12.5

151 32 12
                                    

■■■

Penghuni kontrakan sudah selesai dengan kegiatan bakar-bakar, kini mereka sedang beres-beres seraya ngobrol ringan. Tentu saja Lingga sudah bergabung kembali setelah menurunkan Yasmin beberapa menit yang lalu. Pemuda itu sempat menawarkan ikan bakar pada perempuan yang beberapa bulan ini mengisi hatinya. Sayangnya ketika ia mendekat untuk mengecek ikan bakar hasilnya nihil. Hanya tersisa beberapa duri ikan. Lingga sempat agak keki di depan Yasmin. Apa yang terjadi pada Lingga malah terlihat lucu bagi Yasmin. Gadis itu tersenyum kemudian mengayunkan telapak tangan pada penghuni kontrakan seraya berucap "duluan ya" tanpa menunggu jawaban ia kembali ke kosannya. 

Dengan wajah yang sedikit merah karena malu, Lingga mengamati satu per satu teman sekontrakannya. Namun ia menemukan kejanggalan. Dhika. Pemuda awal masa dewasa itu belum ada. "Dhika mana?" Tanyanya begitu duduk di samping Kris.

"Belum pulang dari tadi" balas Fadhil.

"Serius?"

"Serius, bahkan ikan bakarnya belum sampai ke Jani" kali ini Arya yang menjawab seraya memasukkan sisa-sisa duri dalam piring ke tempat sampah. 

Lingga diam. Bukannya ia tidak percaya pada Dhika tapi saat seperti ini ia pantas merasa khawatir karena beberapa menit lagi sudah berganti hari dan ini pertama kalinya Dhika bersama Citra. Ia lantas mengeluarkan ponselnya, mencari kontak Dhika lalu memanggilnya. Sayangnya panggilan itu tidak diangkat. 

Ia menghela napas "Dhika" ucapnya lirih namun pemuda yang lain bisa mendengarnya dengan jelas. 

"Tenang Ga, percaya sama Dhika dia nggak akan macem-macem" 

"Iya bener kata Mas Kris, mungkin Dhika lagi dijalan"

"Percaya sama Dhika mas, mereka udah lama kenal kok" Felix menepuk jidatnya setelah sadar apa yang baru saja ia ucapkan. Sementara yang lain langsung memberi tatapan minta penjelasan padanya. 

"Bentar deh, kalo mereka saling kenal pantes aja tadi ada yang janggal"

"Gimana Jen?" 

"Tunggu Sak, biar Felix jelasin dulu" 

"Semoga nggakpapa aku cerita ini. Setauku orang yang selama ini deket sama Dhika itu Citra mereka kenal karena ketemu di kosan Jani waktu pindahan dulu"

"Kosan? Jani sama Citra sekosan mas?" Tanya Saka pada Lingga. Sementara yang ditanya tampak bingung karena Lingga nggak tahu kalau kedua gadis itu tinggal seatap.

"Kosan Jani tuh polsek belok kiri kanan jalan" 

"Kosan Citra juga" Lingga tampak berpikir "kalo dari sini polsek belok kiri kanan jalan juga"

"Lah aku juga baru inget mas, Citra sama Jani kan satu jurusan kayaknya sekelas" 

"Citra nggak bawa hp kan Mas Lingga?" Arya bertanya seraya mengingat selama pertemuannya dengan Citra hari ini gadis itu nggak memegang hp bahkan kalau Arya tidak salah ingat Citra sempat menyinggung kalau ia tak punya hp. "Ceweknya Dhika seminggu ini juga nggak ada hp, katanya mau dipinjami hp lamanya Dhika nggak mau" lanjutnya.

"Fiks nih emang Mas Dhika sama Mbak Citra ada apa-apa"

"Aku yes sih. Lagian aku juga udah curiga dari tadi. Rasanya emang mereka berdua tadi aneh" 

"Bener Jen, lihat Dhika keluar setelah bangun tidur udah mandi, wangi, rapi, dan nggak ada muka bantal kaya tadi aja aneh"

"Mas Lingga jangan ngamuk ya" 

Lingga menatap Jendra setelah mendengar ucapannya itu. "Ceritain Jen" balas Saka penasaran. Sementara Jendra menunggu persetujuan dari Lingga.

"Ya tergantung lah"

"Gimana mau diceritain nggak Mas?" tanya Arya

"Ceritain aja, daripada semaleman nggak bisa tidur cuma karena ini jadi bahan overthinking"

Jendra berdehem lalu memulai ceritanya "Kalian inget kan tadi pas Dhika tidur pintunya dibuka katanya kalo ditutup gerah. Nah pas aku masuk bangunin Dhika pintunya ditutup, aku curiga kalo Dhika bawa Citra ke kamarnya soalnya waktunya pas aja sama Citra yang lagi masuk" 

"Jen, itu asumsimu kan? Nggak ada bukti lho"

"Ya, iya tapi aku curiga aja"

Sementara penghuni kontrakan masih membicarakan Dhika dan Citra, pemuda yang sedang diperpincangkan itu tiba-tiba menyetandarkan kendaraannya di depan kontrakan. Hal itu serta merta membuat perhatian seluruh penghuni kontrakan menatapnya. Menuntut penjelasan. 

Dhika tampak sadar dengan situasinya, karena tadi Jani sempat memberitahunya kalau anak-anak mencarinya.

"Aku duduk dulu, terus tak ceritain" ucap Dhika seraya melepas helm dari kepalanya. Lantas ia duduk diantara mereka bertujuh.

"Aku ngajak Citra mampir kafe, makanya lama. Ada yang perlu kita bicarakan karena sebelum hpnya rusak sempet salah paham"

"Kenapa nggak cerita kalau kalian saling kenal sih mas?"

"Karena bingung. Coba bayangin kamu bangun tidur tiba-tiba lihat dia yang nggak bisa dihubungi semingguan di depan kamarmu. Kaget banget aku tadi terus spontan aku ngajak dia ngobrol di kamarku pintunya kebuka terus pas denger ada suara langkah kaki langsung tak tutup"

"Makanya pas tak panggil pintunya nutup ya?"

"Iya Jen, Citra bakal nggak nyaman juga kalau kalian langsung dikasih tau" 

"Bisa bayangin sih pasti jadi canggung"

"Terus Citra tau nggak kalau kamu sama Mas Lingga sekontrakan?"

"Nggak tau kayaknya Mas, dia pas lihat aku juga kaget kok. Aku baru tau dia sepupunya Mas Lingga ya tadi itu pas ngobrol" Dhika memandang Lingga. Dhika tahu Lingga masih meragukannya. "Mas percaya sama aku," lanjutnya.

"Iya-iya Dhik. Lagipula Citra juga udah dewasa bisa nilai kamu orangnya gimana,"

Dhika merasa lega mendengar ucapan Lingga. Ternyata Lingga tidak seperti bayangannya yang akan menghalangi hubungannya dengan Citra. Ampun itu hanya pemikiran spontan Dhika ketika mengetahui gadis itu sepupu Lingga.

"Udah lega Dhik?" Pertanyaan Mas Kris dibalas Dhika dengan senyuman.

"Akhirnya aku sempet lihat Mas Dhika jadi budak cinta"

"Karena Dhika kelamaan jomlo ya Dhil"

"Iya Mas"

"Udahlah ayo masuk udah jam satu lebih ini, motornya pada dimasukkin juga jangan lupa" ajak Kris, penghuni kontrakan paling senior.

■■■

Remedy | Hwang Hyunjin - Lee Chaeyeon |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang