40. Meyka & Tian

8.4K 870 34
                                    

Happy Reading and Enjoy.


1.5 Tahun Kemudian

Malam pergantian tahun kami habiskan disalah satu club malam di Jakarta yang cukup terkenal, sebenarnya para lelakilah yang merencanakan ini. Dan aku, Clara dan sekarang Ria juga Gia, pacarnya Dewa, hanya ikut sambil menikmati orange juice.

Mungkin sangat aneh, atau hanya aku yang aneh. Sejak usia pernikahanku dan Tian beranjak 5 bulan dan kami belum juga dikaruniai seorang anak, aku benar-benar menghindari alcohol, bahkan kopi. Itu saran dari dokter.

Aku hanya menghindari alcohol, sementara masih minum kopi sesekali, kalau sudah benar-benar ingin, atau kadang minum kopi milik Tian.

"Gila ya, lo berdua masih aja mesra walaupun kalian udah setahunan nikah" aku tersenyum kecil pada Clara, temanku yang satu ini berdecak iri melihatku bermesraan dengan Tian. Tangan kekar Tian merangkulku dan aku tanpa canggung menyender mesra padanya didepan teman-teman kami.

"Ya gimana" Tian menggedikkan bahunya sementara Clara kembali berdecak dengan bibir mengerucut tajam.

Teman-teman juga keluarga Tian tidak ada yang tau kalau kami memiliki hidden agenda dibalik pernikahan kami.

'Kontrak Nikah' kami bukanlah kontrak pernikahan yang seperti kalian baca dinovel-novel lain. Kontrak nikah kami berlaku seumur hidup, hanya ada perjanjian kecil yang bahkan sudah kami lupakan sejak berbulan-bulan yang lalu.

"Belum isi juga, Mey?"

Ah iya, bukan hanya aku yang minum orange juice malam ini, Ria juga. Karena dia hamil 2 bulan, masih belum kelihatan.

"Belum nih, tularin dong" aku berusaha terlihat baik-baik saja didepan semua orang, termasuk Tian. Padahal tidak, aku khawatir. Belakangan Mama Rita sedang gencar-gencarnya meminta cucu. Di setiap kesempatan, beliau pasti membahas bagaimana teman-temannya dan juga tetangga kami yang baru saja memiliki cucu kedua.

Tian selalu berusaha ada untukku, tapi jelas aku tidak menunjukkan kalau aku sedikit stress belakangan ini.

"Nge-sex aja sehari tiga kali"

"Dikira minum obat kali" decak Tian. Dia meremas bahuku pelan, aku membiarkan dia menyentuhku didepan teman-teman kami.

Malam semakin larut, beberapa diantara kami sudah mulai mabuk, tapi aku jelas melarang Tian mabuk, aku sedang malas mengurusnya. Apalagi kamu harus berkendara pulang ditengah macetnya jalanan. Aku tidak mau!

"Mau pulang?" bisiknya padaku.

Aku langsung mengangguk dan beranjak dari sofa yang tengah kami duduki dan pamit pada teman-teman kami yang masih bertahan.

"Gue juga balik deh" ujar Dion yang kasihan pada istrinya. Ria tampaknya sudah lelah dan mulai mengantuk.

Tian POV

Aku dan Meyka berpisah dengan Dion dan Ria, aku menggandeng tangan Meyka untuk naik ke kamar hotel yang sudah ku siapkan, malam ini aku ingin menghabiskan waktu berdua dengannya, hal yang beberapa hari ini hilang karena kami sibuk dengan pekerjaan akhir tahun yang seolah tidak ada habisnya.

"Eh... mau kemana?" tanya Meyka bingung. Dia sama sekali tidak tau rencanaku ini, bahkan kami tidak membawa apapun untuk persiapan menginap. Tapi siapa yang butuh? Kami hanya akan telanjang malam ini.

"Kita nginep disini, besok baru pulang" jawabku.

Aku juga tidak mau menghabiskan waktu bermacet-macet dijalanan yang pastinya sangat amat padat.

"Kita nggak bawa apa-apa loh, bang" katanya.

"Kita nggak perlu apa-apa, yang aku perlu adalah kehadiran kamu" gombalku, aku ingin sedikit mencairkan suasana. Sejak membahas masalah anak tadi, Meyka agak sedikit jadi diam, dia hanya menanggapiku atau teman-teman kami seperlunya.

"Gombal mulu, lagian kita belum boleh 'itu' loh, bang." 'Itu' yang dia maksud adalah bercinta.

"Mey, mau sampai kapan sih?" tanyaku yang agak jengkel. Sejak beberapa bulan lalu, Meyka jadi agak sedikit menyebalkan. Dia selalu menjadwalkan kapan kami harus bercinta dan tidak boleh melanggarnya. Targetnya adalah anak.

Meyka hanya diam dan mengikuti langkahku masuk kedalam kamar yang sudah ku pesan, lampu menyala terang dan aku langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan menangkan pikiranku.

Aku tidak ingin malam ini kami malah bertengkar karena hal yang sudah sering kami bahas di rumah.

"Mey, seriously?" decakku saat melihat Meyka yang sudah meringkuk diatas ranjang.

Dia menatapku dengan rasa bersalah, aku tidak peduli. Aku sudah kesal karena kelakuan Meyka.

"Bang, please, ngertiin aku" pintanya.

Aku menggeleng pelan, aku tidak mengerti kenapa dia harus menuruti hasil risetnya lewat google untuk tidak bercinta setiap hari, untuk menunggu spermaku matang dan setiap 3 hari adalah hari potensial agar kami segera memiliki anak. Atau yang lebih parahnya, Meyka pernah meminta kami hanya akan bercinta disetiap setelah dia menstruasi karena saat itulah saat-saat dia subur.

"Kita nikah bukan untuk ini, Mey!!!" sentakku keras. Aku menatapnya dengan frustasi.

"Kamu lupa kalau tujuan nikah kita itu untuk kasih mama kamu anak? Ya... selain supaya kamu nggak didesak buat nikah" aku menghela nafasku kasar.

"Ini udah setahun berlalu, Mey."

"Tapi mama kamu.... Mama kamu selalu desak aku, sekalipun nggak secara terang-terangan, tapi disetiap kesempatan beliau selalu tanya, dan aku nggak bisa jawab apa-apa. Kamu nggak ada diposisi aku, bang. Kamu nggak tau rasanya gimana" aku menyugar rambutku pelan. Suara isak tangisnya mulai terdengar memenuhi ruangan.

Aku tidak tega melihatnya seperti ini. Meyka tidak pernah mengeluhkan hal ini sebelumnya. Sekalipun aku tau kalau mama pernah menanyakan kenapa Meyka belum juga hamil, tapi aku tidak tau dia akan setertekan ini.

Aku bergerak kearah ranjang, memeluk Meyka dengan erat.

"I'm Sorry"


--------


Hai..... 2 hari aku nggak update, sorry. 

Aku sedang dalam posisi nggak nyaman banget, capek sama tugas kuliah, trus ada deadline, jadi aku memutuskan buat istirahat selama 2 hari kemarin, dan hari ini baru bisa update. 

Semoga kalian suka part ini. 

With Love,

Bella

Hidden AgendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang