05

189 33 21
                                    

Dhika

Aku menaiki tangga salah satu kedai burger di Jalan Sudirman dengan membawa nampan berisi dua soda, dua cheese burger, dan dua kentang. Di salah satu meja, Citra sudah menungguku. Ya ini sudah beberapa kali aku dan Citra jalan berdua. Sebelumnya Citra mengajakku makan di salah satu restoran atau lebih enak disebut kedai ayam geprek dekat kampus, kami juga beberapa kali makan di klebengan. Untuk hari ini akulah yang mengajaknya, rencananya aku mengajaknya ke Jalan Kaliurang tapi ia menolak katanya "mana aja asal jangan yang di jakal Dhik."

Dan akhirnya disinilah kami sekarang berada dalam satu meja persegi, berhadapan di ujung ruangan. "Makasih ya Dhik" ujarnya dengan senyum menghiasi wajahnya ketika aku meletakkan nampan di meja. Aku pun membalasnya dengan senyuman. 

Sejujurnya sejak tadi berada di kosnya saat Citra keluar dengan celana jin, kaos dan kemeja yang tidak dikancingkan. Lalu dengan rambut pendek seleher yang ia gerai aku tak bisa berhenti memandanginya. Citra dengan penampilan seperti ini terlihat manis dan fresh. 

"Dhik, kok rasanya kamu sama Jani itu mirip ya. Kalian kaya anak kembar," 

"Banyak yang bilang gitu Cit, Jani itu aku versi perempuan dan aku Jani versi laki-laki. Kita kembar beda rahim,"

"Kalian lucu banget, terus kata Jani nama kalian mirip juga ya?"

"Iya, yang buat namanya mamaku kalo misal aku lahir perempuan bakal pake namanya Hani Juanica Andriani. Tapi karena aku lahir laki-laki dan mama juga udah nyiapin nama laki-laki akhirnya namaku jadi Hafid Juan Mahardhika."

"Bahkan nama kalian aja mirip ya Juan sama Juanica. Aku juga punya adik yang wajahnya mirip sama aku. Banyak yang bilang kita kembar. Mau lihat foto adikku nggak?" Tanyanya dengan antusias.

"Boleh mana lihat,"

Citra mengutak-atik ponselnya lalu menunjukkan layarnya padaku disana ada foto perempuan yang wajahnya memang benar mirip dengan Citra. 

"Namanya Clara, wajah kita mirip tapi dia lebih anggun daripada aku,"

"Padahal menurutku kamu juga anggun lho Cit. Wajah kalian mirip sih tapi mata kalian beda." 

"Kayaknya cuma kamu yang bilang aku anggun Dhik. Iya sama bentuk wajah kita kalo diperhatiin baik-baik juga agak beda."

"Berarti aku harus lebih kenal kamu lagi Cit biar bisa buktiin kamu beneran anggun apa nggak?"

"Boleh, kalau nggak anggun jangan kecewa ya" balasnya lantas tertawa. Aku suka saat Citra tertawa, tawanya renyah dan nular mau tak mau aku juga ikut tertawa. 

Namun itu tak berlangsung lama. Tawanya berhenti seketika lantas ia mulai diam, seperti merasa tak nyaman. Aku memperhatikan arah pandangnya. Di sana ada seorang laki-laki dan perempuan duduk bersama. Wajah laki-laki itu rasanya tak asing. Namun aku tak tau jelas siapa dia. 

Citra kembali fokus pada makanannya, ia mempercepat memakan makanannya. Aku pun mengikutinya dengan cemas. Siapa laki-laki itu dan apa hubungannya dengan Citra?

Aku kembali menoleh ke meja laki-laki itu lantas pandangan kami bertemu. Aku bisa melihat kalau tatapannya padaku terlihat kesal atau lebih ke marah. Entahlah aku tidak tahu.

"Dhik, kalo udah kita pulang atau cari tempat lain yuk" aku kembali mengalihkan pandangan ke Citra. "Oke, kita pulang aja" jawabku. Aku segera menghabiskan makananku lantas ketika kami sama-sama selesai dengan makanan, kami meninggalkan tempat ini. 

Aku sebenarnya penasaran tapi rasanya tidak pas kalo aku bertanya padanya. Kalau dia merasa nyaman dan percaya padaku pada akhirnya akan cerita sendiri ketika dia siap. Bertanya tentang kejadian hari ini mungkin membuatnya tak nyaman. 

Remedy | Hwang Hyunjin - Lee Chaeyeon |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang