Lisa keluar dari ruangan oprasi membuat Inna langsung berlari menghampirinya.
"Lisa bagaimana?" Tanya Inna, Lisa tersenyum lalu menatap semuanya secara bergantian.
"Oprasinya berhasil"
Inna langsung memeluk Lisa "terima kasih Lisa"
"Tidak bibi jangan berterima kasih padaku tapi pada sang pencipta dan pada bibi Sandara"
Sementara itu disatu sisi Jennie senang Hanbin sembuh tapi disisi lain dia harus kehilangan Sandara.
Leeya mendekat lalu memeluk kakaknya itu "jangan menangis mamah akan bersedih jika melihat kakak menangis, lagian mamah akan bahagia disana bersama papah kak" ucap gadis kecil itu
Mi sun memegangi pipi Haruto "maafkan nenek karna selama mamahmu hidup nenek selalu membuatnya kesusahan" ucap Mi sun sambil menangis. Dia benar benar merutuki dirinya sendiri yang selalu berharap agar Sandara mati.
Haruto hanya diam dia menahan isakan yang bisa meledak kapan saja.
Inna menghampiri Jennie lalu memeluknya "terima kasih karna kau sudah mengijinkan agar oprasi ini berjalan" Jennie membalas pelukan Inna.
"Mamah sendiri yang memutuskan ini bukan aku bibi" Ucap Jennie.
Inna menatap lekat mata Jennie "mulai sekarang jangan panggil aku bibi tapi, ibu" Jennie mengembangkan senyumnya lalu kembali memeluk Inna.
***
Jennie memeluk nisan mamahnya dia mengelus nisan itu "kau adalah mamah terhebat yang pernah ada didunia ini. Selama ini kau selalu menanggung beban sendirian kau selalu ingin hal baik terjadi pada putra putrimu. Terima kasih karna mamah telah memberikan hati mamah pada Hanbin. Aku janji akan menjaga Hanbin karna didalam tubuh Hanbin terdapat bagian tubuh mamah yang begitu penting. Aku juga janji akan menjaga Leeya dan Haru aku akan menjadi sosok ibu bagi mereka berdua. Dan nenek aku juga akan menjaganya seperti mamah menjaganya dulu. Meski saat itu nenek sangat membenci mamah. Aku pulang dulu ya mah aku akan sering berkunjung kesini. Sampai jumpa dan ya semoga mamah bertemu dengan papah disana" Jennie bangkit dari berdirinya dan melenggang pergi dari makam Sandara.
Haruto duduk ditaman rumah sakit setelah pemakaman Dara tadi sikapnya menjadi sangat pendiam dia sangat sering melamun.
Haruto menghapus air matanya "mamah hikss" namun air matanya tetap saja mengalir.
Tangis Haruto berhenti saat matanya menangkap dua sosok memakai baju putih berdiri dihadapannya.
"Jangan menangis sayang. Mamah sudah bertemu dengan papah dan jaga Leeya dan kakamu ya dan nenekmu juga karna kau adalah lelaki satu satunya" itu adalah arwah Sandara dan papahnya Haruto.
Keduanya tersenyum "mamah papah" lirih Haruto sambil tersenyum namun sedetik kemudian senyumnya memudar saat kedua sosok itu menghilang dari pandangannya.
Haruto menengkup wajahnya menahan isakannya karna bagaimanapun dia adalah seorang pria dia tak ingin orang orang menatapnya dengan tatapan iba.
Sebuah tangan putih bersih menyentuh bahunya Haruto menurunkan tangannya yang menengkup wajahnya.
"Em.. ini semua terjadi karna ku aku benar benar minta maaf" gadis dihadapannya menundukan kepalanya.
Haruto menghembuskan nafasnya panjang "ini bukan salahmu ini semua sudah takdir maha kuasa"
Jinna gadis itu mentap Haruto "terima kasih" ucapnya
"Hmm"
"Boleh aku meminta bantuanmu?" Tanya Haruto, dengan cepat Jinna mengangguk mengiyakan.
"Antarkan aku kekamar Hanbin"
"Baiklah" Jinna memegang pegangan kursi roda Haruto lalu mendorongnya menuju kamar rawat Hanbin.
Hanbin masih menutup matanya kemarin dia sempat membuka mata namun setelah itu dia tidur kembali karna pengaruh obat bius yang digunakan saat oprasi.
Mi sun, Inna dan Leeya mereka bertiga duduk didekat Hanbin yang berbaring dibrankar rumah sakit.
"Nenek, kapan Hanbin akan sadar?" Tanya Leeya sambil menadahkan wajahnya menatap Mi sun.
"Dia akan sadar mungkin sebentar lagi" ucap Mi sun.
Sret...
Pintu terbuka menampakan Haruto dan seorang gadis.
"Dia belum sadar juga?" Tanya Haruto.
"Lihat saja sendiri" ucap Leeya.
Haruto berdecak "tolong bawa aku mendekat kearah Bibi Inna" ucap Haruto pada Jinna, Jinna mengangguk.
"Bibi" Haruto meraih tangan Inna, refleks Inna mendongkakan kepalanya menatap Haruto.
"Aku yakin dia akan segera bangun bibi yang sabar ya" ucap Haruto sambil tersenyum, Inna memeluk Haruto.
"Kau masih kecil tapi pemikiranmu benar benar dewasa kau bahkan masih bisa tersenyum disaat hatimu sedang sangat terluka" ucap Inna sambil mengelus rambut Haruto.
"Tidak ada gunanya juga kan terlarut dalam kesedihan? Lagian ini semua sudah takdir semua yang hidup pasti akan mati" ucap Haruto bijak.
Jennie berdiri didepan pintu kamar inap Hanbin dia tak berani untuk masuk rasanya hatinya begitu nyilu saat melihat Hanbin entah apa sebabnya tapi dia belum sanggup melihat wajah Hanbin.
Jennie tersentak saat seseorang tiba tiba menepuk bahunya.
"Kenpa kau masih disini?" Tanya orang itu. Jennie hanya menatapnya dengan tatapan canggung. Kejadian tempo hari apa yang dia katakan pada pria dihadapannya membuatnya benar benar merasa bersalah.
"Aku.. aku belum sanggup melihat wajah Hanbin" ucap Jennie sedikir gugup, orang itu mengangguk faham.
"Jangan seperti ini. Mamahmu sudah rela memberikan hatinya pada Hanbin agar kau bahagia. Lalu sekarang apa? Kau malah tidak siap melihatnya. Ingat Jen ditubuh Hanbin itu terdapat bagian tubuh ibumu" jelas Bobby.
"Terima kasih atas nasihatnya dan maaf" Jennie menundukan kepalanya, Bobby memegang kedua bahu gadis itu.
"Untuk apa?" Tanyanya.
"Saat itu aku menolakmu secara mentah mentah"
"Tak apa, lagian sekarang aku juga sudah mencoba melupakanmu dan ya minggu depan adalah tunanganku dengan gadis pilihan ibu dan ayahku"
Jennie mentap Bobby dengan tatapn tak percaya dia mencubit pelan perut Bobby membuat si empu meringis.
"Kau jahat! Kenapa tak memberi tahuku jika akan bertunangan" Jennie mengerucutkan bibirnya.
"Maafkan aku. Jujur ini semua sangat mendadak"
"Aku tak akan mengijinkanmu tunangan sebelum aku melihat calonnya" ucap Jennie, Bobby tersenyum lalu mengangguk.
"Baiklah tuan putri, apa sekarang kau sudah siap menemui pangeran tidurmu?" Tanya Bobby sambil merangkul bahu Jennie, keduanya saling terekekeh.
"Siap tak siap aku pasti akan menemuinyakan?"
Kurang lebih 2 part lagi end ko

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You J [Tahap Revisi]
Fanfiction"Tidak, Jennie aku tidak mencintaimu" "Hanbin kau mencintaiku, kau sangat mencintaiku" Satu yang sangat Hanbin butuhkan dalam hidup, waktu. Iya waktu agar dia bisa lebih lama mencintai Jennie. Dan satu yang Jennie sesali bahwa dia tidak pernah mau m...