Hadiah

4.4K 206 8
                                    

Arga dan Dika keluar kamar, bergabung dengan suami Greysa yang duduk di ruang tunggu sendirian sambil memainkan gawainya. Melihat Arga dan Dika berjalan ke arahnya, suami Greysa berdiri menyapa Arga dan Dika.
Dinda sudah banyak cerita pada Arga mengenai sosok suami Greysa. Serta kisah luarbiasa mereka berdua hingga bisa bersatu seperti sekarang. Mereka melewati ujian demi ujian dari Allah dengan keikhlasan hati, sosok sederhana itulah akhirnya yang Allah pilihkan untuk Greysa wanita dengan kecantikan yang nyaris sempurna, harta melimpah, dulunya memiliki karir cemerlang sebagai seorang artis sebelum hijrah. Ya, begitulah rahasia jodoh tidak bisa kita tebak dan siapa seseorang kelak akan berada disisi kita.

Tidak lama mereka bertiga sudah terlibat obrolan santai. Sedangkan di dalam Dinda kembali murung. Ekspresi Dinda terbaca jelas oleh Greysa dan mamanya membuat mereka berdua menaruh rasa simpati. Mereka pikir Dinda begitu karena merasakan sakit akibat luka di kepala dan tangannya. Atau karena Dinda harus izin kuliah untuk beberapa hari kedepan. Dinda senang berangkat ke Kampus bertemu teman-temannya, setelah pulang kuliah mereka sesekali hangout bareng. Dinda paling tidak betah berdiam diri. Dari kecil pribadinya yang ceria dan lincah membuat dia menjadi hiburan tersendiri bagi keluarganya. Anaknya tidak manja dan terkesan mandiri. Sebaliknya, waktu kanak-kanak Dika-lah yang lebih sering bergelayut manja pada mamanya. Membuat Dika dapat julukan anak mama dari Dinda.

"Sayang, tiduran aja, ya." Uli menyentuh bahu Dinda pelan.

"Capek Ma tiduran mulu," ujar Dinda menatap Greysa dan mamanya bergantian.

"Kamu ada masalah?" Uli bertanya karena feelingnya sebagai ibu melihat Dinda seperti memendam luka.
Yang ditanya hanya menunduk sambil memainkan ujung rambutnya.

"Dinda, benar apa kata Tante?" Tanya Greysa. Bagaimanapun mereka memiliki kedekatan sejak kecil. Dinda malah sudah seperti adik kandung bagi Greysa. Terlahir sebagai anak semata wayang membuat Greysa kesepian, beruntung dulu Dinda dan Dika sering main ke rumahnya bahkan sesekali menginap saat libur sekolah.

"Emm, itu ... Dinda bingung harus cerita dari mana." Akhirnya Dinda buka suara juga setelah menimbang apakah dia harus cerita atau memendamnya sendirian. Dengan cerita, Dinda berpikir akan mendapat solusi dan pencerahan dari mama dan Greysa.

Melihat keraguan Dinda, Uli meraih jemari lentik Dinda menggenggamnya. Wanita bak pinang dibelah dua dengan Mami Greysa itu memiliki sifat keibuan, anggun dan lembut. Dinda melihat tatapan mamanya semakin yakin untuk mengutarakan perasaannya.

"Begini ..." Dinda menggantung ucapannya. Matanya melihat ke arah pintu ingin memastikan tidak ada orang selain mereka bertiga di dalam ruangan.

Ia melanjutkan, "kemarin, Dinda engga sengaja nemuin buku milik Om Arga. Buku itu berisi tulisan mengenai perasaan Om Arga untuk Vanya. Karena emosi Dinda buru-buru keluar rumah dengan tujuan kantor minta penjelasan. Karena kurang hati-hati, akhirnya ... ketabrak." Dinda mengakhiri ceritanya dengan wajah merah menahan tangis.

Demi mendengar apa yang Dinda katakan barusan Uli terlihat syok, sedangkan Greysa tak berkedip sesaat. Mereka mengerti sekarang penyebab kenapa Dinda murung begitu.

"Mama, Kak Grey, Dinda engga suka kenyataan itu," lirih Dinda dengan mata berkaca-kaca.

"Sayang."

Uli meraih putrinya kedalam pelukannya. Uli tak kuasa menahan tangis merasakan apa yang Dinda rasakan. Dia tak menyangka Arga masih menyimpan rasa kepada mendiang istri cantiknya itu.

"Din, istifgar, ya. Tenangin dulu diri kamu." Tambah Greysa sambil mengusap punggung Dinda.

"Tapi Kak, saya engga suka. Saya juga engga rela, masa harus bersaing sama orang yang udah engga ada!" Seru Dinda dengan tatapan nanar ke arah Greysa.

Mahar Untuk AdindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang