Sepulang sekolah kita berlomba
Mengayuh sepeda, tertawa kuat menantang dunia
Seolah tahu siapa pemenangnyaSeragam putihmu kotor, kumal berdebu
Jatuh tersungkur dalam selokan, terbahak-bahak lainnya menertawakan
Tiada tangis, sudah biasa
Lalu kau bangkit bak Ksatria Baja Hitam yang ingin menghantam lawan
Seketika kami tunggang-langgangIngat kawan, jangan lupa, siang nanti berjumpa
Di sini, di tempat ini, bersamakan puluhan karet gelang melingkar di tangan, juga segenggam kelereng menggantung dalam kantong
Mari sekali lagi buktikan; siapa pemenang sesungguhnyaMenjelang sore
Tubuh-tubuh mungil masih asyik menari-nari, berlari-lari
Saling mengejar hingga lelah, berusaha kuat tanpa pasrah
Tak pernah takut, karena kita tipe penuntut
Tak mau kalah, karena kami anti menyerah
Sang pemimpi dengan kobaran semangat berapi-apiLihat siku dan lututmu, memar tergores
Namun yang timbul hanya seutas senyum, setia manis terpolesWajah-wajah lugu, gigi menghitam sebab singkong bakar menempel di bibirmu
Buah dari mengasah mental, mencuri di kebun Pak Hilman
Sungguh mustahil dilupa
Masa kecil bersama, remaja pun tetap saling sapa
Dan semoga nanti bisa kembali berkumpul berbagi canda tawaLalu siapa pemenangnya? Satu jawabnya, kita.
Jakarta, 01 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedetik Rindu
Poetry#Menulissetiaphari . Selamat menikmati karya kecil tanpa besar ambisi, mari saling sapa mulai saat ini hingga nanti-nanti. . . Tujuan dari judul ini kutulis sesuai niatku sendiri demi bisa menulis setiap hari. Isi dari konten ini akan random, sepert...