Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir

Part 9

153K 10.1K 1.3K
                                    


Aku terbangun dari tidur yang sangat lelap, membuka kedua kelopak mataku lalu meregangkan tubuhku yang rasanya kaku. Gerakanku terhenti seketika saat melihat pemandangan yang langsung membuat jantungku berdetak tak terkendali.

Satria sedang tidur disebelahku. Ia berbaring dengan posisi miring menghadapku. Refleks aku menggulingkan tubuhku hingga berbaring miring menghadapnya.

Aku mengamatinya tanpa berkedip. Sepasang matanya terpejam dengan beberapa helai rambut jatuh menutupi keningnya. Wajahnya terlihat sangat tenang dan damai.

Tanpa kusadari tanganku sudah terulur merapikan helaian-helaian rambut yang menutupi keningnya. Aku lalu meraba keningnya dengan telapak tanganku. Kelegaan merayap di hatiku saat merasakan keningnya yang dingin, nggak panas seperti tadi.

Aku beringsut duduk, melihat ke arah meja di dekat sofa dan menyaksikan piring yang tadinya berisi nasi dan sop kini sudah kosong dan deretan obat yang tadi ada di sebelahnya juga sudah menghilang. Aku menghela napas lega. Kok bisa sih aku ketiduran di sini? Niat mau ngurus orang sakit jadinya malah ngerepotin yang lagi sakit.

Aku merebahkan tubuhku lagi, masih dengan posisi menyamping tapi kali ini dengan satu tangan menopang kepala.

Mataku tak lepas dari wajahnya yang tengah tertidur. Ia sudah mengganti bajunya dengan kaos oblong putih bertuliskan FK Airlangga dan celana training hitam. Wajahnya terlihat lebih berwarna, nggak pucat kayak tadi. Tidurnya juga kelihatan sangat lelap. Lagi tidur gini aja dia masih kelihatan ganteng dan lebih parahnya lagi kelihatan cute. Satria nggak pernah terlihat cute saat dia bangun. Dia tipe cowok yang cool banget. Jadi ini termasuk pemandangan yang langka. Melihatnya seperti ini rasa sayangku padanya jadi berlipat-lipat.

Entah berapa menit berlalu dengan aku hanya memandangnya dalam diam. Tak mampu mengalihkan tatapanku sedikit pun dari wajah Satria yang terlihat sangat menggemaskan saat tidur.

Salah satu sudut bibirnya tiba-tiba berkedut naik membentuk sebuah senyum, menandakan si pemilik bibir sudah bangun dan sadar kalau kuamati.

"Udah puas belum lihatnya?" suara seraknya terdengar diikuti sepasang matanya yang kemudian terbuka, terlihat sayu karena baru bangun tidur.

"Apaan sih?" Tanyaku jengah, lalu membaringkan tubuhku telungkup, menyembunyikan wajahku di atas bantal.

Kekehannya terdengar di telingaku.

"Aku segitu gantengnya ya, Ya? Wajahku sampe sakit rasanya dilihat setajam itu sama kamu." Godanya membuatku mengerang kesal, semakin menyurukkan wajahku dalam kelembutan bantal.

Ya ampun ini kan bantal Satria, wangi khas Satria menerpa hidungku.

Aku langsung menoleh, memandangnya dengan tatapan setajam yang aku bisa.

"Kamu sengaja ya, pura-pura tidur?" Tuduhku kesal.

Dia cuma mengangkat sepasang alis tebalnya.

"Aku sakit Ya. Abis minum obat, ngantuk terus tidur, bukan pura-pura." Bantahnya dengan suara yang masih terdengar serak.

"Siapa yang nggak kebangun coba kalau dilihat se-intens itu saat tidur." Dia terkekeh lagi. Kelihatan sangat bahagia bisa membuatku salah tingkah.

Aku memutuskan untuk nggak menanggapinya. Semakin ditanggapi dia akan semakin bahagia.

"Kok bisa minum obatnya? Kamu gerus sendiri?" Tanyaku, teringat biasanya dia nggak suka minum obat.

"Minum langsung kok." Jawabnya santai.

icon lock

Tunjukkan dukunganmu kepada ayleentan, dan lanjutkan membaca cerita ini

oleh ayleentan
@ayleentan
Rhea, seorang gadis remaja mencintai Satria, sahabat kakaknya yang ti...
Beli bab baru cerita atau seluruh cerita. Yang mana pun itu, Koinmu untuk cerita yang kamu sukai dapat mendukung penulis secara finansial.

Cerita ini memiliki 32 bab yang tersisa

Lihat bagaimana Koin mendukung penulis favoritmu seperti @ayleentan.
Mungkin Suatu Hari NantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang