Setahun sekali
Kepulangan menjadi jawab atas kerinduan
Sumringah dalam perjalanan, membayang kejadian-kejadian yang pernah kita lewatkan
Hingga waktu menunjuk jam sebelas malam, mengetuk pintu
Aku tiba dan mengucap salam
Mengusik lelap dan lelahmu, berharap peluk jadi sambutmu
Ma ... maaf, anakmu pulang hanya berbekal rinduLelah berlalu berganti haru
Dan jika memelukmu adalah pengobat rindu maka diciummu adalah jamu yang menguatkan akuTerima kasih telah bersandar di sampingku lalu mengusap lembut
Biarkan saja Ayah, Alan juga Tria yang tertawa: mereka meledek, itu tak apa
Kamu sendiri berkata bahwa aku akan selalu menjadi anak kecilmu
Sejak dulu-dulu sampai waktu berlalu
Dimulai aku bayi, terjemur mentari pagi hingga nanti-nantiKita bagai sebuah pilihan yang tak dapat dipilih
Kita bagai darah yang mengalir mutlak tak mungkin dihenti
Dan aku bagai layang-layang putus tanpa do'amu di tiap-tiap lima waktuPercayalah
Anakmu baik-baik saja dan semakin dewasa, tenang
Bukan maksud ingin mencegah jangan, sungguh kau boleh khawatir
Namun sekali lagi, percayalah: akan kutuntaskan masa sulitku
Hingga kita bisa berteman dengan tawa, bercerita panjang tanpa membawa kecewa.≠
Arii Trias, Jakarta 20 Januari 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedetik Rindu
Poetry#Menulissetiaphari . Selamat menikmati karya kecil tanpa besar ambisi, mari saling sapa mulai saat ini hingga nanti-nanti. . . Tujuan dari judul ini kutulis sesuai niatku sendiri demi bisa menulis setiap hari. Isi dari konten ini akan random, sepert...