01

473 40 14
                                    

Dosen sudah keluar dari kelas lima menit yang lalu, namun udara panas Jogja membuat Citra enggan keluar dari kelas. Paparan AC ruang kelas yang sejuk terlalu nyaman untuk ditinggalkan. Gadis itu tahu jelas sepanas apa suhu udara luar di bulan September yang belum mengalami musim penghujan. Beberapa mahasiswa memasuki kelas, Citra terpaksa harus meninggalkan ruang kelas lalu berjuang di tengah udara panas.

Citra ingat pesan dari Ibu kos katanya hari ini ada anak baru yang akan menempati kamar sampingnya. Hal itu membuatnya segera meninggalkan kampus, karena hari ini kelasnya sudah selesai. Mungkin saja penghuni baru itu akan membutuhkan bantuannya.

Ia menanggalkan tote bag-nya lalu mengganti pakaiannya dengan celana pendek dan kaos kebesaran agar lebih nyaman. Memandangi pantulan dirinya di cermin besar peninggalan penghuni kamar ini sebelum dirinya. Bukan pantulannya yang membuat tak beranjak namun dua foto yang masih tertempel disana yang membuatnya bertahan. Seharusnya foto itu ia lepas tiga bulan yang lalu tepat ketika hubungannya berakhir, namun lihat saja sampai hari ini masih menempel manis di pojok cermin.

"Citra... Citra... Mau sampai kapan?" gumamnya pelan.

Getaran benda kecil dari kasur mengalihkan perhatiannya, ia duduk lalu mengambil melihat siapa pengirimnya dari tab notifikasi. Pengirimnya Cantika, teman dekatnya sewaktu SMA hingga kini. Pesan itu berupa foto. Belum sempat pesan itu ia buka suara keramaian di luar membuatnya menaruh ponsel di atas kasur lagi. Lantas Citra keluar mengeceknya, dilihatnya penghuni kamar sebelah sudah datang. Citra belum tahu siapa penghuninya namun ada dua orang pemuda yang mengangkut beberapa kardus ke dalam kamar. Tidak mungkin penghuninya salah satu diantara mereka karena ini kosan perempuan.

Citra memutuskan untuk mendekat "Hai, ada yang bisa aku bantu nggak?" tanyanya pada salah satu pemuda itu.

Pemuda itu menyambut pertanyaan Citra dengan senyum "Oh coba masuk ke kamarnya aja, Janika di dalem"

"Janika? Seni tari 2018?" tanya Citra penasaran.

"Iya, seni tari 2018. Sefakultas ya?"

"Lah Citra, kosmu disini?"kali ini Janika yang keluar dari kamarnya karena mendengar percakapan tadi. Wajahnya tampak kaget namun senyum mengemang di wajahnya. "Ini Citra, temen sejurusanku Dhik" lanjut Janika seraya mengenalkan Citra pada pemuda yang di panggil Dhik tadi.

"Lah malah sejurusan" balas Dhika seraya mengulurkan tangan "Dhika" Citra membalas uluran tangan "Citra. Iya sejurusan malahan sekelas juga." Keduanya tersenyum lalu sama-sama menarik uluran tangan.

"Iya kita sekelas mulai semester 3 ini Dhik. Oiya Cit kenalin yang lagi jalan kesini itu Felix" ucap Janika sambil menunjuk pemuda yang sedang berjalan yang ditunjuk tersenyum memperlihatkan gigi rapinya lalu ketika jaraknya semakin dekat ia menyapa "Halo, ini Felix" dengan suara yang ternyata dalam. Berbanding terbalik dengan wajahnya yang manis. Citra tampak kaget mendengar suara Felix namun ia tetap mempertahankan ekspresinya dan tersenyum "Citra."

Janika mengajak Citra memasuki kamarnya lalu bersama-sama membereskan barang-barang yang masih berada dalam beberapa kardus. Sementara Dhika dan Felix keluar untuk membeli makan.

Jam menunjukkan pukul lima sore ketika Janika dan Citra selesai mengatur barang-barang Janika. Tak lama setelahnya Dhika dan Felix kembali dengan membawa empat kotak ayam olive. "Beli Olive doang lama banget kalian" Protes Janika dengan wajah kesal yang di buat-buat. "Tadi ada urusan laki-laki" sahut Felix.

Dhika membagikan kotak olive pada Janika, Citra dan Felix. Lalu ia duduk disamping Citra.

"Ini ular ya? Ular ular ular" ucap Janika tiba-tiba yang membuat Citra membelalakkan mata karena bingung.

"Lah iya, lupa nggak beli minum!" Felix menepuk kepalanya sendiri lalu melirik ketiganya bergantian.

"Galonku habis belum diisi" balas Janika.

Mendengar itu Citra tanggap ternyata Janika menyinggung ular karena ular kalau makan nggak pake minum "Aku ada air di kamar, tak ambilin ya" tawar Citra seraya beranjak bahkan sebelum yang lainnya mengiakan.

"Aku bantuin" ucap Dhika seraya mengikuti Citra ke kamarnya yang berada tepat di samping kamar Janika.

Citra memasuki kamarnya lalu mempersilakan Dhika untuk masuk mengambil galon yang isinya masih setengah. "Yakin dibawa segalonnya Cit?" tanya Dhika sebelum mengangkat galon itu. "Iya bawa aja Dhik" setelah mendengar jawaban Citra, lantas Dhika mengangkatnya dan membawa ke kamar Janika. Sebelum mengikuti Dhika, Citra menyempatkan dirinya mengambil ponsel yang ia tinggalkan dari siang.

Citra kembali ke kamar Janika dan dilihatnya Janika, Felix, dan Dhika belum memulai makannya. Lantas Citra bergabung dan mereka memulai makan seraya bercerita tentang mengapa Janika pindah kos.

Dari cerita itu Citra tahu kalau Janika dan Dhika adalah sepupu. Awalnya mereka tinggal di rumah saudaranya namun karena Dhika pindah ke kontrakan bersama Felix. Janika juga memutuskan untuk pindah ke kos ini.

Ditengah obrolan mereka ponsel Citra kembali bergetar. Pesan dari Cantika kembali menghiasi layar ponselnya. Kali ini bukan pesan gambar seperti tadi namun rentetan pertanyaan.

"Cit kamu dimana?"

"Cit gimana kondisimu?"

"Citraaaaa"

"Cit nanti aku ke kosmu"

Citra mengerutkan keningnya, ia lalu membuka pesan Cantika keseluruhan. Mengunduh gambar yang pertama Cantika kirimkan. Belum ada tiga puluh detik Citra sudah menyesali pilihannya untuk mengunduh. Ia berusaha untuk tidak melemparkan ponselnya karena kalau sampai hal itu ia lakukan perhatian orang disekitarnya akan berpusat padanya.

Citra memberesi makanannya "Dhik, aku ganti berapa?"

"Nggak usah, ini ditraktir Janika" bukan Dhika namun Felix yang menjawab.

Dhika melihat Citra dengan wajah penasaran "Kok nggak dihabisin Cit?"

"Makasih ya Jani. Hmm, aku ada perlu harus balik ke kamar duluan. Mama mau telpon" balas Citra bohong. "Galonnya biar disini dulu aja" lanjutnya lalu meninggalkan kamar Janika. Hal itu menyisakan tanda tanya bagi Dhika dan Janika.

■■■

Remedy | Hwang Hyunjin - Lee Chaeyeon |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang