura-pura bodoh? Shit! He is so stupid!
"Kita pernah ketemu soal kerjaan. Kira-kira dua bulan yang lalu," kataku menjawab pertanyaan Gery yang justru mengangguk bodoh.
"Gue sebenarnya mau ngajakin lo kerja sama lagi Sa." Vira menatapku dengan ragu-ragu. Bibirnya tersenyum kecut saat aku masih diam saja untuk beberapa detik. "Bukan dengan perusahaan Ayah. Tapi, sama Mahesa Group," lanjut Vira.
"Wagela seh! Mantep tuh Sa!" seru Gery semangat.
Aku menghela napasku pelan, aku tahu soal tawaran kerja sama ini. Baru saja beberapa hari yang lalu aku menolak tawaran ini. "Gue udah tolak tawaran itu sih. Beberapa hari yang lalu Mas Adam ada tanya soal itu ke gue," jelasku.
Aku mengangkat cangkir kopi hitam milikku, mencuri pandang ke arah Vira saat menyeruput kopiku. Senyum getir dan wajah panik Vira jelas tertangkap indera penglihatanku. Bahkan Vira menggigit bibir bawahnya menjadi sangat gelisah.
"Lo nggak mau mikir ulang? Mahesa Group loh ini Sa," kata Vira mencoba meyakinkanku. Walaupun aku tahu Vira memakiku di dalam hatinya.
Kesempatan ini akan aku gunakan untuk Vira memohon-mohon denganku. Aku tidak akan dengan mudah melepaskan kesempatan yang jarang terjadi seperti ini. Meskipun ujung-ujungnya aku pasti akan setuju dan luluh juga dengan Vira.
"Lo bisa jelasin soal tawaran kerja sama itu?" pintaku dengan modus tersembunyi.
Gery berdeham pelan, dia melirikku jahil sembari menyeruput ice chocolatte pesanannya. Punya teman kok begini banget, suka menjatuhkan teman sendiri. Lain kali aku akan memberikan Gery pertandingan yang mengesankan untuknya.
"Oke! Bisa! Lo bisa kapan?" Vira menyetujui permintaanku dengan wajahnya yang sedikit lega.
"Nanti gue minta Mas Adam hubungi lo," ujarku.
"Gila! Sama teman sendiri lo sadis banget sih Sa. Masa si Vira harus lewat Mas Adam dulu buat bisa ketemu lo," komentar Gery tidak terima.
Aku menaikkan alisku sebelah, menantang Gery. Seolah-olah berkata bahwa; lo diam jangan banyak bacot!
"Nggak papa kali Ger. Gue malah lebih suka begini, profesional soalnya," kata Vira dengan nada suaranya yang sengaja menekan kata profesional dan entah kenapa itu mencubitku. Menyadarkanku bahwa hubunganku dan Vira hanya sebatas bisnis semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Up With Him (Selesai)
Literatura FemininaVira dan Laksa sudah saling mengenal sejak lama, keduanya harus menikah karena sebuah insiden. Pekerjaan Laksa yang seorang artis membuat keduanya harus menyembunyikan pernikahan mereka. *** Vira Saladin sangat membenci Laksamana Hadi Aji yang merup...
Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi