11

163 34 36
                                    

■■■

Citra

Clara sakit. Seminggu aku tidak berada di kosan, tapi berada di kosan Clara yang letaknya hampir di ujung utara Sleman. Jangan tanya jaraknya, berkali-kali lipat dari jarak kosanku ke kampus. Tiap hari aku harus berangkat lebih pagi untuk membelah bagian utara Sleman ke ujung selatan Sleman. Ya karena beberapa ratus meter dari kampus sudah bagian dari kota Jogja.  

Beruntungnya kondisi Clara sudah berangsur membaik, jadi hari ini aku bisa kembali ke kosanku sendiri. Dan tentu saja dengan jarak kosan-kampus yang hanya sekitar lima menit berjalan kaki. Ah tentang pulang, aku tidak membawa motor ketika berangkat ke kosan Clara seminggu yang lalu, Mas Lingga mengantarkanku. Tiap ke kampus aku membawa motor Clara. 

Sekarang semua ini jadi masalah, aku nggak ada motor dan ponselku rusak seminggu yang lalu. Tepat setelah Clara berkabar kalau dia sakit. 

Aku sekali lagi mengharap jemputan dari Mas Lingga, karena mau naik ojol terlalu berat diongkos saking jauhnya kosanku dan Clara. Sebagai imbalannya Mas Lingga memaksaku menemaninya belanja di Pasar Sore. 

Letak pasar hanya sekitar satu kilometer dari kontrakannya, jadi daripada aku langsung pulang ia mengajakku ikut bakar-bakar di sana setelah membeli ikan. Aku agak ragu, takut kalau-kalau teman Mas Lingga tidak mengizinkan ku ikut dan sejujurnya aku sedang lelah dan ingin beristirahat. 

"Mereka anaknya asik, kamu nggak usah khawatir" Suara Mas Lingga terdengar samar tertutupi oleh deru kendaraan sekitar. 

"Iya" jawabku pelan tak peduli ia mampu mendengarnya atau tidak. 

Begitu kendaraan yang kami kendarai dimatikan mesinnya, aku langsung mendengar sapaan dari beberapa orang yang berada di Angkringan. 

"Wah parah Lingga, tiap hari gonta-ganti cewek" 

"Mbak hati-hati sama buaya" 

"Sialan, kelinci lucu gini dibilang buaya" balas Mas Lingga seraya melirik ke teman-temannya.

"Lah malah, kelincikan lambang playboy. Pokoknya hati-hati ya mbak" sontak aku tertawa melihat Mas Lingga kesal dan mendengar ia jadi bulan-bulanan temannya. Mas Lingga langsung berjalan mendekat ke mereka berusaha untuk menabok mereka satu persatu. Aku mengikutinya.

"AHELAH, kamu Cit" teriak salah satu dari teman Mas Lingga begitu melihatku dengan jelas. Matanya membelalak memberi kesan jenaka.

"LOH, Jendra" teriakku sedikit lebih rendah dari teriakan Rajendra. Rajendra teman sefakultas, teman ospekku ternyata teman sekontrakan Mas Lingga. Jogja memang sempit.

"Drama drama drama" kali ini Mas Lingga lagi dengan nada dibuat-buat.

"Kamu kok mau sama dia sih Cit?" Tanya Jendra seraya melirik Mas Lingga.

"Siapa bilang aku mau sama dia"

"Heh bangsat, berasa hina banget" sontak orang-orang tertawa mendengar umpatan Mas Lingga. Ketika tawa orang-orang sudah reda, Mas Lingga kembali berucap "udah puas ketawanya? Kalo udah kenalan dulu, kenalin yang lagi makan sate usus itu Mas Kris, sampingnya yang lagi minum es teh itu Saka, terus yang lagi jalan pulang dari masjid itu Arya, di dalem ada yang lagi molor, terus ada yang lagi pacaran, ada juga yang lagi diluar nggak tau kemana" 

"Aku nggak dikenalin mas? Nggak dianggep?" 

"Ini, namanya Citra. Sepupuku yang paling sering ngrepotin" 

Disaat yang bersamaan tanpa aba-aba aku dan Jendra menabok Mas Lingga. Sore itu sebelum bakar-bakar ikan dimulai kami menghabiskan waktu dengan obrolan ringan atau lebih banyak membicarakan tentang pengalaman buruk Mas Lingga dan Jendra. 

Remedy | Hwang Hyunjin - Lee Chaeyeon |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang