Kita sama-sama sudah bosan dengan kalimat-kalimat bernada rindu, yang pada akhirnya bukan berhadiah temu, melainkan gratis gensi dan emosi beradu.
Kadang, merasa lucu. Baru semenit lalu emoji ketawamu mengudara di kolom WhatsApp-ku, tapi semenit kemudian kata-kata pamungkasmu langsung mengakhiri semuanya. Ambil contoh: Terserah, oh, iya, ya udah, nggak papa.
Hey, perempuan yang matanya dua, dengerin; rindu kita bukan sebatas ah dan oh apalagi terserah. Jadi kalau rindu, ya ketemu. Aku datang atau kamu yang datang. Atau lagi, kita sama-sama datang.
Atau ... Udah. Kebanyakan atau-atau yang ada nanti berujung emosi lagi, bosen lagi, jenuh lagi, dan akan selalu seperti sebelumnya, pesan kita berakhir singkat tanpa ada emoji peluk juga cium penghantar malam.
SABTU; Sabar ... esok kita bertemu. Rindumu akan terbayar lunas, resahmu tuntas.
Arii Trias, Malam Minggu, 31 Oktober 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedetik Rindu
Poetry#Menulissetiaphari . Selamat menikmati karya kecil tanpa besar ambisi, mari saling sapa mulai saat ini hingga nanti-nanti. . . Tujuan dari judul ini kutulis sesuai niatku sendiri demi bisa menulis setiap hari. Isi dari konten ini akan random, sepert...