Sudah biasa, jam-jam rawan. Jelang tengah malam, rindu lagi-lagi datang mengetuk hati. Hah ... faktanya, bukan sekadar mengetuk, namun mendobrak. Memaksa menyapa, dan seolah meminta dalam kata: ”Jangan pergi ....”
Tetapi ... dia keburu melangkah. Walau belum jauh.
Kata orang-orang, masih bisa digapai. Tapi lagi-lagi ada faktanya; sungguh sulit dicapai.
Teruntuk rindu: tolong biarkan dia pergi. Dan teruntuk kamu—hati yang baru—mendekatlah, mari kita saling mengisi dan berbagi.
Tolong, jangan ada janji yang tinggi, takut nanti tak bisa menepati—lagi. Terutama pada diriku sendiri, jaga mulutmu dari ucapan manis bila akhirnya nanti tak ingin membuatnya menangis.
Sudah, jangan lanjutkan kalimat-kalimat ini. Bahaya, rindumu bisa berbuah kecewa.
23:50 WIB.
Arii Trias, 19 Agustus 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedetik Rindu
Poetry#Menulissetiaphari . Selamat menikmati karya kecil tanpa besar ambisi, mari saling sapa mulai saat ini hingga nanti-nanti. . . Tujuan dari judul ini kutulis sesuai niatku sendiri demi bisa menulis setiap hari. Isi dari konten ini akan random, sepert...