"Sore" Tut.. Tut.. Tut.. Baru saja menyapa di telepon, Sore langsung menutup telpon.
Harus bagaimana lagi Senja meminta maaf dengan segala kesalahpahaman ini, Sore merasa sangat kehilangan sosok Bunda. Sedangkan Langit masih saja bungkam seribu bahasa, ia laki-laki hanya mencoba kuat dari rasa kehilangan ini.
"Senja, kamu baik-baik saja?" Tanya mbak Rara. Dia adalah mbak yang membantu Senja mengurus panti sepeninggal Bunda.
"Iya mbak, aku baik-baik saja. Mbak sudah makan?"
"Sudah neng, kamu yang sabar ya? Teman-teman mu hanya salah paham kok, mereka pasti akan mengerti alasanmu tidak memberi kabar kepergian bunda" Mbak Rara coba menenangkan Senja.
"Iya, tapi aku lihat sikap Sore kemarin rasanya ia benar-benar marah padaku. Seakan luka atas rasa kecewa yang lama ia pendam, tidak mampu ia redam"
"Kecewa bagaimana, Neng? Apakah kalian punya masalah sebelumnya?"
"Tidak, tapi dia merasa bahwa bunda lebih menyayangi aku dari pada dia, Mbak"
"Iya lah, orang kamu anak bunda kok. Kenapa harus merasa begitu? Biarkan saja neng Senja" Mba Rara tidak tahu bagaimana hubungan antara Senja dan Sore juga Bunda, walau Sore hanya anak panti tapi ia sudah Bunda anggap seperti anak sendiri. Layaknya anak panti yang lain juga bunda anggap sebagai anak kandung bunda sendiri.
Senja terus termenung membayangkan betapa bahagianya ketika bunda masih ada, bercanda bersama dengan Sore dan Langit. Rasanya kelemahan yang ada pada diri Senja hilang, ia seperti orang yang sangat sehat dan kuat.
Seminggu kemudian,
Tok.. tok.. tok..
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, nak Langit?" Mbak Rara membukakan pintu dan menyapa seorang laki-laki ternyata itu Langit.
"Iya mbak, Senja nya ada?"
"Neng Senja nya masih kerja, ke depan aja. Nanti ada ruko cari saja restoran bakso kumis, Senja kerja disana"
"Oh, oke mbak. Terima kasih, saya permisi"
Langit langsung masuk ke mobilnya dan mencari tempat kerja Senja, ternyata Senja bekerja sebagai kasir. Langit kira ia pelayan, rencananya akan menggoda Senja saat memesan. Hehe..
"Senjaaaa.. haii.." Langit menghadap ke arah Senja sambil melambaikan tangannya.
"Hai.. bentar ya" Senja membalas lambaian tangan Langit dan menyuruhnya menunggu, sambil ia mencari teman kerjanya untuk bergantian posisi.
Senja lalu menghampiri Langit dengan membawa buku menu.
"Maaf mas, mau makan apa?" Senja berlaku seperti pelayan profesional.
"Eeemmm.. iya mbak saya mau makan, jual bakso kan ya? Tapi saya maunya spageti gimana dong?" Hehe.. Langit mulai jahil.
"Huhh.. sana makan aja di restoran luar negri, hehe.. tapi ada sih mas, kalau mau. Ada spageti Indonesia, namanya Mie Ayam. Mau?"
"Oh, boleh-boleh.. ya itu maksud saya" Langit hanya mau makan mie sebenarnya.
Senja langsung mengambilkan pesanan Langit, entah karena apa tiba-tiba mangkuk yang Senja bawa berisi mie ayam pesanan Langit terjatuh dan pecah.
"Senja, kamu kenapa?" Tanya teman nya.
"Ahh, biasa itu mah dia akting di depan cowok ganteng. Dari kemarin kerja kami ngga beres sih? Kalau sakit mending di rumah saja" Celetuk salah satu teman nya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DI LANGIT SORE
RomanceKetika persahabatan menimbulkan rasa nyaman, lalu menjadikannya tumbuh menjadi rasa yang di namakan cinta. Diantara 3 manusia yang tercipta berbeda, dengan nasib yang sama. Kisah dari Senja Indah Puspita, Langit Angkasa Wijaya dan Soreina Indriani...