[10] Isn't Enough

986 156 0
                                    

Manik sewarna darah milik gadis itu menatap Kanroji yang melompat mundur dengan tatapan remeh. “Serangan dan pergerakan yang mudah ditebak seperti itu akan sangat mudah dihindari. Juga, tidak akan ada pengaruhnya bagiku,” ucap gadis itu, menatap Kanroji dengan berusaha memprovokasinya, juga Iguro yang berdiri di belakang.

Iguro menghela napas kasar, emosinya berkecamuk ketika Kanroji mulai direndahkan. Sialnya, pedang nichirin miliknya masih ada di tangan gadis Iblis keparat itu, dia tidak bisa menyerang. Haruskah Iguro bergantung dengan Kanroji saat ini? Harusnya Kanroji masih memiliki secuil keberuntungan, pedang nichirin nya masih ada di genggaman tangan.

“Serahkan padaku, Iguro-san! Aku akan merebut kembali nichirin Iguro-san, baru kita akan menyerangnya bersamaan,” ucap Kanroji. Iguro pada awalnya berniat menolak, tapi karena memang tidak ada jalan keluar yang lain, laki-laki itu hanya bisa mengangguk dan menurut meski sebenarnya dia benar-benar ingin marah sekarang.

Gadis itu menyipitkan matanya. “Orang bodoh mana yang membicarakan rencana sendiri di depan musuh?” ledeknya dengan tatapan remeh, serta nada bicara yang berusaha memprovokasi. Kanroji menatap gadis itu kesal, di saat yang bersamaan, rasa kesalnya mulai meluap.

“Breath of Love, Second Form, Anguish Inducing Love!”

Nichirin Kanroji berubah menjadi panjang dan lentur, melayangkan tebasan pada gadis itu. Tangannya berhasil ditebas, namun dapat tumbuh dalam satu kedipan mata. Kanroji terkejut. Harusnya Iblis yang bukan Uppermoon atau Lowermoon tidak bisa melakukan regenerasi secepat ini. Tapi, bukan hanya itu yang membuat manik hijau terang gadis itu membulat.

Serangan Kanroji sekali lagi meleset, dan sudah ada goresan panjang di pipinya. Gadis Iblis itu sudah menggoresnya dengan belati, tepat saat dia melancarkan serangan yang pada akhirnya meleset.

Kanroji mendarat di tanah dengan tidak mulus. Kepalanya menghantam tanah, dalam sekejap gadis itu merasa kepalanya sangat berat, dan pandangannya kabur disertai rasa sakit yang menjalar ke sekujur tubuh. Sakit. Sangat sakit. Rasanya seperti terbakar oleh api yang sangat panas.

Saat manik hijau terang gadis itu terbuka lagi, dia mendapati rantai membelenggu dirinya. Sama seperti apa yang terjadi dengan anak kecil yang tadi. “Kanroji!!” teriak Iguro. Urat-urat kecil memenuhi wajah laki-laki itu, amarahnya mulai meledak.

Sementara Kanroji yang terkapar di tanah berusaha melepaskan diri dari belenggu rantai itu, Iguro, tanpa pikir panjang melesat cepat ke arah si gadis Iblis. Pukulan keras dilayangkan, tapi itu berhasil dihindari. “Aku tidak menyangka, emosimu rupanya mudah sekali terpancing.” ucap gadis itu, meledek.

“Kau yang memancing amarahku, dasar Iblis keparat! Ini salahmu karena sudah melukai Kanroji!” teriak Iguro. Dia kembali melayangkan pukulan, tapi kali ini--

Gerakannya dikunci. Gadis Iblis itu menahan pukulannya, dengan cepat mengunci pergerakannya dan membanting tubuhnya. Iguro menggertakkan gigi geram, tapi dengan terkapar di atas tanah begini tanpa nichirin di genggaman tangan, tidak ada hal berarti yang bisa dia lakukan.

“Jadi,” ucap gadis itu sambil mendekati Iguro yang berusaha bangkit, “namamu Iguro, dan gadis itu Kanroji?” lanjutnya yang malah mengalihkan pembicaraan.

Iguro berhasil bangkit meski agak terhuyung, “Memang kenapa?! Kau sendiri siapa, hah? Lepaskan Kanroji dan berhenti mengoceh tentang omong kosong mu itu!”

“Namaku Setsu. Aku tepat seperti Iblis yang kalian incar, yang hanya mau memakan orang-orang kuat; maksudku Pemburu Iblis dengan peringkat tinggi. Asal kau tahu, aku pernah sekali menghabisi seorang Pillar. Tapi, ya, aku tidak ingat sudah berapa tahun sejak saat itu,” katanya.

Masih dengan tujuan yang sama, Setsu memprovokasi Iguro, sementara Kanroji masih berteriak kesakitan karena rantai yang membelenggu itu mengekangnya sangat erat, dan semakin erat.

Manik heterochromia Iguro melebar, ekspresi ketakutan yang diselubungi keputusasaan mulai nampak di wajah laki-laki itu.

Kalau dia bisa menghabisi seorang Pilar, itu berarti kami juga bisa tamat disini. Ditambah lagi, jika yang dihabisinya itu adalah Pilar generasi yang lalu, yang lebih kuat daripada Pilar generasi saat ini, dia mungkin berkali-kali lipat lebih kuat. Aku dan Kanroji bisa dihabisi lebih awal. Hanya saja, aku merasakan sesuatu yang janggal darinya..

Iguro menatap Setsu geram. Dia langsung menerjang sang Iblis, kemudian melayangkan pukulan keras sekali lagi. Setsu menangkis pukulan itu, tapi Iguro kemudian menendang kakinya. Gadis itu nyaris terhuyung dan kehilangan keseimbangan sejenak, nichirin milik Iguro terlempar jauh.

“Iguro-san!! Cepat ambil nichirin mu!!” teriak Kanroji dari jauh yang masih mati-matian berusaha melepaskan diri dari rantai Setsu yang sangat panas.

Manik sewarna darah Setsu melebar, tapi dia tidak sepenuhnya terkejut. Iguro tentu berlari untuk mengambil nichirin miliknya, tapi Setsu tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Gadis itu menghalangi jalannya, Iguro memukul pipi Setsu keras.

Sayang, Setsu terjatuh. Iguro berlari secepatnya menuju nichirin miliknya yang terlempar itu, tapi Setsu yang terkapar di tanah mencengkram erat kakinya. “Jangan berpikir serangan lemah mu yang tadi mampu menjatuhkan aku begitu saja, dasar bodoh,” ledeknya, kemudian mengulas seringai.

“Cih!”

Iguro menendang tanah untuk melepaskan Setsu. Gadis itu terhempas cukup jauh, Iguro memanfaatkan kesempatan dan langsung mengambil nichirin miliknya kembali.

Tapi, setelah itu, Iguro tidak melihat Setsu disana. Bukan itu saja yang membuatnya terkejut, dia juga melihat Kanroji sudah lepas dari belenggu rantai panas Setsu. Namun, itu bukan suatu yang membuatnya senang. Soalnya, walaupun sudah bebas, Kanroji terkapar di tanah dalam keadaan tak sadarkan diri, luka bakar memenuhi sekujur tubuhnya.

Iguro dengan sigap mendekati Kanroji, merobek sedikit dari haori-nya untuk menutup luka yang lebar. Dia menyapukan pandangan ke seluruh area di sekitar tempat itu, tapi Iguro tidak menemukan Setsu. Hawa keberadaan gadis Iblis itu juga sama sekali tidak terasa, seolah hilang dan lenyap di telan bumi.

Tidak, dia pasti ada di sekitar sini. Meski aku keberatan dan benci untuk mengakuinya, gadis Iblis keparat itu sangat kuat, jadi mungkin saja ini salah satu bentuk kekuatannya ...

“Hei, pengecut, keluarlah dan tunjukan dirimu! Apa-apaan kau yang dari tadi sok kuat tapi sekarang malah menyembunyikan—”

Mata Iguro membulat dan melebar sekali lagi. Gadis itu mendadak muncul di depannya, dan saat Iguro melihat lengannya yang tiba-tiba terasa perih, laki-laki itu mendapati sebuah luka gores yang merobek sedikit dari haori miliknya.

Sementara itu, Setsu yang ada di hadapannya menatap Iguro dan Kanroji yang tak sadarkan diri dengan merendahkan. “Karena kau sangat merepotkan dan keras kepala, jadi aku memutuskan untuk membuatmu merasakan hal yang sama dengan gadis itu juga.” katanya.

Iguro tahu jelas apa yang akan terjadi jika dirinya tergores belati di tangan Iblis keparat itu. Rantai itu. Rantai yang mengekang sekaligus membakar. Perlahan, rantai berkarat itu akan membelenggu, kemudian menghabisi "target"nya. Entah itu Blood Demon Art atau apa, yang jelas, itu sangat luar biasa karena sudah cukup untuk membuat Kanroji terkapar dan tak berdaya di atas tanah, terlihat seperti orang lemah.

Dan sebentar lagi, rantai itu mungkin juga akan muncul, melakukan hal yang sama pada Iguro. Setsu, sebagai pengguna, hanya perlu menunggu waktu sampai Iguro juga ikut jatuh dan tak sadarkan diri. Setelah itu, mereka akan tamat. Tamat di tangan Iblis yang bahkan bukan Uppermoon atau Lowermoon.

Tamat di tangan Iblis gila yang terobsesi pada kekuatan. Kematian yang konyol. Tidak, Iguro tidak menginginkan itu. Siapapun juga tidak ingin mati konyol. Tapi, sebentar lagi .. jika kekuatan gadis itu melahapnya ...

“Tidak! Aku tidak akan kalah! Aku akan bertarung, lalu menghabisi mu, dasar Iblis keparat!!”

Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, dengan nyawa yang ada di ujung tanduk, Iguro bangkit dan menodongkan nichirin nya pada Setsu.

“Bagus, bagus. Aku suka semangat orang-orang kuat sebelum akhirnya mereka akan mati di tanganku!”

Sweet Nightmare | AkazaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang