Chapter One

993 31 7
                                    

Charlena POV

Hari pertama gue di kelas sebelas. Gue melempar tas ke kursi di paling belakang. Tempat kesukaan gue sejak kelas sepuluh. Terkesan menarik diri? Ya, gue emang menarik diri. Katakanlah gue ansos. Padahal nggak. Disini emang gue keliahatan nya ansos. Padahal gue cuma susah bergaul aja. Sahabat gue disini pun cuma satu.

"Sasya!" Gue mendengar suara cempreng yang manggil nama gue dan menaruh tas nya di samping tempat duduk gue. Tanpa nengok pun gue tau itu siapa. Cuma ada dua orang yang manggil gue Sasya disini.

"Pagi, kitkat." Sapa gue sambil terkekeh. Dia Cathrien. Sahabat gue sejak kelas tiga sd. Dia juga tetangga gue.

"Gila, seneng banget gue. Akhirnya gue sama lo bisa sekelas juga." Ujar nya. Gue hanya mengangguk.

"Sama gue juga seneng. Akhirnya gue ada temen juga di kelas." Gue tersenyum miris.

"Jangan ngomong gitu ah. Lo tau walau lo sama gue pisah kelas gue bakal selalu ada buat lo kok. Gue bakal selalu nemenin lo setiap istirahat." ujar Cathrien sambil menepuk bahuku.

Gue tersenyum lalu mengangguk. "Gue tau kok. Thanks ya Cath."

"Anything for my bestie." Gue beruntung banget punya sahabat kayak dia. Nggak tau apa jadinya kalau dia nggak satu sekolah sama gue. Pasti gue bakal sendirian.

"Eh, kita nggak sekelas sama cowok iblis itu kan?" Gue bertanya penasaran. Nggak lucu kalau gue harus sekelas sama cowok iblis itu. Yang ada bisa gila gue.

"Nggak. Kita nggak sekelas sama Jemmi. Malah bagus kan. Lo nya jadi nggak stress." Gue hanya tersenyum. Ya stress. Stress gara-gara gagal move on. Akhirnya bel pun berbunyi. Wali kelas baru gue, Pak Andi masuk kelas dan mulai mengabsen.

Saat mencapai nomor urut absen lima nama gue disebut. "Astria Charlena R" Gue mengangkat tangan. Menunjukan kalau gue hadir. Nasib punya nama huruf depan A pasti absen nya selalu awal.

Setelah acara absen mengabsen selesai dilanjutkan dengan jadwal mata pelajaran dan sebagainya.

Jeremiah POV

Hari pertama di kelas sebelas dan baru beberapa menit gue dateng gue langsung disambut oleh tatapan memuja dari murid-murid cewek disini. Gue tau gue ganteng. Tapi nggak usah segitu mupengnya bisa kali. Bikin jijik tau nggak.

"Pagi Ernest." ujar beberapa cewek dengan suara dimanis-manisin. Gue hanya memasang wajah datar gue. Asli gue jijik banget. Mereka nggak punya harga diri apa? Bisa-bisanya bersikap kayak gitu. Kalau gue jadi mereka gue ogah banget kayak gitu. Dikelas gue hanya mendengarkan penjelasan dari Bu Ria, wali kelas gue, tanpa minat.

Hai, ini cerita baru. Semoga ada yang suka dan ada yang baca. Maaf kalau ngak jelas.
Vomment please :))

Childhood LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang