kelas sebelas

37 2 0
                                    


"tringg tringg tringg"

"Gi ayo bangun Gi, itu alaramnya udah bunyi tiga kali loh,"

"hoammm, iya Mi, " tak lama setelah itu terdengan bunyi korden kamar yang dibuka, saklar lampu yang menyala, dan pintu kamar mandi yang menutup.

****

Pagi yang cerah untuk mengawali hari senin di kota Jakarta, bulan ini merupakan  awal tahun ajaran baru, dan hari ini ialah hari pertama masuk sekolah setelah satu bulan penuh hari libur. Di tahun ajaran ini Gisel telah naik kelas 11 setelah sebelumnya menghabiskan satu tahun di kelas 10 IPA B.

Tahun lalu penuh drama sekali bagi seorang Gisel, dimulai dari hari pertama tahun ajaran barunya di SMA Merkurius high school atau biasa disebut SMETS yang termasuk SMA favorite, ia harus melakukan ritual sebagai siswa baru yaitu ospek, dan Gisel termasuk salah satu dari mereka yang membenci hal itu, berbeda dengan beberapa temannya yang malah menyukai tentang kegiatan ospek bahkan melakukan semua permintaan aneh-aneh dengan gembira mulai dari menyiapkan atribut dengan penuh niat dan semangat pejuang. Meskipun tidak menyukai ospek, Gisel tetap tidak mempunyai nyali yang radikal untuk sekedar membantah pengurus osis itu, dia tetap mengikuti semua aturan main meskipun dengan setengah hati, dan drama lainnya ialah kenyataan bahwa tidak ada satupun teman yang dia kenal untuk menjadi teman sekelas, Anak komplek rumahnya memang satu sekolah dengannya tapi semua tidak ada yang satu kelas alhasil dia harus sendiri dan memulai mencari teman baru lagi.

Jika dilihat dari sifat, Gisel mempunyai kepribadian yang fleksibel, sehingga dia bisa dengan mudah untuk memulai perkenalan dan menerima orang-orang baru dalam hidupnya. Untuk itu kenaikan kelas ini Gisel sudah menyiapkan dirinya jika harus menerima kenyataan masam lagi, seperti harus terpisah dari teman sekelasmya lagi mungkin, tetapi tetap saja ada rasa takut juga dalam dirinya tentang pengumuman pembagian kelas nanti.

"Gi kamu nanti bareng Ben apa sama abang?" itu teriakan Ratih- Mami Gisel dari dapur sambil mengoleskan nutella di roti sarapan Gisel.

"Kata Ben aku ikut sama dia aja, nanti dia kesini Mi," jawab Gisel sambil menuruni tangga dan mendudukkan diri di meja makan sambil meminum teh madu buatan Maminya. Iya, Gisel meminum teh madu bukannya susu coklat seperti remaja pada umumnya, itu karena dia mempunyai alergi terhadap susu.

"Kira-kira kamu nanti sekelas nggak ya sama si Ben? Atau kalau nggak gitu sama anak komplek?" tanya Rita sambil menyajikan roti coklat Gisel dan satu sandwich untuk abangnya.

Pertanyaan Rita hanya dibalas dengan angkatan bahu dari Gisel sambil memakan rotinya.

"Abang nanti dirumah jam berapa?" tanya Gisel pada abangnya- Genta.

"nggak pasti, soalnya abang mau anterin kak Bela dulu beli perlengkapan kuliah." jawab Genta
"Kamu lagi nggak ada jadwal photoshoot kan hari ini?" sambung Genta lagi.

Gisel menggeleng "Enggak kok bang, minggu depan baru ada, yaudah nanti kalau abang belum pulang aku ke rumah Beni aja deh ya , kan Mami nanti harus ke bandung juga."

"Iya, kamu main sama Ben aja, pokoknya harus tetap kabarin Mami  atau Papi,  sama abang biar kita nggak khawatir."  Gisel menjawab dengan anggukan patuh.

"Pagi semua," terdengar sapaan seseorang sambil melangkah ke ruang makan.

"Pagi Beni, mau sarapan dulu?" jawab Rita pada sapaan Beni. Beni adalah tetangga depan rumah Gisel yang juga merupakan teman kecil Gisel, maka tidak heran jika keluarga mereka sangat akrab.

Ben menggeleng sopan "nggak usah tante, Ben udah sarapan tadi." ucapnya sambil tersenyum.

"Ayo Ben," ucap Gisel sambil menandaskan teh madunya. Setelah itu dia beranjak untuk menyalami dan mencium pipi  Maminya serta abangnya untuk berpamitan.

Fin(d/e)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang