[16] Talk

1.1K 135 10
                                    

Setsu langsung buru-buru menutup ruangan Akaza tadi, dengan wajah se merah tomat.

Sementara Akaza di dalam ruangannya hanya memasang ekspresi heran, seolah tak terjadi apapun. Bukannya Setsu sudah sering melihatku seperti ini? Barusan juga dia melihatnya, kan?

Akaza kemudian mengedikkan bahu seraya memalingkan wajah. Gadis itu memang sudah pergi, sih. Tapi entah mengapa perasaannya saja yang mulai.. tidak enak.

.. apa iya dia menyukaiku?

Laki-laki itu menggelengkan kepala kuat-kuat, berusaha menepis pikiran bodohnya yang .. terlalu berharap. Lagipula, mana mungkin seseorang yang baru hilang ingatan langsung jatuh cinta pada seseorang yang tidak dia ingat?

Akaza menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Dia itu Iblis. Bukan manusia. Tak seharusnya bisa merasakan perasaan seperti ini, bukan begitu?

Ya, soalnya dia ditakdirkan menjadi seorang Iblis sejak lahir. Menyedihkan. Betapa payahnya Iblis yang bisa jatuh cinta, pikir Akaza.

Laki-laki itu sesegera mungkin mengganti pakaiannya. Dia menghela napas panjang sekali lagi, mengingat kalau setelah ini Akaza harus berhadapan dengan "tuan"nya, bersamaan dengan Setsu yang hilang ingatan. Ah, Akaza harus memikirkan kata-kata yang perlu disiapkan untuk bicara dengan Muzan, kata-kata terakhirnya, mungkin.

Setelah selesai, Akaza menggeser fusuma yang menutup ruangannya. Dia menengok ke arah kanan dan kiri koridor yang sepi, berharap Setsu muncul disana. Tapi, Akaza tak menemukan gadis itu.

Berfirasat kalau Setsu mungkin masih mengganti pakaiannya, Akaza menyenderkan diri di dinding samping ruangannya. Beberapa kali, laki-laki itu menghentakkan kaki pelan. Menunggu si gadis.

Ah, aku semakin terlihat seperti orang bodoh.

Tak lama setelahnya, netra keemasan milik Akaza mendapati Setsu yang keluar dari ruangannya. Gadis itu mengenakan kimono yang agak terbuka. Setsu lalu menatap laki-laki di hadapannya itu heran, "Kenapa?"

Tersentak, Akaza refleks menggelengkan kepala. Tanpa disadari, pipinya mulai terasa hangat. Buru-buru, laki-laki itu menepis pikiran bodohnya, untuk kedua kalinya, mungkin.

"A-ayo pergi dari sini. Aku perlu membawamu ke suatu tempat," ujar Akaza, berbicara dengan tempo agak lebih cepat dari biasanya, kemudian menggamit tangan Setsu tanpa permisi.

_____________

Kibutsuji Muzan memutar badannya setelah mendengar bunyi biwa yang begitu kencang.

"Saya membawakan Setsu seperti apa yang Anda minta,"

Suara yang familiar di telinganya itu membuat Muzan tergerak. Manik merah plum miliknya menangkap Akaza tengah membungkuk-- nyaris bersujud-- di hadapan pria itu. Ah, ya, jangan lupakan gadis bersurai perak yang disebut Setsu di sebelahnya-- tengah kebingungan dengan situasi ini.

"Aku senang kau sudah melakukan apa yang aku minta, Akaza. Ini bahkan lebih cepat dari dugaan ku," ujar Muzan, mungkin berbasa-basi atau semacamnya.

"Saya merasa terhormat mendengarnya, Muzan-sama. Tapi, bolehkah saya menjelaskan sesuatu terlebih dahulu? Ada beberapa hal yang merubah Setsu saat dia tak dapat saya temukan," pinta lawan bicaranya.

Muzan memiringkan kepala sedikit. "Tak apa. Aku juga butuh penjelasan darimu mengenai kondisinya sekarang,"

Akaza menarik napas sebelum mulai menjelaskan. "Menurut cerita yang saya dengar dari Setsu sendiri, dia dibawa ke markas Pemburu Iblis usai pertarungannya dengan dua orang Pillar-- karena tak terbakar matahari, pada saat dirinya tak sadarkan diri. Saat terbangun, Setsu tak mengingat apapun. Seseorang disana memberitahukan namanya, dan beberapa hal mengenai Iblis-- sebatas yang manusia pada umumnya ketahui,"

"Lanjutkan," perintah Muzan, setelah Akaza sedikit memberi jeda untuk mengambil napas.

"Pemburu Iblis membiarkan Setsu hidup seperti manusia disana. Akan tetapi, dia malah dapat terbakar matahari seperti Iblis pada umumnya. Bahkan Anda, atau saya. Kemampuan Setsu menahan sinar matahari nampaknya hanya aktif saat ia tak sadarkan diri.  Para manusia itu kemungkinan besar menjadikannya objek penelitian atau hal semacam itu. Tapi, Setsu berhasil kabur saat ingatannya perlahan kembali sedikit demi sedikit," lanjut Akaza, menceritakan banyak hal yang dia dengar dari Setsu saat di festival-- walau tak seberapa detail.

"Kalau begitu," ucap Muzan, mengalihkan pandangannya pada Setsu yang sedari tadi hanya menunduk dengan ekspresi keheranan. "Setsu, apakah informasi tentang kita ada yang bocor?"

Manik sewarna darah Setsu melebar. Dia cukup terkejut. Hei, bahkan gadis ini baru saja hilang ingatan, mana mungkin dia membocorkan informasi tentang Iblis pada para manusia?

"Tidak," jawab Setsu seadanya. Berharap Muzan mempercayai perkataan gadis itu. "saya bahkan tak mengingat apapun tentang diri saya sendiri," ucapnya seraya memalingkan wajah. Tanpa menatap atau melirik Muzan sedikitpun.

"Begitu, ya?" Muzan bertopang dagu. Sementara itu, Akaza meneguk ludah dan mengamati dua orang di hadapannya. "Tapi, tadi Akaza bilang, ingatanmu sempat kembali sedikit demi sedikit. Ada kemungkinan kecil kalau kau memang membocorkannya," pria itu mulai berbicara dengan nada seolah mengintimidasi lawan bicaranya.

Akaza yang menyaksikan pembicaraan tak terbayangkan itu hanya bisa terdiam. Mulutnya terasa kaku, atau kurang lebih rasanya seperti dikunci oleh sesuatu. Firasat buruknya semakin membeludak. Entah apa yang akan terjadi. Haruskah ia mempersiapkan kata-kata terakhirnya sekarang juga?

"Kau berbohong," dua kata yang terlontar dari mulut Muzan membuat Akaza dan Setsu bergidik ngeri di saat bersamaan. "manusia bahkan sudah tahu banyak tentang Iblis," ucap pria itu, tatapan sinis nya seolah membuat siapapun berteriak ketakutan.

"Aku tidak butuh banyak informasi dari kalian supaya kalian tak menjadi abu malam ini. Katakan saja, sampai sejauh mana mereka tahu tentang kita?"

Muzan sedikit menekankan suara dan nada bicaranya pada kata "kita". Siapapun bisa saja lari dari ruangan abstrak itu saking takutnya, melihat bagaimana pria itu berbicara dengan mengintimidasi. Tapi, tentu tidak untuk Akaza. Dia seorang Upper Moon. Setsu sendiri, mungkin memiliki potensi untuk menempati posisi yang sama, kalau dia mau.

"Tentang nama Anda, tapi setahu saya tidak dengan penampilan Anda. Dan juga, mereka mengerti tentang Blood Demon Art yang para Iblis gunakan. Lalu, tentang Iblis Upper Moon serta Lower Moon, mereka juga mengelompokkan Iblis seperti itu. Mereka tahu kelemahan kita, dan tentang kutukan yang menimpa pemimpin mereka," jawab Setsu. "yang paling parah, manusia-manusia keparat itu menjadikanku seperti kelinci percobaan dengan mengakali aku seperti 'kau boleh tinggal disini' atau, 'mulai sekarang, kau adalah teman kami'-- benar-benar memuakkan,"

"Berarti, mereka mungkin sudah tahu sedikit mengenai kemampuanmu yang tidak biasa, walaupun hanya aktif saat kau tak sadarkan diri," ucap Muzan.

Setsu mengangguk. "Kurang lebih begitu. Tapi yang terakhir saya dengar, mereka belum mendapat hasil apapun. Itu pantas dan sebanding dengan kebodohan mereka, sih,"

Pria itu kemudian membalikkan badannya. "Sudah cukup untuk sekarang. Informasi dari kalian sebenarnya tak terlalu berguna. Dan, kalian tahu kalian ini apa, kan? Kalau ingin menjadi lebih berguna lagi, bunuhlah seorang bocah Pemburu Iblis dengan anting hanafuda. Atau, jika tidak, bunuh salah seorang Pillar. Tugas ini juga aku berikan pada Enmu. Kuharap kalian bisa melaksanakannya, atau Enmu yang melaksanakannya,"






Ngebut semalem:'

Sweet Nightmare | AkazaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang