33. Tian & Meyka

8.3K 896 61
                                    

Happy Reading and Enjoy

Penerbangan untuk kembali ke Jakarta ada yang pukul 7 pagi, dan ada yang pukul 2 nanti siang. Aku beruntung penerbanganku dengan Meyka yang pukul 2 siang nanti.

"Meyka kemana? Kok nggak kelihatan?" Kiki, si cewek yang menjadi primadona selama disini bertanya.

"Iya, dikamar juga semalem nggak ada" sahut Tia yang menjadi teman sekamar Meyka.

"Tidur disebelah sama Clara, entar gue panggil" jawabku cepat. Saat ada yang mengetuk pintu kamarku tadi, aku segera keluar dan ikut sarapan bersama. Meyka masih tertidur dan semoga saja dia tidak tiba-tiba turun.

Dimeja makan ini, hanya tinggal 4 orang termasuk aku, yang lain sudah ke bandara untuk mengejar jadwal penerbangan mereka.

"Ohh... lo semalem sama dia kan? Sama Clara, Dewa juga. Kemana?" suara Kiki membuatku menatapnya, dia duduk tepat didepanku, hanya mengenakan tank top ungu hingga payudaranya terlihat hendak meloncat keluar.

"Minum deket-deket sini" jawabku singkat.

Aku dengan segera menyelesai sarapanku.

"Gue selesai, keatas duluan" aku tidak menunggu ada yang menjawab dan berlalu ke atas, untuk melihat Meyka apakah sudah bangun atau tidak.

"Nggak mau Berenang dulu, chill dulu lah kita, sebelum dikejar-kejar deadline" seru Hans.

"Ntar nyusul kalau mau" sahutku yang sudah ditengah-tengah anak tangga.

Aku segera masuk kedalam kamar dan kembali menguncinya, Meyka masih tidur dibalik selimut, dan aku tergoda untuk membangunkannya, mengajaknya main sekali lagi. Tapi, aku cukup tau diri, ini adalah yang pertama bagi Meyka.

"Mey, nggak mau bangun?" bisikku yang sudah berbaring dengan kepalaku yang mendindih perutnya dan kakiku menggantung ditepi ranjang.

"Hm...."

"Udah jam 7, Mey. Nggak mau bangun?" tanyaku sekali lagi, aku menoleh menatap wajah Meyka yang sedikit berantakan, rambutnya mencuat kemana-mana, tapi atu tetap menyukainya.

Ya, sepertinya aku mulai menyukainya. Calon istriku.

"Ntar" tersengar suaranya serak, Meyka sama sekali tidak bergerak atau membuka mata, "badan aku sakit semua" lanjutnya.

"Makanya, bangun. Trus mandi, berendam. Aku siapin air hangat" aku mendadak merasa bersalah sudah membuatnya seperti ini.

Semalam, kami bercinta gila-gilaan, mungkin sampai pukul 3 pagi.

"Udah Mey, bangun. Aku udah siapin air hangat buat kamu berendam" entah sejak kapan, panggilan kami berubah jadi aku-kamu.

Dia mengerjap pelan dan melenguh kecil.

Meyka POV

Aku mengerjap pelan dan melenguh kecil, cahaya matahari yang sudah cukup tinggi membuatku mengerang sekali lagi. Aku memutar tubuhku memunggungi jendela, tapi rasa sakit menjalar dibagian bawah tubuhku.

"Sakit, bang" keluhku, aku membuka kembali mataku dan menatap Tian yang sedang berdiri menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Makanya mandi, ayo... aku gendong" dia menyibak selimut yang ku kenakan dan dengan mudah mengangkat tubuhku.

"Thanks, bang. Airnya pas" aku tersenyum kecil kearahnya.

"Welcome, aku tinggal, kalau butuh apa-apa panggil aja" aku mengangguk dan dia berlalu keluar.

Air hangat yang Tian siapkan sangat pas, aku merasa aku seperti dipijat dan semua pegal ditubuhku perlahan mulai berkurang, termasuk sakit pada bagian intimku.

Aku memejamkan mataku, menikmati aroma bunga-bungaan yang diciptakan dari sabun yang dituangkan kedalam air. Otakku kembali mengingat kejadian semalam, setiap detail'nya terekam sempurna dikepalaku.

Aku tidak percaya ini akan terjadi, sex sebelum menikah? Ini bukan sesuatu yang ku bayangkan sebelumnya. Tapi aku tidak bisa melakukan apapun, semuanya sudah terjadi, menyesalpun percuma.

Lagipula, Tian bukanlah laki-laki brengsek seperti kebanyakan, aku tidak tau semalam adalah yang pertama baginya atau tidak, aku tidak peduli.

Ketika air mulai terasa dingin, aku beranjak dan membilas tubuhku, syukurlah aku bisa berjalan dengan baik walaupun sakitnya masih terasa. Aku hanya menemukan handuk didalam kamar mandi.

"Bang" panggilku dari dalam, aku tidak mungkin keluar dengan kondisi seperti ini. Sekalipun Tian sudah melihatku telanjang sepenuhnya, tapi tetap saja rasanya memalukan.

"Bang Tian" panggilku sekali lagi.

"Christian" kataku memastikan, baiklah. Mungkin laki-laki itu sudah tidak didalam kamar.

Aku membuka pintu dan mematung, Tian sedang tertidur diranjang yang berantakan, kakinya menggantung dibibir ranjang dan kedua tangannya dijadikan sebagai bantalan. Aku bergerak pelan mengambil dan mengenakan pakaianku semalam yang tergeletak dikursi kayu yang tidak jauh dari pintu kamar mandi.

"Aku kecewa kamu nggak telanjang" suara Tian mengejutkanku, aku langsung menyelesaikan kegiatanku dan tidak menoleh kearahnya sama sekali.

"Udah nggak sakit kan?"

Aku menggeleng kecil dan mengambil ikat rambutku yang tergeletak di lantai, lalu mengenakannya asal.

"Aku ke kamar dulu bang, mau ganti baju"

"Ntar dulu, anak-anak masih dibawah. Takutnya ada yang lihat kamu keluar dari sini, aku sih nggak papa, tapi kamu pasti nggak akan nyaman kalau mereka tau." Aku mengangguk dan duduk di kursi kayu tempat pakaianku tadi, phonselku ada dimeja sampingnya.

Mati.

Ku lupa men-charger phonselku sepertinya.

"Pinjem charger dong, bang" ujarku, dia menunjuk nakas. Aku segera bergerak dan sembari menunggu phonselku menyala, aku kembali berbaring diatas ranjang, Tian juga sama.

"Habis dari sini, kita urus semuanya" aku tidak mengerti apa yang dia katakan. "Surat-suratnya, trus izin ke adik kamu sama ngomong ke mama kalau kita akan menikah"

"Surat-surat apa?" tanyaku.

"Surat perjanjian, Meyka. Bahwa hutang kamu lunas setelah menikah denganku" aku menghela nafas lega, ku pikir Tian akan membuat perjanjian kontrak nikah.

Dikira kerja kali ah, pakai kontrak.

-------

Baru beberapa jam dan target vote juga komen udah tembus aja.

Yang mesum2 buat kapan2 lagi.
Kali ini yang santai2 dulu.

Semoga kalian suka part ini.

With Love,
Bella

Hidden AgendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang