[5] Eternal Paradise

1.4K 228 10
                                    

Aku pikir yang waktu itu adalah pertemuan pertama terakhir kita, yang membawakan petaka.

Apakah takdir tidak pernah puas akan ini semua? Sudah cukup, aku membencimu.

_______________

Setsu, gadis Iblis yang hanya mau memakan manusia yang kuat. Kebanyakan korbannya dari kalangan Pemburu Iblis.

"Bosannya .." gumam gadis bersurai perak kebiruan itu, netra sewarna darahnya menatap langit malam tanpa minat.

Apa tidak ada Pemburu Iblis kelas tinggi yang lewat di sekitar sini? Aku tidak merasakan hawa yang kuat ... menjengkelkan, batin gadis itu.

"Eh?" manik merahnya membulat, dia sedikit terkejut. Tiba-tiba saja, dia merasakan ada hawa yang kuat, tidak jauh dari sini. Gadis itu kemudian melompat ke atas pohon yang rindang, supaya bisa bersembunyi dan mengawasi targetnya lebih mudah.

"Blood Demon Art, Shape-shifting; as a normal Human,"

Seorang gadis yang kiranya berusia sembilan belas atau dua puluh tahun melangkah di jalan sepi yang sebelumnya tempat gadis iblis itu melangkah. Mungkin gadis itu adalah Pemburu Iblis yang pangkatnya lumayan tinggi, tapi tidak selevel Pillar.

Anehnya, dia tidak menunjukkan tampang waspada. Apa dia ini pangkat rendahan? Kalau ditinjau dari hawa keberadaannya, harusnya tidak mungkin.

Masa bodoh lah kali ini dengan kekuatannya, Setsu, yang penting kau sedang sangat lapar sekarang!

Tu-tunggu, batin Setsu mulai panik saat merasa gadis itu menyadari keberadaannya dan menoleh ke arahnya. Setsu kehilangan keseimbangan di pohon dan jatuh mencium tanah. Dentuman keras terdengar, gadis yang merupakan "target" itu meliriknya.

"Hei, apa kau tidak apa-apa?" gadis itu berlari kecil, menghampiri Setsu dengan raut wajah khawatir. Bohong. Gadis ini, pasti cuma menggertak, pikir Setsu. Tapi, mungkin Setsu bisa balas bertindak juga.

Gadis itu mengulurkan tangannya yang diterima oleh Setsu, dan gadis iblis itu mengangguk, "A-aku cuma terjatuh saat mau menyelamatkan kucing yang ada di atas pohon tadi ... dan sekarang kucing itu sudah pergi,"

"Oh, begitu," gadis itu manggut-manggut, kemudian menatap Setsu sembari tersenyum ceria, "Siapa namamu? Perkenalkan, namaku-"

Kata-kata gadis itu mendadak terputus saat Setsu tiba-tiba saja jatuh pingsan.

______________________

"Ugh ... dimana aku?"

Gadis dengan surai perak kebiruan itu terduduk sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing. Dia menyapukan pandangan ke sekeliling, dan menemukan seorang laki-laki di sebelah beberapa mayat wanita yang telah hancur, tengah tertidur lelap, di tengah ruangan yang tidak begitu jauh dari lantai, tempatnya saat ini.

Gadis itu, Setsu, mengernyitkan alis. Siapa laki-laki ini? Pikirnya, rasanya dia mungkin sangat kuat.

Setsu bahkan tidak pernah bertemu seorangpun yang memiliki hawa keberadaan sekuat ini. Apa laki-laki ini adalah Uppermoon? Kalau iya, mungkin tingkatannya sangat tinggi.

Seingat Setsu, Akaza yang merupakan Uppermoon nomor tiga tidak memiliki hawa keberadaan yang lebih dari laki-laki ini.

Tunggu, kenapa aku malah memikirkannya?!

Setsu menggelengkan kepala kuat-kuat, dia berusaha menepis pikiran anehnya itu. Dia harus melakukan sesuatu, setidaknya. Tapi, apa? Ah, bahkan setelah menjadi Iblis sekalipun, otak dan daya berpikirnya masih sama saja.

“Ah, kau sudah bangun,”

Setsu ter lonjak kaget saat mendapati laki-laki itu terbangun sambil mengucek matanya yang sewarna pelangi, “S-siapa kau?!”

Laki-laki itu tersenyum, tidak, lebih tepatnya, senyum yang merupakan tipu daya, “Namaku Dōma. Dan kau?”

“Apa gunanya aku memberitahukan namaku pada seorang sepertimu?” Setsu menatapnya sinis.

“Tidak, memang tidak ada,” balas Dōma, masih dengan senyum yang sama, “sebatas memudahkan ku memanggil mu, mungkin,”

“Dan aku tidak peduli itu, harusnya kau tahu. Aku cuma perlu tahu dimana aku sekarang, dan apa pentingnya pembicaraan ini,” Setsu melipat tangan di depan dada, kemudian membuang muka dengan angkuh.

“Jawabannya mudah,”

“Hah?” gadis itu menaikkan sebelah alisnya.

“Tapi, beri tahu aku siapa kau terlebih dahulu,” senyum Dōma semakin lebar, bersamaan dengan alis [Name] yang semakin berkerut, “Kau cuma berusaha memancingku, kan?”

“Tidak, tidak,” laki-laki itu menggelengkan kepala.

“Lalu?”

“Aku tidak berusaha memancing mu atau apa, lagipula, aku tidak tertarik denganmu, maksudku untuk memakan mu. Kau Iblis, kan? Hawa keberadaan mu terasa aneh, cuma sebatas itu saja,”

“Apa hal seperti itu patut dijadikan alasan? Sekarang, masalahnya, tempat apa ini, dan bagaimana aku bisa ada disini?”

“Dari mana aku harus memulai penjelasannya, ya ... ah, ya, pertama aku harus mengucapkan selamat datang di sekte ini, Eternal Paradise Cult!” Dōma tersenyum lebar, sementara itu, Setsu malah semakin heran, “Huh?”

“Seperti yang kau dengar dariku barusan, tempat ini adalah sekte pemujaan, bukan pada dewa Buddha atau semacamnya, penganut sekte ini memuja aku. Kebanyakan dari pemuja ku adalah wanita, dan, aku menyukai darah wanita, jadi aku sering memakan mereka saat berlangsungnya ritual pemujaan,” jelas Dōma, kali ini dengan tampang yang lebih serius.

Laki-laki itu menghela napas pendek sebelum melanjutkan kalimatnya yang sempat terhenti sejenak, “Dan untuk alasan keberadaan mu disini, ada seorang yang membawamu. Dia bilang, untuk dijadikan persembahan, tapi dia malah memancingku. Dia sudah tahu tentang kebenaran tentang sekte ku dan menjadikanmu semacam gertakan, tapi, sayang, dia malah mati,”

Setsu mengalihkan pandangannya yang kosong, “Begitu,”

Dōma kemudian beranjak, hendak melangkah pergi keluar dari ruangannya sebelumnya, “Kalau kau sudah cukup puas, aku akan segera pergi. Aku masih lapar, dan kau mengganggu, kau tahu—”

Kata-kata Dōma terputus saat menyadari Setsu yang menarik pakaiannya erat. Netra pelangi dan merah darah itu bertemu, Setsu menatapnya tajam, “Kau seorang Uppermoon, bukan begitu? Kalau iya, apa kau tahu mengenai Uppermoon nomor tiga, Akaza, dan juga keberadaannya? Bisakah kau memberitahuku?”

“Ha-hah? Akaza?” Dōma mengernyit, tatapannya nampak berbeda sekarang, “Untuk apa kau menanyakan keberadaannya? Apa kau mencarinya?”

“Kalau aku tidak mencarinya, aku pikir hanya orang bodoh yang mau mencari tahu dengan menanyakan keberadaannya,” Setsu mengerling kan mata sembari mendengus kesal, “aku tidak suka basa-basi yang terlalu lama dan cuma membuang waktu ku. Kau paham tentang inti pertanyaan yang tidak lama aku lontarkan, bukan? Cepat jawab aku.”

“Mendengar jawabanku pun, kau tidak bisa dengan mudah mencarinya. Selain itu, mengapa kau mencarinya? Iblis yang aneh sepertimu, terlebih lagi bukan bagian dari Uppermoon atau Lowermoon, tidak mungkin mencari Akaza tanpa—”

Srat.

Setsu membelah setengah kepala Dōma dengan belatinya dengan kecepatan tinggi. Darah laki-laki itu bercucuran di lantai dan menciptakan genangan darah. Tapi, tentunya, Dōma dengan cepat beregenerasi, “Kau terlalu berisik. Sudah aku bilang, tidak perlu basa basi, apalagi yang menyangkut masalahku dengannya kan? Dimana Akaza? Aku yakin, kau pasti tahu sesuatu tentangnya,”

Sweet Nightmare | AkazaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang