CAHAYA SENJA MEREDUP
“Senja hadir ditengah-tengah Langit Sore”, seperti kisah ini kubuat agar kita bisa menggambarkan kehidupan nyata tentang kalimat itu. Saat cahaya Senja yang indah sering kali membuat orang lain menatapnya penuh kekaguman, seakan itu akan redup seiiring berjalannya waktu. Seperti malam yang akan datang dikala Senja bersinar, atau awan mendung yang menandakan hujan akan turun membasahi bumi.
Seperti itulah keadaan cahaya Senja, saat divonis menderita penyakit Auto imun sejak kecil. Bunda tidak pernah memberi tahu Langit ataupun Sore. Senja tidak sehat seperti anak-anak lain kala itu, karena metabolisme tubuh Senja lebih ringkih dibanding anak-anak seusianya.
“Senja ayo lari, ayo sini” Teriak Sore saat mengajak Senja Jogging dipagi hari.
“Iya, kamu duluan saja” Senja tak kuat lari karena obat dari dokter sudah habis, ia belum sempat cek up. Karena jika dia terlalu lelah maka tidak baik bagi tubuhnya, sering bolak balik ke rumah sakit dan harus selalu minum obat. Ituulah keseharian Senja di Panti.Tapi senyumnya tidak pernah redup, harapannya selalu ada untuk bisa terlihat seperti anak normal pada umumnya. Dia punya semangat yang tinggi, apa lagi dengan bergabung dengan komunitas Auto Imun, dia seakan punya teman yang senasib dan sepenanggungan. Terkadang orang sehat tidak bisa mengerti apa yang orang sakit rasakan, mungkin mereka bisa bilang “Kamu yang kuat ya? Kamu yang sehat, jaga pola makan. Dan bla bla bla” tapi pada kenyataannya mereka hanya memberikan semangat, mereka tidak tahu apa yang dirasakan.
Menyemangati untuk hidup sehat, tapi belum tentu kita mau menghindari makanan-makanan yang tidak sehat, seperti makanan pedas atau makanan siap saji yang kita sendiri tidak tahu komposisinya. Senja merasakan selalu bahagia, karena rasa sakitnya bisa saja mengurangi hisabnya diakhirat kelak.
“Kamu sebenernya sakit apa sih Senja?” Tanya Langit kepadanya sembari memegang pundak Senja, mencoba membuat Senja nyaman didekatnya.
“Aku ngga apa-apa kok Ngit, kamu ini kaya apa aja. I’m good” Senja tersenyum dan mencoba meyakinkan Langit bahwa dia baik-baik saja.“Aku tahu kamu ngga baik-baik aja Senja, apa salahnya sih bilang sama aku? Kita sahabatan udah lama banget tahu” Langit menatap Senja dengan penuh cinta, tapi tidak sebaliknya.
“Aku baik-baik saja Langit, kamu tuh berlebihan sih jadi orang” Senja tetap pada perkataannya, bahwa dia itu baik-baik saja. Jauh dilubuk hatinya berkata “Aku rapuh, Ngit. Aku orang yang paling rapuh tapi aku percaya dengan semua senyuman ini adalah obat untukku meringankan apa yang menjadi kekuranganku selama ini”Dari kejauhan ternyata Sore melihat Langit dan Senja, Sore tahu apa yang Senja rasakan. Karena Bunda pernah cerita dengannya, saat masih usia 8 Tahun Sore merasa iri dengan Senja yang terlalu diistimewakan oleh Bunda.
Delapan Tahun yang lalu,
“Kamu lihat tuh Senja si anak manja, dia lebih disayang sama Bunda” Ujar teman panti yang sedang mencoba mengompori (Memprovokasi) Sore.
“Engga kok, Bunda itu sayang sama kita semua” Kata Sore kepada mereka, karena Sore percaya kasih sayang Bunda panti itu pastinya untuk semua anak. Mereka adalah anak-anak yang tidak punya orang tua, jadi jika Bunda sebagai pengurus panti ya pastilah dia akan menyayangi semua anak-anak panti tanpa terkecuali.“Lihat saja nanti, Bunda bakal lebih sayang sama Senja” Mereka terus memberikan bisikan yang akhirnya membuat Sore bertanya-tanya. Seketika saat anak yang lain hendak tidur, Sore memanggil Bunda panti.
“Bunda..” Teriak Sore dari kamarnya.
“Iya sayang, kok kamu belum tidur nak?” Bunda mengelus rambut Sore dan mengajaknya untuk tidur.
“Iya Bun, Sore mau tanya sama Bunda. Boleh?”
“Hmm.. boleh, tapi sesudah itu kamu langsung tidur ya sayang? Nanti Bunda nyanyiin”
“Iya bunda”
“Ayo kamu mau tanya apa? Berapa pertanyaan sih?” Bunda mencoba bercanda dengan Sore.
“Satu saja bunda. Hmm.. bun, benar tidak kalau bunda lebih sayang sama Senja dibanding kita semua?” Sore menatap Bunda dengan penuh kepolosan dimatanya, dia seakan takut bahwa jawaban Bunda akan ‘Iya’.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DI LANGIT SORE
RomanceKetika persahabatan menimbulkan rasa nyaman, lalu menjadikannya tumbuh menjadi rasa yang di namakan cinta. Diantara 3 manusia yang tercipta berbeda, dengan nasib yang sama. Kisah dari Senja Indah Puspita, Langit Angkasa Wijaya dan Soreina Indriani...