Pagi hari ini hujan masih mengguyur cukup deras, membuat beberapa murid harus telat karena menunggu hujan sedikit mereda.
Salah satunya adalah pemuda mungil, dengan name tag Byun Baekhyun di dada bagian kanan nya.
Ia harus menetap lebih lama di halte bus tersebut, menunggu hujan mereda. Wajah manis nya itu memerah, bukan karena ia memalu, namun karena cuaca yang mendingin. Ya, kulitnya memang sensitif.
Baik itu di cuaca panas, atau pun dingin, maka kulit Baekhyun akan mudah memerah dengan sendirinya.
Sreeett
Sebuah suara membuatnya menoleh kearah kiri, dimana seorang pemuda dengan tinggi yang jauh beda darinya.
Pemuda dengan rambut hitam legam, dengan bagian poni yang cukup basah, ia usak pelan. Kemudian setelahnya melipat payung yang tadi ia bawa.
Baekhyun memperhatikan nya dalam diam, pemuda itu adalah pemuda yang Baekhyun benci. Ah, tidak benci sebenarnya. Lebih tepatnya, membuat Baekhyun kesal karena sikap dingin luar biasanya itu.
Ketika mata sipitnya itu menangkap sebuah benang merah yang terjalin diantara jari kelingking pemuda jangkung itu, kemudian terhubung dengan jari kelingking nya, membuat Baekhyun mengalihkan pandangan nya.
Wajahnya kian memerah. Malu sebenarnya.
Kenapa harus Park Chanyeol?
Lagi pula bagaimana bisa, Park Chanyeol yang akan menjadi masa depan nya? Jika pemuda itu bahkan tak pernah peduli dengan sekitarnya. Apalagi dengan nya?
Keduanya tetap dalam posisi yang sama, dengan jarak dua meter yang menjadi batas bagi keduanya. Hening, dan hanya suara rintik hujan yang menjadi pengiring.
Ketika rintik mulai mengecil, tak sederas tadi. Pemuda bernama Chanyeol itu berdiri dari posisi duduknya. Tangan nya bersiap membuka kembali renda payung nya, sebelum mata elang itu melirik pemuda mungil yang sedari tadi diam di sampingnya.
"Kau Byun Baekhyun dari kelas IPA 2, kan?" sahutnya datar.
Sementara itu Baekhyun sedikit tersentak, ia cukup kaget ketika suara bariton itu memanggil namanya, menanyai nya.
"Y-ya.." Baekhyun menjawab dengan lidah yang kelu.
"Ini sudah pukul delapan lebih sepuluh. Kita akan terlambat di jam kedua jika tidak bergegas," itu adalah kalimat paling panjang dari Park Chanyeol yang pernah Baekhyun dengar.
"Aku menawari mu pergi bersama." lanjut pemuda itu dengan payung transparan yang berada di genggaman nya.
"Eh?"
Baekhyun terdiam, namun kepalanya mendongak menatap Chanyeol yang kini balik menatapnya. Sorotnya memang datar, tak bereskpresi. Namun kenapa Baekhyun merasa tatapan itu menenggelamkan nya?
"Mau tidak?" Chanyeol bertanya sekali lagi.
Dan si mungil terhenyak, ia bangkit dari posisi duduknya. Lalu berdiri bersampingan bersama pemuda jangkung itu.
"Apa tidak merepot kan?"
Chanyeol menatap lurus, dan Baekhyun menunduk. Menatap benang merah yang terjalin makin erat diantara keduanya itu.
"Tidak," balas si jangkung, "Ini lebih baik,
-dari pada meninggalkan mu sendiri."
Hari itu Baekhyun mematahkan asumsi nya tentang pemuda jangkung yang memberinya tumpangan berupa payung tersebut.
✨🌵✨
240220
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑅𝐸𝐷 𝐹𝐴𝑇𝐸 ⸙ [𝑐𝒉𝑎𝑛𝑏𝑎𝑒𝑘]
RomanceBagaimana jika kalian diberi anugerah, dengan memiliki kemampuan untuk melihat benang merah yang terjalin di semua orang? Dan, bagaimana.. Jika benang merah kalian sendiri, ternyata terjalin dengan seseorang yang kalian benci..? Ugh, tidak benci jug...