23. Meyka

5.9K 829 57
                                    

Happy Reading and Enjoy

Aku mengirimkan pesan pada Tian untuk meminta nomor rekeningnya, gajiku sudah turun bulan ini, dan hutangku pada Tian harus ku pikirkan juga. Walaupun Tian tidak mengatakan berapa uang yang harus ku bayar tiap bulannya, tapi aku cukup tau diri untuk tidak lebih membuatnya kesusahan.

"Story lo kemaren, sama siapa?" Clara melongok kearah bilik kerjaku, aku menyipit menatapnya seraya tersenyum kecil.

Aku iseng saja memfoto tanganku dengan Tian yang bergandengan didalam bioskop saking gabutnya karena menunggu terlalu lama. Tian tidak masalah karena dia membuat satu yang lain juga.

Grup WhatsApp sejak kemarin malam sudah ramai karenaku dengan Tian. Tapi tidak ada satupun yang ngeh kalau kami jalan berdua.

"Cowok" jawabku singkat.

"Cowok siapa? Kok kaya Tian sih? Trus kalian upload'nya selang beberapa menit gitu" aku menatapnya sebentar.

"Kebetulan aja kali"

***

Acara pernikahan Dion benar-benar tidak tepat, masa Dion menikah hari rabu, untung saja resepsi dilaksanakan malam hari, jadi kami bisa datang keacara pernikahan Dion tanpa tergesa-gesa.

Pernikahan Dion dan Ria dilakukan secara adat karena keduanya sama-sama orang jawa.

"Mau pergi sama siapa lo?" suara Clara mengalun lewat speaker phonselku, kami sedang berbincang lewat telfon. Aku menggeletakkan phonselku diatas meja kecil, tangaku focus merias wajahku.

"Sendiri lah, sama siapa lagi" aku mendengus sebal saat mendengar suara tawa Clara yang terdengar menggelegar.

"Makanya cari pacar! Biar ada yang di ajak buat kondangan"

"Iya, nanti cari di resepsinya Dion, siapa tau nemu" decakku iseng, aku menyempotkan setting spray kewajahku sebagai finishing. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam, aku segera meraih phonselku untuk memesan mobil online.

Tapi ketukan pintu dan suara Gustian terdengar dari luar membuatku urung memesan mobil online.

"Udah ditunggu bang Tian tuh didepan" aku terkejut, Christian sama sekali tidak memberitahu kalau dia akan menjemputku.

"Heh!!! Malah bengong, cepetan sana.... Ntar malah telat" aku berjengit dan menatap Gustian kesal karena telah mengejutkannya.

"Ya udah.... Nanti kalau kamu mau tidur, kunci pintunya"

"Aku mau nginep dikosannya Choky, besok sekalian berangkat kuliah pagi, motor aku bawa" aku menatap Gustian sebal, lagi-lagi dia menginap dirumah temannya. Aku sebenarnya tidak masalah, tapi takut kalau dia terjerumus ke hal yang tidak-tidak.

"Tega banget, kakak ditinggal terus" keluhku.

"Lagi ada deadline tugas, besok-besok nggak lagi kok, udah sana" dia mendorongku keluar rumah dan Tian sudah menunggu didepan rumah.

"Jangan yang aneh-aneh ya, Yan. Selain kamu, kakak udah nggak punya siapa-siapa lagi" dia tersenyum dan memelukku singkat, mengecip pipiku, dan aku cukup terkejut atas perlakuannya, karena semenjak Gustian remaja, dia sudah tidak mau dicium lagi, oleh siapapun, bahkan mendiang orang tua kami.

"Kakak tenang aja, Tian nggak bakal aneh-aneh" aku menganguk dan menyusul Christian yang sudah masuk ke dalam mobilnya terlebih dahulu.

"Sorry nunggu lama" ujarku padanya, dia hanya tersenyum kecil dan mengangguk, "kok nggak ngabarin kalau mau jemput, untung gue belum berangkat"

"Gue tau aja, kalian kan para cewek kalau dandan lama, jadi kemungkinan lo belum berangkat" dia melirikku sebentar sebelum kembali focus pada jalanan yang padat, untung hanya padat, masih bisa bergerak walaupun sedikit-sedikit. "Tapi emang sepadan sih, lo cantik malam ini" bohong kalau aku tidak tersipu mendengar pujiannya, walau terdengar biasa saja, tidak ada unsur memuja, tapi aku tersanjung karena kejujurannya. Ya semoga dia jujur, bukan hanya basa-basi belaka.

"Thank you" aku tersenyum manis kearahnya.

"Biasa aja dong senyumnya, lama nggak dipuji cantik apa gimana?"

"Iya nih"

"Lo make up gini aja tiap hari, gue bakal muji lo cantik tiap hari juga" katanya sambil tertawa kecil, akupun ikut tertawa bersamanya.

"Nggak ah, ntar kalau gue nikah udah nggak pangling lagi"

"Emang mau nikah sama siapa?"

"Nanti sama yang mau"

"Gue mau, lo mau nikah sama gue?"

***

"Happy wedding Dion...." Aku memeluk singkat Dion dan beralih ke wanita yang sekarang berstatus sebagai istrinya. Rias dengan adat Jawa terlihat kental menghiasi selutih tubuhnya. Aku tidak tau seberapa berat sanggul yang Ria kenakan. "Happy Wedding, Ria... sabar-sabar ya ngadepin Dion yang rewel" kataku menggoda, Ria hanya tertawa kecil dan mengangguk juga berujar terimakasih.

Aku, Tian, Dion dan Vivi mengambil beberapa foto selfie hingga antrian semakin panjang dan aku yakin banyak yang berdecak dibelakang sana.

"Clara sama Widi belum dateng ya?" tanyaku pada Tian yang berjalan disampingku. Kami menuju prasmanan untuk melihat-lihat makanan apa yang bisa kami makan.

"Kayanya belum deh, Dewa juga belum kelihatan"

Tian sesekali menyentuh punggung bagian bawahku karena ramainya tamu undangan. Bahkan sesekali dia menggandeng tanganku dan berjalan didepanku. Aku menahan diriku sejak tadi, bahkan aku berusaha meredakan jantungku yang kebat-kebit tak karuan sejak kalimat gombalnya didalam mobil tadi, yang tidak ku tanggapi sama sekali.

Aku tidak tau yang Tian ucapkan adalah kalimat becandaan atau emang serius.

"Makan Somay?" aku melirik stand somay yang tergolong sepi, hanya beberapa orang yang mengantri disana, sementara makanan berat lainnya seperti kambing guling dan soto antriannya, beuhhh.... Bikin tambah lapar.

"Gue kesini sengaja nggak makan dulu, masa nggak makan yang berat-berat gitu?" tanyaku setengah berbisik kearahnya.

Dia menatapku sebentar dan mengangguk, menggandeng tanganku kearah stand soto yang antriannya tidak sepanjang kambing guling.

"Gue nggak tau kalau lo sebaik ini, bang" aku menggodanya, menempelkan tubuhku pada lengannya, dan tertawa kecil saat dia mendengus.

"Lo aja yang nggak sadar kalau gue baik!!!"

-------

Pasti ada yang udah gemezzz sama kelakuannya Tian.

Maaf karena kemarin sempet absen update.

Semoga kalian suka part ini.

With Love,
Bella

Hidden AgendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang