"Hahaha..." Tawa Sore dan Langit adalah hiburan tersendiri untuk Senja.
Tak lama kemudian Sore menyadari bahwa dari tadi Senja hanya menatap mereka berdua, Sore dan Langit merendahkan suara tawa mereka dan balik menatap Senja. Melihat mata seorang Yatim piatu yang nasibnya sama dengan mereka, sekarang Senja sudah tidak punya kedua orang tua.
"Senjaaa... Jangan nangis"
"Hehe.. Engga kok" Sambil mengelap air mata yang menggenang di kelopak mata dan hampir jatuh membasahi pipinya.
"Senja, kamu masih punya kami. Jangan merasa sendiri ya?" Ujar Langit.
Sore memeluk Senja, dan Langit hanya memandang kedua wanita hebat yang selalu menemaninya sejak kecil.
Krriiinngg... Kriiing... (Suara ponsel berdering) ternyata ada telpon di hp Langit.
"Hayoo.. siapa tuh?" Senja dan Sore kompak meledek Langit.
"Ayang Beb aku dong, hehe. Bentar ya?" Ternyata itu telpon dari Star.
"Kamu gimana sama Sam?"
"Enggak gimana-gimana, jalani saja apa adanya"
"Cepat lah menikah, jangan lama-lama pacaran ya?"
"Iya Senja sayang, sstt.. kita intip si Langit lagi telponan yuk" Ajak Sore yang ingin menjahili Langit.
Diam-diam Senja dan Sore menguping pembicaraan Langit dan Starlia, mereka ternyata sedang ribut kecil di telpon. Gara-gara tadi Star mendengar Langit dan Senja bercanda, lalu telpon mati saat melihat kehadiran Sore.
"Hah? Star marah sama Langit gara-gara kita, Re?"
"Hmm.. iya memang kalau seorang cewek tahu bahwa pacarnya punya sahabat cewek pasti akan cemburu, padahal kan kita hanya bersahabat?"
"Masa? Makanya kita sebagai manusia yang diberikan rasa kasih sayang dan cinta, jangan terlalu mencintai seseorang berlebihan. Itu yang menyebabkan kecemburuan, jangankan manusia. Allah saja pencemburu loh, Re"
Senja mencoba memberikan pengertian kepada sahabatnya, bahwa cinta sesama manusia tidak akan abadi. Kecuali cinta karena Allah. Tapi Senja mengerti bahwa kedua sahabatnya pasti punya pemikiran masing-masing, dan sebagai sahabat ia hanya mampu mengingatkan.
"Hai, pada ngapain disini?" Langit melihat Sore dan Senja ada di balik tembok tempat ia mengangkat telepon.
"Oh, enggak. Kita cuma lagi jalan-jalan aja, ya kan Senja?" Sore mengelak agar tidak ketahuan sedang menguping.
"Aahh.. bohong kalian, pasti lagi pada kepo ya sama aku?"
"Iih, Langit terlalu percaya diri. Yuk kita pergi, Nja'" Sore dan Senja meninggalkan Langit.
Waktu semakin menunjukkan bahwa malam akan tiba, Sore berniat menginap di panti. Sedangkan Langit harus pulang.
"Aku pulang dulu ya, Girls"
"Hati-hati Langit" Senja melambaikan tangannya.
Sore menyapa beberapa anak panti yang memang sudah mengenalnya, dan beberapa anak panti baru mulai menghampiri. Mereka bersenda gurau bersama, sebelum menikmati hidangan makan malam yang sedang dipersiapkan oleh Mbak Rara.
"Ayoo anak-anak, makanan sudah siap" Teriak Mbak Rara.
Mereka langsung menuju meja makan, betapa indahnya kebersamaan ini. Sore merindukan masa-masa kecil di panti, dan biasanya yang teriak mengajak makan adalah Bunda.
"Sore, ayo makan" Senja menyadarkan Sore di keheningan lamunan.
"Iya Senja, aku seneng bisa kumpul lagi di panti"
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DI LANGIT SORE
RomanceKetika persahabatan menimbulkan rasa nyaman, lalu menjadikannya tumbuh menjadi rasa yang di namakan cinta. Diantara 3 manusia yang tercipta berbeda, dengan nasib yang sama. Kisah dari Senja Indah Puspita, Langit Angkasa Wijaya dan Soreina Indriani...