07

178 34 19
                                    

Citra 

Kamarku tidak terkunci. Setauku aku tadi sudah menguncinya. Aku buru-buru membukanya dan mendapati seseorang telah tertidur dengan ponsel berada di samping kepala. Orang itu Cantika. Seingatku aku sudah mengabarinya tadi siang kalau hari ini aku tak jadi menemuinya. Setelah itu aku tak sempat membuka ponsel bahkan sampai sekarang. Cepat-cepat aku mengecek ponselku. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Cantika dan beberapa pesan tak terbaca. 

Aku menghela napas. Cantika memang begitu kalau ada sesuatu yang dianggapnya penting tidak ada pertemuan yang boleh tertunda.

Aku melepas jaket lalu menggantungnya di jemuran. Sekarang tinggal aku yang dibalut kaos kebesaran milik Dhika. Aku tersenyum mengingat apa yang terjadi sore ini. Punya temen seperti Dhika ternyata menyenangkan.  

"Kenapa senyum-senyum sendiri?" Suara Cantika mengagetkanku. Setauku beberapa detik lalu ia masih terlelap "Eh, kok udah bangun?" Tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya. Aku sengaja. "Pertanyaanku dijawab dulu Cit," ucapnya lagi seraya merenggangkan tubuhnya. "Nggak papa Can, lihat kamu tidur lucu aja makanya aku senyum" balasku bohong. Cantika bangkit dari posisi tidurnya kini ia duduk menyender di tembok, matanya dengan awas mengamatiku "kamu senyum-senyum sambil lihatin kaos kebesaranmu itu tadi" aku mengumpat dalam hati, jadi Cantika hanya pura-pura tidur.

"Kenapa harus pura-pura molor sih Can?" 

"Nggak usah bahas aku dulu Citra, kamu utang cerita ke aku lho" 

"Cerita apa?"

"Temennya Bagus! Bentar jangan-jangan tadi kamu jalan sama dia dan ini kaos dia" 

Awalnya aku mau menyanggah namun aku langsung diam mendengar tebakan Cantika. Aku memang belum cerita padanya. 

"Beneran Cit?" Mata Cantika sampai membelalak. Aku memang nggak pandai bohong.

"Kalian udah sedeket itu"

"Nggak Can, kita cuma temen biasa kok. Bagus udah cerita apa aja?" 

"Nggak banyak Cit, makanya aku mau tau dari kamu"

"Kamu cerita dari bagus apa nanti aku tambahin"

"Halah. Ya dia cuma bilang kamu deket sama temennya. Katanya mereka deket banget."

"Cuma itu?"

"Ya apalagi Bagus bukan yang kepoan anaknya. Jadi dia juga nggak tau perkembangan kalian" 

"Nggak ada perkembangan kita cuma temen biasa. Ya kita beberapa kali makan bareng. Main bareng. Udah gitu aja"

Cantika terlihat berpikir sementara aku merebahkan diriku di kasur. Rasanya hari ini melelahkan. "Beberapa hari yang lalu kamu ketemu Yovi?" Tanya Cantika dengan pelan. 

"Iya, Yovi cerita ke kamu? Wow dia masih sering curhat ke kamu Can?"

Cantika menggeleng "Bukan aku tapi cerita ke Bagus, Bagus cerita ke aku"

"Hmmm Bagus?" Aku merasa ada yang aneh disini. Cantika tau aku jalan dengan Dhika dari Bagus, ia juga tahu aku ketemu Yovi dari Bagus. Apa yang aku harapkan sih toh Bagus memang berteman baik dengan Yovi waktu SMA bahkan satu kosan. Di kampus ia dekat dengan Dhika. 

"Bentar Cit, Yovi kenal Dhika nggak?" Cantika menatapku "Kan mereka sama-sama deket sama Bagus"

Aku hanya menaikkan pundak tanda aku nggak tau tentang itu. "Kalau mereka kenal emangnya kenapa?" Tanyaku acuh. 

"Mantannya Citra temenan sama calon pacarnya Citra" ucap Cantika sambil tertawa meledekku. 

"Ngomong apa sih Can, udah dibilang aku sama Dhika cuma temenan. Lagian kemarin pas ketemu Yovi, aku juga bareng Dhika dan mereka kayaknya juga nggak menunjukan tanda-tanda saling kenal" ucapku sedikit ragu di bagian akhir toh aku nggak terlalu ingat jelas.

Cantika terus-terusan menggodaku saat itu, tentu saja tentang kedekatanku dengan Dhika. Ah, lebih tepatnya pertemananku. Cantika cukup berlebihan dalam hal ini. 

Dhika Dhika Dhika. Aku mengucapkan namanya beberapa kali seperti merapalkan mantra, kalau mengingat pertemuan pertama kami. Itu benar-benar ketidak sengajaan, pertemuan kedua begitu juga waktu itu ia memintaku untuk menghubunginya tapi karena ingatan ikan masku aku lupa sampai akhirnya di pertemuan ketiga ia meminta kontakku. Setelahnya kami saling menghubungi dan bertemu. Yah, sampai saat ini kami berteman. 

Siang tadi ketika ia tiba-tiba mengajakku, aku langsung saja mengiyakan padahal aku nggak tau kemana tujuannya. Jujur aku sempat khawatir ketika melewati belasan kilometer jalan Kaliurang tapi belum juga sampai. Aku bahkan merencanakan untuk meminta bantuan Clara yang kosnya di atas. Aku tertawa sendiri mengingatnya Dhika rupanya orang yang peka, sepanjang jalan ia terus meyakinkanku kalau ini bukan tempat yang buruk. 

Nyatanya apa yang ia katakan memang benar, itu tempat yang menyenangkan. Ia sudah beberapa kali latihan di situ saat kolam lain ramai. Katanya udah renang aja biar pusingnya ilang, nggak perlu khawatir karena ia kenal pengelolanya dari Mas Saka. 

Ini sudah larut, Cantika sudah tidur dari sejam yang lalu. Sementara aku mulai membuka ponsel membuka thread percakapanku dengan Dhika.

[Citra] Makasih ya Dhik buat hari ini 🥰

Tak ada tanda-tanda ia sedang online, mungkin akan dibalas besok pagi. 

Aku berdiri lantas mencopot fotoku dan Yovi yang tertempel di cermin kamar. Benar kata Dhika move on itu tentang waktu. Setiap orang perlu waktu yang berbeda ada yang cepat ada juga yang lambat. Seperti aku misalnya. Yah, menunggu waktu yang tepat saja nggak cukup perlu usaha juga. Mencopot foto ini juga termasuk usaha kan? Setidaknya aku tak lagi melihat gambaran Yovi di kamar kosku ini. 

Ponselku bergetar, aku segera mengeceknya. Seutas senyum muncul begitu saja saat aku mengetahui pengirimnya. Dhika. Kenapa dia belum tidur jam segini sih?

[Dhika ganteng] Sama-sama Citra 👍
Kalau mau lagi bisa lho, asal tempatnya lagi kosong kita bebas kesana lagi

[Citra] Ahahahhaha tuman dhik
Nggak enak lah sama pengelolanya

[Dhika ganteng] Hmm, kalo gitu jalan ke tempat lain aja

[Citra] Boleh
Kok belum tidur dhik?

[Dhika ganteng] Tadi ngerjain makalah, terus anak kos lagi pesta

[Citra] Asik banget pada pesta

[Dhika ganteng] Iya ehehe
Ini tadi pada beli ayam sama ikan terus di bakar
Kamu mau nggak? Kalo mau ini masih ada aku bisa gosend

[Citra] Waaaah enak
Nggak usah dhik kasian mas-mas gosend-nya udah tengah malem begini

[Dhika ganteng] Yaudah nanti kalo anak-anak pesta lagi aku jemput kamu ya

[Citra] Mana boleh kan aku nggak kenal anak kosanmu

[Dhika ganteng] Nanti kenalan dulu dong Cit 

[Citra] Oke deh
Dhik, kamu kan kemarin bilang move on itu tentang waktu dan usaha, kayaknya aku terlalu larut tapi nggak usaha deh. Mulai sekarang aku mau usaha…
Makasih ya 

[Dhika ganteng] Serius? 
Aku siap bantu usahamu kapan aja Cit, pasti berhasil 👍👍

[Citra] Serius,
Makasih Dhika 😀😀

[Dhika ganteng] Sama-sama
Dah malem, sana tidur

[Citra] Oke oke Dhik…
Kalo pestanya udah selesai buruan tidur juga

[Dhika ganteng] Siap Citraaaaa 🥰
Mimpiin aku ya

[Citra]
NGGAK MAU 🙅‍♂️🙅‍♂️

■■■

Remedy | Hwang Hyunjin - Lee Chaeyeon |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang