18. Meyka

5.5K 738 19
                                    

Happy Reading and Enjoy

Aku berada diantara sedih dan senang karena pada akhirnya aku bisa terbebas dari lintah darat itu, walaupun aku harus berhutang pada Tian. Tapi setidaknya itu lebih baik.

Astaga.... Malam ini adalah malam yang bersejarah, walaupun aku hampir saja dimakan oleh 2 singa buas jantan yang tidak tau malu.

Aku memandang langit-langit kamar dengan bosan, tanganku bergerak meraih phonsel yang sedang dichager, dan mencabutnya, tidak peduli berapa banyak daya yang terisi. Saking bosannya, aku hanya membuka aplikasi chat, kemuidan kembali ke layar utama dan menggeser geser layar utama phonselku.

Aku tidak tau harus melakukan apalagi, grup chat yang biasanya jam segini masih ramai, kini tidak ada. Mungkin disaat-saat seperti inilah aku merasa aku butuh seorang pacar.

Lagi, aku meraih phonselku dan akhirnya membuka instagram, menscrool beranda instagramnya dan melihat artis-artis barat yang tampan dengan tubuh sexy. Uhhh....

Lalu, saat me-refresh beranda, snapgram Tian muncul. Aku iseng membukanya dan hanya sebuah foto dimana Tian sedang mengemudi dengan satu tangan sementara tangan lainnya mengambil gambar. Tidak ada kalimat lainnya sebagai pemanis.

Ahh..... kenapa aku harus peduli?

***

Esok harinya, aku bertemu dengan Tian saat makan siang, begitu juga dengan teman-teman kami yang lain.

Dion menyerahkan undangan pernikahannya dengan sang kekasih.

"Akhirnya..... ada yang mulai melepas status lajang diantara kita berlima, kira-kira, siapa yang nyusul abis ini" Dewa memutar pandangan kearah kami berempat, matanya menatapku lama sebelum aku berceletuk.

"Ngapain lo liat gue kaya gitu? Gue nggak mungkin nikah dalam waktu dekat, pacar aja nggak punya. Noh Clara" sanggahku, lagipula kenapa juga Dewa menatapku seperti itu.

"Yon, menurut lo, siapa yang selanjutnya bakal nikah?"

"Clara kali, nggak tau gue" jawab Dion cuek, ibu jarinya sedang asik membalas pesan calon istrinya sementara tangan yang lain digunakan untuk makan.

"Menurut lo, Yan?"

"Clara" Sahut Tian tak kalah cuek.

"Kok aneh ya, gue malah ngrasa kalau bentar lagi Meyka yang bakal nikah" aku memutar bola mataku mengabaikan kalimatnya yang aneh.

"Nggak ada yang nanya, berisik!!!!" aku menggumam, lalu melirik Tian yang asik main game cacing sambil sesekali mencomot kentang gorong yang ada ditengah meja. Laki-laki itu sepertinya nggak ada niat buat bahas masalah beberapa malam lalu. Aku juga nggak mau kalau dia bahas masalah itu didepan teman-teman kami.

Kira-kira, apa yang Tian pikir setelah tau aku punya hutang 300 juta, pada rentenir lagi. Aku harap pikirannya tidak buruk tentangku mengingat aku sama sekali tidak mengatakan uang 300 juta itu untuk apa.

Aku akan mengatakannya kalau dia bertanya, tapi mengingat dia tidak bertanya, aku akan tetap diam.

"Gue duluan ya, mau ketemu sama orang, bayarin makanan gue" Tian mendadak bangkit dari duduknya seraya menarik dompetnya, menaruh beberapa lembar uang sepuluh ribuan dan menaruhnya diatas meja.

"Kemana lo?" tanya Dion.

"Ketemu orang bentar" Tian langsung berlalu dengan langkah santai, sepertinya memang tidak terburu-buru.

"Kenapa lo ngeliatin Tian sampe kaya gitu?" aku mengerjap menatap Clara yang duduk dihadapanku.

"Hah... emang kenapa?" tanyaku bingung.

"Kaya lo itu seolah-olah lagi liatin setiap gerak-gerik Tian, bahkan sampe dia keluar kantin" aku menatap Clara dengan kening berkerut.

"Gue nggak lagi liatin Tian kali" aku memutar bola mataku dan menyeruput teh tawarku, berusaha menghalau gugup karena ketahuan Clara.

Apa benar aku seperti itu?

***

Aku tidak pernah segugup ini untuk bertemu Christian. Seharusnya Clara yang mengantar berkas ini ke divisi Tian. Tapi dia sedang sibuk, akhirnya aku memilih mengalah dan pasrah saat Clara meminta tolong dengan wajah memelas.

Aku menatap angka lift, dan lift akhirnya berhenti dan pintu terbuka. Aku melewati lorong, disamping kiriku ada dinding kaca, semua divisi sedang sibuk sepertinya.

"Hei Len, aku disuruh nganter ini ke Pak Tian" ujarku pada Lena yang notabene'nya adalah sekertaris Tian.

"Masuk aja Mey, Pak Tian udah nunggu" aku mengangguk pintu ruangan Tian. Dia terdengar menyahut dari dalam dan aku segera mendorong pintu dan mendapati Tian sedang sibuk didepan komputernya. Banyak kertas yang berserakan diatas meja kerjanya.

"Bang, gue mau nganter ini" aku menyerahkan file yang ku bawa.

"Oke, bentar ya, gue cek dulu" aku mengangguk dan memilih duduk dikursi seberang meja Tian. Karena tidak membawa phonsel, aku tidak tau harus melakukan apa.

Sudah hampir 5 menit berlalu dan Tian belum selesai membaca file yang tadi aku bawa. Aku menatap Tian dengan intens, wajahnya, rambutnya yang sedikit berantakan. Aku langsung menggeleng kecil dan berusaha mengalihkan mataku.

Ada apa sih dengan diriku akhir-akhir ini?

3 tahun.... Hampir 4 tahun berteman dengan Tian tanpa perasaan. Garis bawahi, tanpa perasaan. Dia bahkan sering gonta-ganti cewek, sering curhat tentang ceweknya, aku tidak ada masalah sama sekali.

Tapi kenapa malah sekarang......

"Lo kenapa ngeliatin gue kaya gitu?"

-----

Uh.... Uh.....
Gimana part ini?
Pasti ada yang ketawa2 gara2 Meyka yang Salting.

Semoga kalian suka part ini.

With Love,
Bella

Hidden AgendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang