Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi

Part 2

118K 8K 577
                                    


Sudah seminggu ini aku menghindari Satria, yang artinya sudah seminggu ini juga aku lebih banyak mengurung diri di kamar karena hampir setiap hari Satria selalu datang ke rumah. Menyebalkan.

Nggak tahan terkurung lebih lama lagi akhirnya aku memutuskan untuk keluar kamar. Lagian hari ini malam Minggu. Dua sekawan jomblo itu pasti kelayapan.

Sayangnya mereka jomblo bukan karena nggak laku. Mas Abhi itu dari zaman SMA pacarnya gonta ganti. Saking banyaknya aku sampai nggak ingat nama-nama mereka. Dan aku curiga kelakuannya di Aussie tambah parah. Tahulah pergaulan di luar negeri kayak apa. Sekarang sih katanya lagi nggak punya pacar.

kalau Satria, menurut cerita Mas Abhi, belum pernah pacaran. Yang naksir nggak kalah banyak, sampe-sampe mbak-mbak penjual jamu yang biasa keliling kompleks juga naksir Satria. Kata Bi Yati malah ada fans club pecinta Satria di kalangan mbak-mbak asisten rumah tangga di kompleks perumahanku. Kayaknya aku harus daftar jadi anggotanya.

Tapi ya itu, Satria itu cuek banget sama cewek, beda sama Mas Abhi yang suka tebar pesona. Satria itu cuma nggak cuek kalau sama aku. Perhatian banget malah, jadi wajar dong kalau aku mikir dia juga suka aku. Walaupun ternyata perkiraanku meleset. Mungkin akunya yang terlalu baper.

Aku menghela napas lalu melangkah malas menuruni tangga dan ternyata lagi-lagi dia ada di sana. Satria sedang duduk sendiri di salah satu kursi di ruang makan dengan semangkuk pangsit mie di hadapannya.

Dia mengenakan kaos rumahan warna abu gelap dan celana pendek jeans belel warna hitam. Rambut hitamnya acak-acakan dan kelihatannya sudah waktunya dipotong karena mulai memanjang hingga mencapai kerah kaos oblongnya.

Penampilan kayak gitu aja dia udah kelihatan ganteng banget. Dengan sepasang alis tebal menaungi sepasang mata hitamnya yang kelam, hidung mancung dan bibirnya yang tegas. Sebentuk anting bulat kecil berwarna hitam menghiasi telinga kirinya. Memberi kesan bandel, walaupun sepengetahuanku dia nggak bandel sih. Anting itu sudah ada di sana sejak pertama kali aku bertemu dengannya.

Mungkin menyadari pengamatanku padanya, kepala Satria yang tadinya menunduk kini terangkat membuat sepasang mata kami bertemu. Aduh, dadaku langsung berdegup kencang. Masuk kamar lagi aja apa ya? Nggak kuat rasanya kalau berduaan aja sama dia.

"Sini Ya, aku beliin pangsit mie," Satria menunjuk kotak berlabel gerai pangsit mie favoritku yang ada di meja makan.

Malu-maluin juga kalau balik kamar sekarang. Lagian aku juga laper sih, jadi aku memutuskan menuruni sisa anak tangga lalu duduk dihadapannya.

"Mas Abhi mana?" tanyaku sambil mulai membuka kemasan pangsit mie, aroma ayam nya yang gurih langsung menguar.

Orang tuaku tadi pamit ke kondangan pernikahan salah satu anak kolega papa. Tadinya aku pikir aku sendirian di rumah. Nggak nyangka kalau makhluk ganteng ini ada di sini.

"Keluar, janjian sama temen-temen SMA," jawabnya sambil mulai menyantap pangsit mienya lagi.

Keningku berkerut. Teman SMA nya Mas Abi berartikan temannya dia juga.

"Kok kamu nggak ikut?" tanyaku sambil mulai menyantap pangsit mie ayam kesukaanku.

Satria cuma mengedikkan bahunya sedikit, tetap asyik menyantap mienya. Kami makan dalam diam. Aku pikir dia nggak bakal jawab, tapi suara beratnya lalu terdengar.

"Nanti kamu sendirian di rumah," ucapnya sambil lalu tanpa mengangkat kepala.

Suapan mieku terhenti di tengah jalan. Susah payah aku memadamkan harapan yang mulai tumbuh lagi. Jangan Baper, Ya. Dia cuma khawatir padamu sebagai adik. Nggak lebih. Kalimat itu kuulang berkali-kali dalam hati bagaikan mantra untuk menghindari patah hati yang lebih parah.

Mungkin Suatu Hari NantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang