Ps: Hati-hati Typo dan kata-kata kasar bertebaran. Btw, itu yang di mulmet cast Ayn guys. :)
Sore itu, setelah pulang dari kampus, Ayn berniat untuk segera masuk kedalam kamarnya, namun lagi-lagi panggilan dari salah satu penghuni rumah itu mengusik indra pendengaran Ayn, membuatnya menghela nafas. Ia benci mendengarnya karna hal itu mengagalkan rencana Ayn untuk segera mengistirahatkan hati dan fikirannya."Ayn, Papa mau bicara sama kamu. Papa tunggu kamu di ruang kerja Papa sekarang."
Ia berbalik sejenak, menghadap pada sosok pria itu, garis keriput sudah mulai terlihat disekitar matanya, harus Ayn akui pria yang ia sebut 'Papa' itu masih memiliki pesonanya sendiri, kadang hal itu yang membuatnya berfikir bahwa kemungkinan besar penyebab wanita sialan itu terpikat dengan Papanya.
"Gak" ia menjawab sekenanya tanpa emosi, tidak sedikitpun menaikan intonasi suaranya.
"Ayn, aku mohon sebentar saja" katanya memelas
Ayn melirik pria itu sejenak, antara ya dan tidak, namun pada akhirnya ia memilih menghela nafas panjang dan menganggukan kepala sebagai isyarat bahwa ia setuju dengan semua omong kosong yang nantinya akan dia dengar.
"sebenarnya mau apa lagi sih dia, kenapa hidup gue dirumah ini gak pernah tenang." ucap Ayn dalam hati.Dengan berat hati Ayn pun melangkahkan kakinya keruang kerja pria tersebut. Sesampainya disana, dia langsung mendaratkan bokongnya di kursi yang paling dekat dengan pintu masuk.
Setelah hampir 30 menit Ayn menunggu namun Papanya tak juga berbicara membuat Ayn menjadi jengah.
"Sebenarnya ada apa? Kalo gak ada yang mau di sampein aku pergi" ucap Ayn dan akan beranjak dari kursi.
Pak Lazuardi cepat-cepat menahan Ayn, "Tunggu nak. Aku akan bicara sekarang"
Ayn pun kembali duduk ditempatnya tadi. Dia hanya memberikan lirikan tanpa kata agar Papanya segera berbicara, karna dia sudah tidak nyaman dengan suasana didalam ruangan Papanya.
"Ayn..., Papa minta maaf. Papa tau kesalahan Papa sangat fatal, Tapi Papa benar-benar Khilaf saat itu."
Ayn yang awalnya enggan menjadi emosi setelah mendengar penuturan Papanya. "khilaf?! Dan apa anda sadar kalo ke khilafan anda itu sudah membuat Mama saya pergi ninggalin saya?"
"Papa tau nak, tapi apa kesalahan Papa benar-benar tidak bisa termaafkan" ungkap pak Lazuardi frustasi.
"Termaafkan...,?! mudah bagi anda berucap, tapi apa dengan berpegang pada kata khilaf itu Mama saya bisa balik lagi?" balas Ayn tetap berusaha menahan air mata yang hampir terjatuh.
Flashback
10 Tahun lalu...,Ayn kecil sedang bermain di halaman depan rumahnya saat dia mendengar teriakan marah Mamanya, dia yang awalnya ingin masuk mengurungkan niatnya saat mendengar apa yang dikatakan Mamanya.
"Jadi perempuan murahan itu istri kedua kamu mas, dan anak haram itu anak kamu? Anak kandung kamu?" Anna menekankan setiap kalimat yang ia ucapkan,
Pak Zardi hanya bisa diam saat Anna, Mama Ayn menggenggam bahkan menarik kedua kerah kemejanya.
"Anak itu hanya berbeda 3 tahun dengan Ayn? Bagaimana bisa dia anak kamu. Bilang kalo itu salah mas" Anna terlihat sangat frustasi, air mata sudah tak terbendung lagi.
"Maaf Ma, Papa Khilaf, dan tolong jangan sebut mereka seperti itu."
"Kamu membela dia mas?! Jadi bener semuanya. Dari awal kamu udah berkhianat, kamu bohongi aku bahkan kamu membohongi Ayn mas" Anna melepaskan genggaman tangannya dibaju Zardi, dan dia mengucapkan kalimat yang membuat Zardi terkejut bahkan Ayn kecil menangis karna dia cukup mengerti situasi itu.
"Kalo gitu, aku mau kita pisah mas, silahkan kamu pilih mereka dan tinggalkan aku dan Ayn"
"Nggak Ma, Papa gak akan mau pisah sama Mama tapi Papa juga gak bisa ninggalin mereka. Papa harus bertanggung jawab sama mereka"
"Justru karna itu mas, kalo kamu gak bisa ninggalin mereka, maka lepasin aku dan Ayn buat pergi dari hidup kamu. Jangan jadi lebih brengsek dari ini."
Ketika Zardi akan membalas. Tiba-tiba Ayn datang sambil menangis.
"Ma, Pa? Apa bener yang Ayn denger kalo Papa selingkuh?"Namun Zardi tidak bisa menjawab malah Anna yang mendekati Ayn dan menjawab.
"Iya sayang, Papa kamu berselingkuh, jadi ayo kita pergi dari hidup Papa kamu. Kamu mau kan ikut Mama? Sekarang kita siap-siap ya." Anna membelai rambut Ayn kecil dan mereka menuju kamar, Namun dicegah oleh Zardi.
"Enggak, gak ada yang boleh pergi, aku gak akan biarin siapapun pergi.
Ayn sayang kamu masuk kamar dulu ya. Papa mau bicara berdua dengan Mama kamu" titah Zardi. Ayn mengikuti perintah Papanya.
Setelahnya Ayn tidak mendengar lagi apa yang mereka bicarakan.***
Keesokan harinya Ayn melihat Papa dan Mamanya telah menunggu Ayn untuk sarapan bersama, namun Ayn dapat melihat suasana yang tercipta pagi itu tidak seperti biasanya. Udara disekitarnya terasa menyesakkan.
Mama dan Papanya hanya tersenyum dan berbicara seadanya. Keadaan itu masih berlanjut dihari berikutnya bahkan cara berpakaian Mamanya menjadi berubah, hingga suatu hari Ayn tidak sengaja melihat Mamanya dari celah pintu kamar Mamanya. Dia melihat Mamanya sedang menyayat tangannya menggunakan silet, Ayn tidak mampu berkata atau bergerak, yang dia lakukan hanya mematung di sana.
Setelah melakukan itu Mamanya mengobati dan menutupi lukanya sendiri dengan perban. Anna kembali menangisi nasib Rumah Tangganya. "Apa kamu tau mas, rasa sakit dari luka sayatan ini gak sebanding dengan luka atas perbuatan kamu ke aku."
Setelah mendengar penuturan Mamanya. Perlahan Ayn memutar badan dan berlari menuju kamarnya untuk mengurung diri. Diapun sakit mendengar penghianatan Papanya, melihat kesakitan mamanya. Dia hancur.
6 bulan dari kejadian itu, Papa Ayn mengatakan bahwa dia telah menikahi wanita itu secara resmi, hal itu semakin membuat Mama Ayn semakin terpuruk, ia sering mengurung diri dan melakukan selfharm terus menerus. Pernah Ayn diam-diam menyingkirkan alat yang digunakan Mamanya namun ternyata tidak berpengaruh. Keluarga hangat yang dulu Ayn punya perlahan mulai menghilang.
Lebih dari 1 tahun Mama Ayn melakukan selfharm dan akhirnya di vonis doker mengalami depresi berat, membuat Ayn juga ikut terpuruk dan tanpa sadar mulai mengalami depresi tapi Ayn mampu menyembunyikan itu dengan baik.
Puncaknya setelah hampir 2 tahun kejadian pertama Ayn melihat Mamanya melakukan selfharm, ketika semua tindakan yang Mama Anna lakukan berakhir pada terdapatnya luka yang menginfeksi, karna tidak sanggup menahan sakit hati dan tubuhnya, Mama Anna memilih memotong kedua nadi di pergelangan tangannya, dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Ayn semakin terluka, hancur dan semakin menutup diri. Hal inilah yang membuat Ayn sangat membenci Papa dan keluarga barunya.Flashback off
"Ayn, Papa mohon maafin Papa, Papa akan lakuin apapun buat kamu." Zardi mendekati Ayn dan memegang tangan Ayn namun segera ditepis oleh Ayn.
"Aku gak tau. Aku capek, permisi. " setelah itu Ayn berdiri dan pergi meninggalkan Papanya di ruangan itu sendiri dan mengurung dirinya dikamar.
TBC
*Woahh..., 1000 kata lebih, gak nyangka aku tuh. Gak yakin next bisa segini.
FBnya sengaja aku cepetin biar bisa jadi 1 chapter dan karna aku bingung mau buat dialog jadi FBnya banyak narasi hehe.
Mohon jika ada kritik dan saran dipersilahkan.
Sankyu..., :')-D.H.4.3.20-
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAL ME [HIATUS]
RandomWARNING: SLOW UPDATE hanya sebuah kisah dari seorang gadis yang berusaha menyembuhkan lukanya sendiri. Kesakitan, Penghianatan, Kebohongan dan kemunafikan. kisah tentang seorang Araliyn Hazel Alfarezt "aku benci hidupku, benci dengan mereka. Benci...