"Kenapa jadi kamu yang jemput?" Tanyaku saat mobil sudah mulai meluncur meninggalkan area parkiran sekolah.
Satria menoleh ke arahku sekilas, satu tangannya tetap memegang kemudi tapi tangan lainnya bergerak ke arah belakang mobil.
Sesaat kemudian ia mengulurkan sebuah paper bag coklat berlabel cafe di dekat kampusnya.
"Apaan nih?" Aku mengambil kantong itu dan membukanya. Langsung tercium aroma coklat yang menggugah selera.
"Waffle coklat sama ice lemon squash," ucapnya tanpa menoleh.
Tiap dia ngajak aku ke cafe dekat kampusnya, aku memang selalu pesen ini. Enak banget soalnya.
Aku menghela napas. Memandang lurus ke arahnya yang masih fokus memandang jalanan di hadapan kami.
"Pacar kamu nggak marah kamu perhatian gini sama cewek lain?" Tanyaku langsung. Penasaran banget soalnya.
Dia hanya mengedikkan bahu sedikit, nggak menjawab pertanyaanku membuat suasana mobil kembali hening.
"Dimakan mumpung masih hangat, kalau udah dingin nggak enak," suara beratnya memecah kebisuan di antara kami.
Aku menghela napas lagi. Namun,, akhirnya mengalah dan mulai menggigit waffleku.
"Enak?" Tanyanya
Aku cuma mengangguk.
"Kok bisa kamu yang jemput sih?" Aku menanyakan pertanyaan itu lagi, karena tadi belum dijawab.
"Om Herman telpon Abhi tadi minta Abhi jemput, Pak Naryo nggak masuk." jelasnya.
Om Herman yang dia maksud itu papaku.
Aku merengut, pasti Mas Abhi males-malesan terus malah nyuruh Satria yang jemput.
Satria nyengir melihat wajah masamku.
"Pas aku lagi di kampus Ya, deket juga sama sekolahmu," ucapnya menenangkanku.
"Harusnya nggak usah. Nanti pacar kamu marah. Aku bilang Mas Abhi nanti kalau dia nggak bisa jemput, nggak usah suruh kamu, aku bisa naik taksi." Balasku.
Aku mendengarnya menghela napas berat. Tapi dia nggak bilang apa-apa.
"Eh, kita mau ke mana?" Tanyaku saat menyadari mobilnya nggak melewati jalur yang biasa kami lewati saat pulang ke kompleks perumahan kami.
"Ke Perpustakaan Kota bentar ya," jawabnya singkat.
Perpustakaan Kota adalah tempat yang cukup rutin kami kunjungi selain lapangan basket. Satria sering mengajakku ke sana saat dia butuh referensi untuk tugas atau makalah yang tengah dikerjakannya.
Aku akan menghabiskan waktuku di sana untuk membaca koleksi novel atau komik yang berjejer rapi di rak-rak kayu coklat tinggi yang memenuhi ruangan.
Aku selalu suka diajak ke sana. Tempatnya luas, nyaman, tenang, sejuk di dalam ruangan karena AC yang disetel cukup dingin, tapi dari luar pun sudah terasa sejuk karena deretan pohon rindang yang menaungi halaman depan dan belakang perpustakaan.
Ada sebuah kantin di halaman belakang, tempat para pengunjung yang butuh asupan makanan bisa memilih aneka menu yang tersedia dengan harga yang cukup masuk di kantong pelajar dan mahasiswa.
"Nanti makan siangnya di sana aja," ucap Satria lagi.
Aku mengangkat waffle di tanganku.
"Makan ini udah cukup. Kamu blom makan emang?" Tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkin Suatu Hari Nanti
RomanceRhea, seorang gadis remaja mencintai Satria, sahabat kakaknya yang tinggal di rumah sebelah. Tapi, cintanya ditolak karena Satria punya trauma masa lalu akibat tumbuh di keluarga berantakan yang membuatnya tidak percaya akan cinta. Kisah mereka berl...
Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi