04

216 33 22
                                    

Citra 

Aku merasa tidak nyaman ketika sekilas melihat Bagus di tempat makan ini. Bukannya aku punya masalah dengannya hanya saja ia adalah salah satu teman dekat Yovi. Bertemu Bagus mengingatkanku pada Yovi. Ketika kami makan bersama di kantin sekolah, ketika kami bolos saat class meeting, ketika kami jalan bersama. Ya Bagus teman sekelas Yovi, lebih tepatnya teman semejanya. Semoga saja ia tak datang bersama Yovi untuk saat ini. 

Aku menunduk berharap Bagus tak melihatku karena terakhir kami bertemu saat aku dan Yovi hampir putus. Waktu itu kami sedang makan bersama, setelah itu aku tak pernah bertemu ataupun berhubungan dengannya meskipun Bagus sering jalan dengan Cantika.

Aku melirik ke samping, Jani masih memilih makanan yang akan ia pesan. Aku sendiri sudah memilih terlebih dahulu sebelum Jani. 

"Eh Jan, lagi makan juga?" aku bisa dengar suara laki-laki yang menanyai Jani. "Lagi mau pesen" jawab Jani seadanya. Aku menoleh ke arah sumber suara dan Dhika sudah duduk tepat di depanku. "Citra, aku boleh gabung di sini nggak?" Tanyanya saat menyadari Jani datang bersamaku. "Meja lain penuh semua" ucapnya lagi seraya menoleh ke meja-meja sekitar kami. "Oke, nggakpapa Dhik," Aku bisa melihat Dhika tersenyum mendengar jawabanku. 

"Sendiri aja kamu Dhik?" Kali ini Jani yang bertanya. Dhika menggeleng, ia terlihat mencari seseorang yang datang bersamanya. "Itu dia, aku bareng Bagus. Teman sekelasku itu lho Jan" mendengar perkataan Dhika barusan lantas tak berapa lama Bagus menghampiri meja kami, aku hanya bisa mengumpat dalam hati. Dari semua orang kenapa yang datang ke sini bersama Dhika itu Bagus, bukan teman kosan Dhika si Felix atau yang lain yang aku sendiri belum tau siapa mereka. Kenapa malah Bagus.

"Tak cariin lho Dhik" ucap Bagus begitu sampai di meja kami. Aku berusaha bersikap biasa dan tersenyum padanya ketika tatapan kami bertemu. "Lhoh, Citra udah lama nggak ketemu" ucap Bagus ketika melihatku. Sontak hal itu membuat Dhika dan Jani terkejut. Wajah mereka menunjukkan raut penasaran. "Iya terakhir ketemu lima bulan lalu kali ya" jawabku seadanya yang membuat Dhika dan Jani makin penasaran. "Kita temen sesekolah" ucap Bagus memberitahu Dhika dan Jani. "Lah sempit banget dunia" balas Jani. 

Pesanan kami datang, aku fokus makananku. Tak terlalu menghiraukan obrolan Jani, Dhika, dan Bagus. Hanya sesekali merespon ketika ditanya. Aku mulai menyimak ketika Jani bercerita tentang teman sejurusan yang mencoba mendekatinya. Aku sudah tau siapa itu namun mendengar ceritanya lagi rasanya tetap menarik. 

"Dia itu cakep dan rapi Dhik tapi aku nggak tertarik" 

"Dia termasuk yang punya banyak fans juga kan ya? Beberapa anak jurusan lain pada nanyain dia ke aku" balasku merespon cerita Jani.

"Iya, dan sebenarnya kenapa aku nggak tertarik sama dia karena dia nebar banyak pancing"

"Pancing banget Jan" 

"Iya, Gus. Dia lagi deketin aku tapi juga deketin beberapa anak lain. Kamu juga sempet di deketin kan Cit?" 

Dhika menatapku, ketika Jani menanyakan perihal orang yang mendekati Jani juga mendekatiku. Ia terlihat penasaran. "Iya, waktu aku baru aja putus" balasku.

"Oiya yang waktu kita belum sekelas ya"

"Putus?" Kali ini Dhika bertanya seraya menatapku. Aku sempat melirik Bagus, ia terlihat memperhatikan Dhika.

"Iya, kan aku sekelas sama dia. Waktu itu dia tau kalo aku baru aja putus nah dia beberapa kali ngajakin jalan tapi aku nggak mau"

"Kenapa nggak mau Cit?"

"Tak kira kamu punya pacar Cit"

"Aku kalo diajak jalan pas lagi nggak pengen kan emang nggak mau Gus. Dulu punya sekarang nggak"

Remedy | Hwang Hyunjin - Lee Chaeyeon |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang