08

172 32 18
                                    

Dhika

Setelah sekian lama akhirnya aku mampir kontrakan Bagus. Ini gara-gara motornya Bagus kebanan alias bocor. Untuk ukuran anak kos yang kemana-mana pake motor pribadi dan karena pelit Bagus ogah ngeluarin duit  buat bayar ojol makanya langsung chat minta nebeng. Aku nggak ngeluh serius, lagian kalo ke kampus salah satu jalan alternatifnya juga bisa lewat kontrakan Bagus di utara selokan mataram. 

Begitu sampai di kontrakannya, bukan Bagus yang membuka pintu tapi orang lain. Sangat familiar tapi bukan karena aku sering main ke sini tapi karena pernah ketemu di luar. Aku mengamatinya, tersenyum ramah ala tamu. Responnya datar. Beneran datar atau malah ada sedikit sorot tidak menyukaiku. Aku menyapanya sebentar, ngomong kalo mau jemput Bagus dan ia menyuruhku masuk. 

Selama beberapa waktu aku mencoba mengingat, ternyata dia orangnya. Orang yang ketemu di mekdi beberapa waktu lalu yang membuat ekspresi Citra berubah. Aku menoleh menatapnya, ia menyadari dan balik menatap. Selama beberapa saat ada rasa yang tidak nyaman atau bahkan tidak suka menyelimutiku. Mantannya Citra.

Yang bikin sebel, dihari yang sama siangnya bahuku kram beberapa kali. Ini yang membuatku berada di sini. Istirahat di kontrakan Bagus. Aku duduk di bangku tengah menonton TV yang tidak menyala saat mantannya Citra tiba-tiba mendekat. 

"Pacar barunya Citra?" Aku menoleh padanya. Dari sorot matanya ia terlihat penasaran.

"Dhika, Hafid Juan Mahardhika" ucapku memperkenalkan diri tanpa menjawab pertanyaan tidak pentingnya.

"Sejak kapan?"

"Sepertinya itu bukan urusanmu" 

"Aku tahu, cuma memastikan" 

"Hubungan kalian udah berakhir, kayaknya segala tentang Citra udah nggak ada kaitannya sama kamu lagi"

Jujur aku males. Maksudnya kenapa dia terlalu blak-blakan? Padahal kita bahkan nggak terlalu kenal. Dia bisa aja kan cari tahu pake cara lain. Bukan tanya ke Citra juga sih soalnya pasti bikin nggak nyaman. 

Aku menghela napas. Ada untungnya aku ke sini tapi ada ruginya juga. Untungnya aku jadi inget siapa mantannya Citra. Ruginya, mantan Citra terlalu kepo. Ya tau sih kalo cari info emang lebih baik ke sumbernya langsung tapi ya nggak gini juga. 

"Sorry kalo kamu nggak nyaman" ujarnya lantas menyibukkan diri dengan ponselnya. 

Tak lama setelah itu Bagus datang dari parkiran, aku bisa melihat sorot kebingungan dari matanya. "Oi Yovi, udah balik?" Ujar Bagus menyapa mantannya Citra. "Iya, dosennya lagi keluar kota" balasnya. Setelah itu Bagus duduk di antara aku dan Yovi. "Katanya mau molor, sana masuk kamar" ucap Bagus padaku. "Hmm" lantas aku masuk ke kamar Bagus. Toh di ruang tengah juga nggak nyaman.

Bagus memasuki kamarnya ketika aku hampir tidur. "Gus, nitip hp kalo pelatih atau siapa tanya bales aja, jangan kasih tau Citra kalo aku nggak enak badan" 

"Udah tau Dhik?"

"Udah, kapan itu ketemu di mekdi. Pantes kaya nggak asing, taunya temenmu."

"Kalian tadi ngobrol?"

"Cuma kenalan"

"Kenalan tapi mukamu kesel"

Remedy | Hwang Hyunjin - Lee Chaeyeon |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang