[2] Is it okay?

2.1K 266 6
                                    

Kau sering menanyakan, “Apakah itu adalah sebuah kesalahan?”

Hei, Iblis bodoh, sebegitu kah rasa takut dalam hatimu akan banyak dari perbuatan mu yang dianggap sebagai suatu kesalahan?

_____________________


Andai saja aku tidak pernah diciptakan ke dunia yang memuakkan dan tidak adil ini, aku tidak perlu bimbang antara mati dengan lega atau hidup penuh siksa.

Mentari pagi terbit dari ufuk timur, kemudian menyapa dunia dengan cahaya nya, dibarengi dengan ayam yang berkokok.

Langit biru nan cerah seolah tak mengerti apapun.

[Name] tidak tidur semalam. Tidak peduli seberapa besar rasa kantuk yang menyerangnya, dia tidak ingin tidur. Di bawah mata indahnya yang kini hanya bisa melontarkan tatapan kosong tanpa emosi melingkar kantung mata.

Depresi, stress? Entah, mungkin semacamnya, atau bahkan lebih dari itu. Hei, lama-lama rasanya gila jika memikirkan lagi kejadian semalam. Hati [Name] benar-benar hancur, dia tidak lagi memiliki apapun, selama ini dia tidak pernah diberitahu dimana keluarganya yang lain berada, atau mungkin memang sudah tidak ada? Entahlah.

Anak itu menatap ke arah jendela yang ternodai cipratan darah semalam. Anak-anak sebayanya, teman bermainnya, sedang asyik bermain di luar sana. Tapi, [Name] merasa ragu untuk melangkahkan kaki keluar.

Bagaimana reaksi teman-temannya itu, juga termasuk seluruh penduduk desanya, jika mengetahui apa yang semalam diperbuat [Name]? Walaupun yang dilakukannya itu mungkin benar, membunuh tetaplah membunuh, dan yang melakukannya pasti akan diberi hukuman berat, anak kecil sekalipun. Prinsip seperti itu merupakan suatu yang sangat sulit untuk digoyahkan.

[Name] menarik napas panjang, kemudian membuangnya pelan-pelan, bermaksud untuk menenangkan dirinya sendiri, Tenang saja, mereka itu “teman”, harusnya mereka bisa menerima apa adanya ...

Anak itu kemudian bangkit dari futon-nya, menghela napas panjang. Dia melangkah pelan, mendorong pintu rumah perlahan. Sontak, puluhan sorot mata meliriknya, kebanyakan dari mereka membicarakan sesuatu, yang kemungkinan besar tentang [Name].

“Kabarnya semalam keluarga Miyazaki, anak itu berubah menjadi Iblis, dan dia membunuhnya, ya?”

“Sungguh memprihatinkan, tapi, akankah dia dihukum?”

“Benar juga, lagipula dia sudah membunuh ...”

“Iya, iya, aku juga berpikiran seperti itu,”

“Eh, jangan terlalu keras, kasihan kalau dia dengar,”

Kasihan apanya, dasar bodoh? Sudah jelas-jelas aku ada disini, pasti aku mendengar mu. Dan juga, kenapa perlu kasihan jika ingin aku dihukum mati juga?

[Name] menggigit bibir bawahnya, air matanya menggenang di pelupuk. Di saat bersamaan, anak itu langsung berbalik, membanting pintu rumahnya kesal, penuh amarah. Kemudian, dia mengunci pintu rumah dan menutup semua jendela yang ada rapat-rapat.

Masa bodoh dengan mereka semua, mereka pasti sedang membicarakan aku, dan aku pasti diincar ... argh, kalau tahu begini, sebaiknya aku tidak perlu membunuh Oka-san dan Otou-san kemarin ...

Air mata [Name] mengalir deras, “Semuanya ... semua yang ada disini, semuanya cuma pengkhianat tidak tahu diri! Harusnya tadi malam aku mati saja, dengan begitu, aku tidak perlu seperti ini ...!” maki nya geram, mengacak-acak ruang tamu rumah dengan amarah yang meluap.

Masih penuh amarah, tiba-tiba saja pintu rumah [Name] didobrak sangat kencang hingga pintunya lepas, padahal sudah dikunci.

“Miyazaki [Name],” panggil seorang laki-laki dengan tegas, menatap [Name] yang tengah terpaku dan berlinang air mata itu serius, sembari melangkah mendekatinya, “Apa yang kamu lakukan kemarin malam? Benarkah kamu menghabisi kedua orang tuamu sendiri?”

“A-aku ...” tiba-tiba saja sekujur tubuh [Name] terasa kaku, sukar untuk digerakkan. Pria itu adalah salah satu pimpinan desa. Dia tahu kalau orang tuanya, dirinya dan keluarganya, merupakan pimpinan terpenting dalam desa. Kematian mereka pasti akan menyedihkan, apalagi jika pembunuhnya adalah keluarganya sendiri, “benar, aku memang menghabisi mereka.”

“Lalu, apa yang terjadi semalam, apa yang kamu lakukan hingga membunuh keduanya?” tanya pria itu lagi.

Hening menengahi mereka selama beberapa saat hingga akhirnya bibir [Name] tergerak, “I-iblis, mo-monster. Oka-san dan Otou-san berubah menjadi mo-monster,” katanya gelagapan, ekspresinya berubah takut saat kejadian semalam terlintas dalam benak, “Lalu? Setelah itu, apa yang terjadi?”

“Me-mereka menyerang ku, mereka sama sekali tidak mengenali ku setelah wu-wujudnya menjadi aneh, se-seperti monster. Aku ti-tidak punya pilihan lain lagi selain membunuh me-mereka dengan belati ya-yang aku temukan,” jawab [Name] sambil menunduk.

Sudahlah, tidak apa. Entah dia akan percaya pada perkataan ku atau tidak. Mungkin berterus terang seperti ini akan jadi lebih baik, aku jadi merasa lebih lega sekarang ..

“Begitu, ya,” pria itu tersenyum, kemudian mengacak surai [h/c] [Name], “Bagus, kau sudah berani jujur, Miyazaki. Karena usiamu masih terbilang anak-anak, kamu tidak mendapat hukuman apapun,”

“Eh? Benarkah?”

“Ya. Mulai sekarang, hiduplah dengan harapan orang tuamu. Pastinya, mereka menaruh harapan yang sangat besar padamu, kan? Keputusanmu itu tidak salah. Jika saya ada di posisimu, mungkin saya juga akan mengambil tindakan yang sama,”

Senyum [Name] mengembang, “Terima kasih banyak!”

_________________


Namun, sayangnya, hari-hari setelah itu sangatlah berbeda dengan ekspetasi [Name] semula.

“Dasar pembunuh!”

Ya, aku memang pembunuh, tapi Tsunoda-san bilang itu adalah tindakan yang tepat ...

“Mati saja kau!”

Hatiku sudah mati karena mu, kau tahu?

“Harusnya kau dihukum, kalau perlu, sekalian mati saja waktu itu!”

Aku juga berharap seperti itu. Tapi, seberapa bodohnya kau? Waktu tidak bisa di ulang, lagipula itu adalah hal yang benar, kan?

Seorang gadis melangkah sambil menunduk, netra [e/c] nya menampakkan tatapan kosong, tidak menyiratkan ekspresi apapun.

Ini memang sudah lima tahun sejak kejadian itu. Hanya saja, pola pikir para penduduk desa tetap tidak berubah, bahwa gadis itu adalah pembunuh yang harus dijatuhi hukuman, sekalipun sebenarnya dia harusnya adalah salah seorang pemimpin desa.

Menyedihkan. Anehnya, gadis itu tidak menggubris, meski dalam hati mungilnya tersirat dendam dan rasa benci yang teramat sangat. Dan, dia menahannya selama lima tahun.

Selama lima tahun itu pula, tidak ada yang mengakuinya, meski dia memiliki kemampuan luar biasa, entah itu dalam berburu, kemampuan fisiknya, dan juga pola pikirnya yang ekstrem, menjadikannya berbeda dengan gadis lain.

Saat sampai di depan suatu rumah dengan gaya tradisional khas Jepang dengan label bertulis “Tsunoda”, gadis itu mengetuk pintu, “Permisi,”

Tidak ada jawaban dari dalam rumah. [Name] langsung mendorong pintu, kemudian melangkah masuk, “Permisi, Tsunoda-san,”

Hanya hening yang menjawab. Semakin bingung harus melakukan apa, [Name] memutuskan untuk masuk lebih dalam. Si pemilik rumah, yang disebut Tsunoda oleh [Name] itu juga memperbolehkan gadis itu langsung masuk, semisal tidak ada jawaban.

“Eh?”

Raut wajah [Name] berubah drastis ketika mencium bau darah yang sangat pekat, “Tsunoda-san!” teriaknya, kemudian berlari ke arah sumber bau yang ganjil tersebut.

[Name] langsung menggeser pintu suatu ruangan, entah ruangan apa, tapi dia malah menemukan pemandangan yang sangat tidak mengenakkan disana.

“Tsunoda-san ... tidak ...”

Sweet Nightmare | AkazaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang