04

81 10 1
                                    

"Twins."

Kedua sosok yang dipanggil itu pun menoleh ke sumber suara. Hanya sekilas setelah tau siapa yang baru saja memanggil mereka, dengan cuek mereka kembali pada kesibukan masing-masing dimana satu tengah bermain game di ponselnya dan satunya lagi memakan beberapa cemilan yang ada ditangannya.

"Yaelah kan gue udah minta maaf bahkan sampek bawa makanan.kenapa masih diem?."ucapnya merajuk sambil menatap keduanya.

Hyungseob

[Cowok ganteng yang terkenal narsis. Penggombal ulung serta mata yang mampu menghipnotis seseorang dengan tatapan].

Tak ada sautan sama sekali membuat Hyungseob mendengus. Matanya beralih kearah Daniel yang sedang membersihkan tangannya menggunakan tisu, karna ia baru saja selesai makan salah satu makanan yang dibawa Hyungseob yaitu Pizza.

"Niel bantuin gue donk. Tuh Woojin sama Jihoon cuekin gue dari tadi."pintanya.

Daniel hanya terkekeh melihat nasib temannya itu seraya berjalan menghampiri. Ditepuknya pundak Hyungseob dengan pelan.

"Makanya on time donk. Tau sendiri gimana mereka kalo dah kesel dan gue.... sorry."ucapnya mengangkat kedua tangah keatas, menyatakan ia menyerah jika harus berurusan dengan mereka berdua yang tentunya akan membuat dirinya menyesal sendiri.

Ngomong-ngomong tentang Hyungseob yang memanggil Woojin dan Jihoon twins, ya karna mereka berdua saudara kembar dan lebih tepatnya kembar tak identik. Wajah keduanya memang tak ada kemiripan namun, bukan berarti mereka tak memiliki sesuatu seperti anak kembar pada umumnya.keduanya memiliki ikatan yang kuat bahkan mereka bisa mengetahui atau merasakan apa yang ada disalah satunya.kepribadian dan sifat mereka pun kebanyakan sama dan bagi orang yang baru melihat tak akan menyangka akan hal itu dan jika sudah mengenal mereka maka rasa percaya akan keduanya yang berada dalam satu rahim pun muncul.

"Padahal gue lupa juga karna terjebak masalah yang ada hubungannya sama Woojin."ucap Hyungseob dengan lirih namun dapat ditangkap jelas oleh indra pendengarannya Woojin yang seketika itu langsung mendongaknya wajahnya kearah Hyungseob.

"Apa?."

"Hah?apaan sih Jin. Tau-tau ngomong apa doang."

Samuel yang sejak tadi hanya jadi pendengar pun dengan kesal melempar Hyungseob dengan kuaci yang sedang ia makan.entahlah temannya itu terkadang jadi lola dengan apa yang ia lakukan sendiri.

"Lo ngapa ngikut-ngikut sih bule."

"Sialan lo. Lo sendiri tadi ngedumel apaan udah tau Woojin kelelawar. Makanya kalo mau ga didenger ucapin dalam hati. Dasar bego."

"bule sialan."

Woojin masih saja menatap Hyungseob,hal itu membuat Hyungseob yang kembali melihatnya pun mendengus. Dengan tarikan nafas yang sangat amat panjang serta kemurahan hati Hyungseob pun menceritakan apa yang sudah terjadi saat dirinya pulang sekolah dan lupa akan janji mereka. Sepanjang cerita Hyungseob sama sekali tak menatap Woojin, takut karna wajahnya Woojin seketika menyiratkan kemarahan. hal itu tentu saja dapat dilihat yang lain dimana Woojin mengepalkan tangannya dan melempar ponselnya ke sembarang arah dan beruntungnya ponsel itu terlempar masuk kedalam tempat sampah. Walaupun kotor dan tergores setidaknya tak sampai rusak parah.

"Gue gak mood."ucapnya seraya bangkit.

Melihat itu semua pun langsung ikut bangkit. Woojin berjalan keluar meninggalkan mereka yang kini sedang saling menatap satu sama lain. Jihoon dengan kesal mengacak-acak rambutnya, bagaimana tidak dirinya tentu saja tau apa yang sedang dirasakan Woojin dan apa yang akan dilakukan saudara kembarnya itu.

Think of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang