SETELAH KELULUSAN

12 4 3
                                    

SETELAH KELULUSAN

Wooow.. Happy Graduation Senja Teriak Sore dengan rasa senang.

Iya Re, Alhamdulillah. Akhirnya kita bisa selesaikan masa SMK ini

Iya Nja, terima kasih untuk 3 Tahun yang menyenangkan ini. Kamu mau lanjut kemana?

Engga tahu Re, mungkin aku akan langsung bekerja saja

Loh? Kenapa Nja? Kita bisa kuliah sama-sama, sayang nilai kamu

Senja terdiam, karena saat nantinya ia memilih melajutkan pendidikan dan menerima beasiswa dari kampus, maka ia harus pergi ke luar kota dan meninggalkan Bunda juga adik-adik panti. Senja tahu bagaimana susahnya mengurus adik-adik panti, lalu bagaimana jika Bunda sendirian?

Kamu kenapa Senja? Tanya Sore sambil merangkul Senja.

Tak apa Re, sudahlah nikmati sekarang yang ada dulu ya. Sini aku tanda tangani bajumu Senja mencoba mengalihkan perhatian Sore dan menarik baju Sore lalu menuliskan tanda tangannya. Mereka tertawa bahagia bersama karena berhasil melewati ujian akhir sekolah dengan hasil yang memuaskan.

Sesampainya di Panti,

Astagfirullah Senja, kamu kenapa ikut-ikutan Sore bajunya begitu kotor? Bunda kaget karena Senja bisa lepas kendali dengan apa yang terjadi di pakaiannya.

Iya Bun, maafin Senja ya? Padahal Senja janji baju ini bisa dipakai sama adik panti Senja menyesali apa yang sudah terjadi, namun yang namanya penyesalan akan percuma jika semua sudah terjadi. Apa salahnya seorang siswi yang teladan dan tidak pernah berbuat macam-macam di hari keputusan kelulusannya ia mengekspresikan kebahagiaan? Memang lebih baik tidak berlebihan, tapi Senja hanya mencoba mengikuti kebebasan ala Sore.

Udah Bun, jangan marahin Senja. Ini salah Sore kok

Ya sudah, sana kalian mandi terus beres-beres. Bener-bener kotor Bunda merasa kecewa atas sikap Senja, karena bagi Bunda baju seragam itu masih bisa digunakan nantinya untuk anak panti yang lain. Bahkan nilai Senja saat itupun tidak Bunda tanya, Sore meminta maaf dan mencoba menenangkan Senja.

Harusnya aku ngga ngajak kamu main semprot-semprot gini Nja, maaf ya? Ujar Sore dengan penuh penyesalan.

Iya ngga apa Re, lagian aku juga mau kok. Bunda ngga akan lama kalau marah. Senja mengukir senyum di wajahnya, walau didalam hatinya merasa bersalah karena sudah mengecewakan Bunda.

Tak lama kemudian, si Langit skype dan mengucapkan selamat kepada Senja dan Sore. Bagaimana disana Langit sudah lebih dulu lulus dan memutuskan melanjutkan kuliah di Universitas Oxford, Inggris.

Congratulation ya girls Ucap Langit, sambil melambaikan tangannya di layar laptop Sore.

Iya Ngit, kamu apa kabar? Tanya Senja.

Gimana nih, janjinya? Katanya mau balik ke indo?

Hehe, aku baik Nja. Kamu baik kan? Ujar Langit

Sorry Re, aku dapet beasiswa di Oxford. Mana mungkin aku sia-siakan toh? Lanjut Langit menjawab pertanyaan Sore.

Ah, ngga seru kamu. Sini kapan pulang? Sore mengharapkan Langit pulang, karena melihat wajah Langit yang mulai beranjak dewasa dengan sedikit kumis dan jenggot tipis menghiasi wajah tampannya.

Iya bawel, nanti aku pasti pulang. Senja kamu sedang apa? Langit tidak pernah memalingkan pandangannya kepada Senja.

Aku? Ya sedang skype sama kamu Ngit, gimana sih?

Huh, Langit Gaje (Ngga Jelas) udah tahu Senja didepan kamu lagi liatin kamu ngomong. Segala di tanya lagi apa? Sahut Sore.

Mereka melepas kerinduan lewat layar Laptop, walau jarak memisahkan mereka tetap sahabat yang akan saling mendukung satu sama lain. Pada dasarnya, pilihan Senja tetap sama. Ia akan tetap di panti dan mencari kerja sekitar panti saja.

Sedangkan Sore mengidamkan Paris sebagai destinasi untuk melanjutkan pendidikannya, dan om juga tantenya pun sudah menyiapkan semuanya. Jika Senja akan diajak maka ia akan semakin jauh dengan Bunda dan panti, nyatanya Senja memang harus menahan keinginannya berkuliah dengan mencari kerja setelah sekolah. Sore yang tadinya mengambil SMK untuk sasaran langsung dunia kerja malah berbalik melanjutkan pendidikan, karena ia yakin wanita yang pintar secara intelektual akan menjadi wanita yang lebih bisa dihargai, dan akan melahirkan anak-anak dengan bakat yang lebih unggul dari anak yang lain.

Senja bukanlah orang yang ambisius, lebih ke apa adanya. Ia percaya bahwa bagaimanapun generasi kita akan baik saat kita mengajarkannya dengan baik, dan Senja percaya ilmu itu luas ada dimana-mana. Belajar tidak harus di sekolah atau kampus saja, namun belajar dari berbagai hal kecil yang kita temui juga buku-buku ringan yang sering kita baca maka akan menambah ilmu dan wawasan kita nantinya.

Jadi kamu beneran ngga mau lanjut kuliah Nja? Sore mencoba meyakinkan Senja atas pilihannya.

Iya Re, biarkan aku disini bersama Bunda dan adik-adik

Senja.. Bunda menghampiri.

Bunda ngga mau membatasi cita-cita kamu sayang Mata Bunda mulai berkaca-kaca karena disatu sisi Beliau ingin Senja selalu didekatnya karena Bunda khawatir kesehatan Senja, sedangkan di sisi lain Bunda sayang Senja dan ingin Senja melanjutkan cita-citanya.

Ngga Bun, Senja akan disini dan cari kerja. Bunda ngga usah khawatir ya?

Sore dan Bunda memeluk Senja, mereka meneteskan air mata. Sore harus bergegas kembali ke rumah Om dan Tantenya, sedangkan itu artinya Sore pun akan jauh seperti Langit.

Nanti kamu kalau libur main kesini ya sama Langit, Eh Inggris sama Paris deketan ngga sih? Bunda meminta Sore untuk sering main.

Iya Bun, pasti. Ya jauh atuh bun, masih sama-sama benua Eropa sih

Atuh Bunda kira deketan, kaya tetangga gitu? Kan sama-sama Ris belakangnya.Hehe Bunda mulai memecah suasana dengan candaan ringan.

Suatu keluarga memang harus ada ayah, ibu dan anak-anak yang ceria. Namun dibalik itu semua ada suatu keluarga yang bisa tetap bahagia walau tidak lengkap personilnya. Hehe.. karena kebahagiaan itu bukan dicari namun diciptakan didalam hati.

SENJA DI LANGIT SORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang