heartbeat

11 2 4
                                    

Saat sampai di kafetaria entah hanya perasaan Gisel saja atau memang benar adanya jika sekarang dirinya dan Bara menjadi pusat perhatian, sebenarnya tidak hanya di kafetaria saja, saat di koridor tadi juga banyak yang melihat mereka, ya bagaimana tidak dilihat itu pasti karena posisi meraka yang masih bergandengan.

Sebenarnya Gisel tidak suka dilihat seperti itu dia sudah beberapa kali bilang pada Bara untuk melepaskan tangannya tapi Bara malah tidak peduli dan meneruskan langkahnya.

"Duduk sini dulu gue mau pesen" ucap Bara sambil menarik salah satu kursi.

"lepas kek, betah amat." sindir Gisel, dan Bara hanya cengengesan

"lo juga seneng kan?" sahut Bara usil

"kata siapa?"

"Gue barusan."

"udah buruan pesen, gue mau lemon tea aja sama spageti keju sosis." elak Gisel dan Bara hanya tertawa jahil mendengarnya

"Siap." ucap Bara sambil berlalu

Selang beberapa menit, Bara datang bersama dengan nampan di tangannya.

"Bara?" sorang cewek terdengar menyapa Bara.

Gisel mendongak dan langsung mendapat tatapan dari Lia yang menyapa Bara tadi.

"apa?" jawab Bara

"lo Gisel kan?" ucap Lia beralih pada Gisel

Jelas saja Gisel mengenal Lia, karena dia dulu pernah di labrak oleh gadis ini saat SMP. Dulu temannya Lia yang bernama Metta pernah suka sama Beni lalu di tolak oleh Beni, dan sudah pasti Gisel kena damprat dari gengnya Lia gara-gara dia dekat dengan Beni, untung saja anak jidi gang membantunya waktu itu.

"iya, masih belom ganti nama." jawab Gisel pongah dan sukses mendapat plototan dari Lia.

"Lo sama Gisel?" Lia berganti pada Bara

"Bukan urusan lo. Bisa nggak lo pergi sekarang?" jawab Bara

Dengan wajah memerah karena kesal, Lia pun pergi.

"kenal Lia?" tanya Gisel

Bara mengangguk santai, "temennya dia mantan gue."

"siapa?"

Bara tersenyum jahil, "kepo banget anak kecil."

Gisel hanya mendengus sebal.

"Cemburunya jangan sekarang, siapin sabar yang banyak soalnya gebetan gue banyak." lanjut Bara dengan gaya tengilnya

Gisel mengernyit tak paham,"Hallo bapak, anda ngigo?" jawabnya

Bara tertawa lebar melihat wajah kesal Gisel

Dan Gisel mematung di tempatnya saat mendengar Bara tertawa, entah kenapa jantungnya malah berpacu, sebenarnya bukan hanya saat ini dia merasa demikian, tadi waktu di gandeng pun juga sama.

"gue mau nanya." ucap Bara

"ngomong mulu, makan kek."

"galak banget sih, jadi suka." ucap Bara sambil tertawa lagi

"ck nanya apaan?"

"Devan." ucap Bara

Gisel sedikit tersentak

"kenapa sih semuanya pada nanyain dia?" jawab Gisel

"lo gak suka sama dia kan?" lanjut Bara

"ga penting." jawab Gisel cuek sambil memakan spagetinya

"ya gapapa sih kalo lo suka, tapi gue usahain lo bakal suka sama gue doang." sahut Bara tengil sambil tertawa lagi

Gisel memutar bola matanya malas menanggapi ucapan Bara.

Fin(d/e)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang