BENIH CINTA

30 7 0
                                    

BENIH CINTA

“Langit ayo ngaji” Teriak Senja, 10 tahun lalu saat ia dan Langit masih kecil.

“Enggak ahh, kamu aja sana sama Sore”
“Kamu juga harus ngaji, karena kamu nanti akan jadi imam dalam keluargamu” Ujar Senja yang kala itu berusia 8Tahun, untuk anak seusia nya dia adalah anak yang luar biasa.

Rasa cinta kepada Allah dan Rasulullah itu sudah harus ditanamkan sejak dini, agar anak kita kelak mengenal siapa Tuhannya dan bagaimana cara kita mencintaiNya sepenuh hati. Jika tidak maka apa jadinya generasi muda kita yang tidak berdaulat pada pancasila sila pertama yaitu “Takwa kepada Tuhan yang Maha Esa” sangat jelas adanya bahwa Indonesia sudah menjadi negara yang sangat mengatur agar rakyatnya ta’at kepada Allah.

“Kamu ngomongnya terlalu jauh Senja, aku masih kecil” Teriak Langit.
Senja lalu menghampiri Langit dan berbisik “Kelak kamu akan dewasa dan menjadi orang yang besar, maka kamu harus belajar dari sekarang” Lalu Senja melangkah pergi.

Langit pun termenung dan berfikir sejenak, sampai ada bola melayang ke kepalanya karena saat itu ia sedang bermain bola dengan teman-temannya.
Langit pingsan selama beberapa menit, saat di bawa ke panti dia di temani oleh Sore. Sepanjang waktu sampai Langit bangun dari pingsannya Sore selalu ada disamping Langit, namun saat Langit sadar Senja lah yang ia cari, sedangkan Senja sedang tidak ada di panti.

“Kamu tidak apa-apa Langit?” Tanya Sore.
“Ngga apa-apa, Senja mana?”
“Senja pulang tadi sama Bunda, kenapa kamu tanya Senja?”
“Emm.. ngga apa-apa kok.
Lantas Langit langsung beranjak dari tempat tidur dan meninggalkan Sore, Langit berfikir kenapa kata-kata Senja waktu itu sangat mengena di hatinya. Bahkan hingga sekarang dewasa, saat bertemu dengan Senja sekarang Langit selalu ingat kejadian itu, dia memandang Senja begitu dengan penuh kekaguman.
Seandainya Senja mau jadi pacar Langit pastilah Langit akan senang sekali, dan menjadi laki-laki paling beruntung punya Senja. Sedangkan cinta yang dimiliki Sore untuk Langit pun sebesar cinta kekaguman Langit kepada Senja, karena waktu kecil Langit pernah menolong Sore, bahkan Langit selalu membela Sore jika di ganggu oleh anak panti lainnya.

“Huhh, dasar anak Haram kamu Sore. Makanya kamu di tinggal di panti sama ibu kamu” Ejek anak-anak yang lain.
“Enggak, ibuku gak begitu!!” Sore berteriak sambil menangis.

“Hei... jangan ganggu Sore lagi, dia bukan anak Haram!! Dia adalah mutiara milik ibunya dan ibunya sayang kepada Sore makanya Sore di tempatkan disini agar dididik mandiri, kalian harusnya ngaca masih beruntung Sore punya orang tua, sedangkan kita kadang tidak tahu orang tua kita dimana? ayo minta maaf sama Sore” Ujar Langit saat mencoba membela Sore.

“Kamu jangan nangis lagi ya?” Langit mencoba menenangkan Sore dan mengusap air mata Sore.
“Iya makasih ya Langit”
“Sama-sama, kan kita sahabat” Langit memegang tangan Sore seakan menandakan bahwa Sore aman bersamanya.
“Seandainya kelak kita bisa jadi lebih dari sahabat setelah kita dewasa ya, Ngit “ Ujar Sore dalam hatinya.

Hati Langit dan Sore sudah jelas namun hati Senja tertutup rapi hingga tak ada yang mampu menjangkaunya, Sore dan Langit tidak tahu kalo Senja itu sakit. Senja selalu mencoba terlihat ceria walau dia harus menahan rasa sakitnya, karena bagi Senja mencintai sepenuh hati dengan kondisi nya saat ini adalah kesalahan terbesar karena membiarkan orang yang dicintainya akan merasakan kehilangan.

“Senja, You’re Ok?” Langit sangat perhatian dengan Senja bahkan ketika wajahnya mulai memucat pun Langit tahu
“Yes, I’m good. Sok bule kamu, Senja” Senja mengangkatkan bibirnya dan mencoba tersenyum sambil menahan sakit.

Dari jauh Sore melihat Langit memeluk Senja, karena saat itu Langit begitu khawatir dan dia takut Senja kedinginan. Sore hanya bisa melihat dari jauh, karena dia merasa persahabatan tidak harus rusak karena memaksakan sebuah hubungan lebih dari persahabatan.

SENJA DI LANGIT SORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang