The Pleaser - 28

1.5K 155 7
                                    

"Hei! Kenapa kau tak menangis?"

"Ibu.. aku..-aagg..!"

"Cepat menangis! Cubit dirimu, lukai dirimu! Yang penting cepat menangis!"

"..hisk.. tapi.."

Suara hujan yang begitu memekakkan telinga dibarengi dengan suara iringan demi iringan nyanyian pujian dan doa-doa yang dihantarkan kepada yang Diatas membuat pendengaran siapapun tak akan paham mau yang mana didengar. Begitu acak dan begitu mencekam. Tapi bagaikan tidak terjadi apapun, semua insan yang berdiri mengelilingi sebuah lubang besar yang hampir sama dengan besarnya lapangan sepak bola itu tak peduli apapun.

Tak peduli hujan yang begitu deras dan menyakitkan menghantam tubuh hangat mereka, yang bisa dipikirkan semua insan ini hanyalah terus menyanyi dan berdoa tanpa kenal lelah.

Sudah hampir 2 jam mereka berdiri diatas tanah ini. Dan sudah 2 jam pula mereka menangis kesal, sedih, histeris, panik, dan semua perasaan tak jelas yang dieskspresikan dengan cara tangisan kuat itu. Apa yang mereka tangiskan? Sederhana, hanya tumpukan mayat-mayat manusia yang akan dikebumikan massal dikarenakan bencana alam yang bukan main menggetarkan seluruh dunia.

Tak hanya disini, di daerah manapun di dunia ini harus melakukan ini cepat ataupun lambat. Malah hari ini saja sudah ada 8 pemakaman massal yang dibuat oleh pemerintah setempat. Tak hanya kubur massal, kremasi massal pun terpaksa dilakukan karena lahan yang terlalu sempit. Cukup beruntung para orang kaya yang bisa menaruh tubuh kesayangan mereka di kuburan massal ini, apalagi yang miskin? Mereka ada yang terpaksa membakar mayat keluarga mereka sendirian.

Tak peduli siapa keluargamu, siapa namamu, pangkatmu atau kebaikan apa yang kau lakukan selama di dunia. Saat bencana alam yang sekarang diikuti dengan penyakit misterius yang menyerang banyak orang miskin membuat tingkat kematian sangat gila-gilaan, hampir 100% di benua manapun.

Jadi pemakaman massal ini diikuti oleh berbagai macam umur. Dari anak-anak yang harus terpaksa melihat kejadian yang terlalu tidak logis di mata mereka sampai orang dewasa yang memaki banyak hal.

Mengetahui ini akhir dari hidup kesayangan mereka? Mati dan dikubur dengan sekitar 3000 mayat lain di bawah sana? Uang mereka tidak cukup banyak dan mereka bukan kalangan elite politik yang mampu membeli tanah dengan harga semahal matahari demi acara penguburan yang layak.

Dan semua ini direkam oleh lelaki bermarga Zhu itu. Dia terlalu muda untuk melihat apa yang ada di hadapannya. Pikirannya belum cukup matang dan belum cukup memahami apa yang terjadi di depannya saat ini. Tapi yang dirinya tau adalah salah satu dari sekian ribu mayat di bawah sana adalah sang kakak dan ayah. Berdiri di tepi jurang mayat dan kehidupan itu, ia mencengkram lengannya sendiri tanpa menyadari bahwa kulitnya sudah mulai terkelupas karena cakarannya sendiri.

Air matanya mengalir deras, tapi sungguh ia tak paham kenapa ia harus menangis.

Tepatnya, untuk mayat mana yang ia harus tangiskan?

"Ibu..."

"Sial.. sial.. sial.. kenapa harus seperti ini..?!"

Pria muda itu hanya bisa merasakan getaran di sekujur tubuhnya. Ia menatap nanar kearah wajah sang Ibu yang berbalik menatapnya dengan tatapan penuh kebencian, terlalu keras untuk dirinya yang sama sekali tak bisa mencerna apapun di otaknya.

"Ibu.. kenapa..?"

Wanita paruh baya itu menarik lengan itu kecil itu dan mengakibatkan suara teriakan kesakitan yang begitu memilukan di telinga siapapun. Tapi ingat kan bahwa tak ada yang peduli dengan suara keras manapun selain takdir yang sedang mereka hadapi ini.

My Heroine - YIZHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang