9. Curiga II

11 2 0
                                    

Ketika jam pelajaran sudah hampir selesai Ervin pamit keluar terlebih dahulu dengan alasan kebelet, begitu juga dengan Zakwan di kelasnya.

Mereka memutuskan untuk bertemu di dekat gudang fakultas mereka yang terletak di ujung lorong, hal itu memudahkan mereka agar tidak terlihat oleh orang lain.

Zakwan tiba lebih cepat di tempat mereka janjian, tidak lama setelahnya Ervin datang dan langsung menanyakan perihal apa sampai temannya ingin berbicara berdua.

"Oit Wan, kenapa sih lo ngajak ketemuan disini. Jangan bilang lo mau ngapa-ngapain gue ya?" Ervin menyilangkan kedua tangannya di depan dada, dan memberikan tatapan horor.

"Dih, najis gue. Sorry orientasi seksual gue masih normal, kecuali body lo udah bisa ngalahin cewek gue baru gue pertimbangin" Ervin dongkol dibuatnya, padahal ia ingin membicarakan hal yang serius, tapi temannya somplaknya itu malah merusak suasananya.

"Hahaha, selow elah. Jadi lo mau ngomong apaan?"

"Sebelumnya gue mau nanya sama lo, tadi pagi pas kita kumpul lo ngeliat gelagat aneh gak dari Mondy sama Clara?"

"Aneh gimana maksud lo?"

"Iya, gue nangkep ekspresi Mondy tuh kayak yang lagi ngerasa takut gitu."

"Oh, iya iya gue ngeh sama yang itu,mungkin emang tu anak lagi banyak masalah kali"

"Iya juga sih. Atau dia masih kefikiran sama fakta Ayn kemaren ya?"

"Bisa jadi sih Wan, ya udahlah mungkin bakal cerita dia nanti. Trus Clara kenapa?"

"Gue gak tau pasti cuma tatapan dia ke Ayn kayak yang gimana ya gue bilangnya tu, benci atau jijik gitu."

"Masa sih, kalo itu gue gak ngeliat sih jadi gue gak tau pasti. Mungkin cuma perasaan lo aja kali Wan" Ervin kepikiran tapi berusaha ia tutupi karna belum adanya bukti.

"Iya udahlah, kuy lah ngumpul sama anak-anak." Zakwan mengajak Ervin pergi dari sana.

***

Di kantin kampus, Mondy duduk di pojokan sedang melamun sambil memainkan minumannya dimeja. Ia penasaran siapa pengirim pesan itu, nomor pengirim juga tidak aktif. Yang dia lakukan adalah tetap menunggu agar si pengirim akan menghubungi dia lagi.

"Hei., Mon. Kok lo sendirian disini?"
Clara menepuk pundak Mondy dan mengagetkannya. Lalu ia duduk di samping Mondy.

Mondy yang awalnya kaget akhirnya merespon
"Gapapa, lagi banyak fikiran aja gue. Lagi bingung."

"lo ada masalah lagi Mon? Kalo lo gak keberatan cerita aja sama gue"

"Gapapa ko Cla" Mondy memberikan senyum simpulnya.

Clara meraih sebelah tangan Mondy yang terletak di atas meja dan menggenggamnya. "Mon, gue kenal lo udah lama, jauh sebelum lo kenal anak-anak yang lain, jadi lo bisa lebih percaya sama gue"

Mondy kembali memandang cewek di sampingnya dan menghela nafas sebelum menceritakan tentang si peneror itu, Clara tetap menyimak sampai akhir cerita.

"Mon kenapa gak lo coba cari tau aja kebenaran info itu. Apa bener Ayn gitu, biar lo gak penasaran lagi"

"Tapi gue ragu Cla, gimana kalo kebenaran itu nyata. Gue masih sayang sama dia" Mondy terlihat frustasi.

"Tapi daripada kayak gini, lo malah uring-uringan sendirikan"

"Hmm, Ya udah Cla gak usah di bahas, gue mau pulang ajalah. Lo masih mau disini?"

"Oh iya udah, lo duluan aja. Gue mau pesen Ojol dulu."

"Lo gak bawa mobil?" Mondy heran, karna gak biasanya Clara mau naik ojek online.

"Mobil gue abis nabrak pager rumah gue, jadi sekarang lagi di bengkel dan kepaksa deh naik ojol" Clara memberikan cengiran atas pengakuannya

"Pasti ceroboh lo kumat kan, ya udah lo ikut gue aja, toh rumah kita searah juga."

"Emng gak ngerepotin lo? Gue naik ojol ajalah gapapa kok sekali-kali gini"

"Nggak repot kok. Ayolah gapapa" Mondy mengukurkan tangannya

"Hmm, boleh deh kalo gitu" Clara menyambut tangan Mondy dan berdiri dari duduknya

Akhirnya mereka pulang bersama dan lupa kalo tangan mereka masih saling bergandengan. Tanpa mereka sadari pula saat mereka berjalan beriringan. Di belakang mereka Ervin dan Zakwan melihat mereka dari belakang dan saling berpandangan dengan ekspresi yang sulit terbaca.

***

Pria itu sedang duduk termenung di sebuah cafe sambil memandang sebuah foto dan data diri calon pasiennya, ia merasa sangat familiar dengan gadis di foto itu, ia yakin itu adalah gadis yang beberapa kali sempat bersapa dengannya. Meski jauh dari kesan baik tapi apa yang ia fikirnya ternyata benar, Apa yang terlihat beda dari gadis itu adalah karna ia memiliki masalah pada kejiwaanya. Meski ia tidak yakin 100% kebenarannya.

Tidak lama bel pintu masuk cafe berbunyi, ia yang biasanya tidak peduli dengan sekitar tanpa sadar mengangkat kepalanya dari tumpukan berkas tersebut, dan disana berdirilah gadis yang baru saja ia lihat fotonya. Gadis itu sedang bersama teman-temannya.

Pria itu terus memandang kearah mereka, meski ia tidak dapat menangkap apa yang mereka bicarakan tapi mereka terlihat memiliki sesuatu yang disembunyikan. Salahkan semua pendidikan dan jurusan psikologi yang ia dapat, karna hal itu banyak temannya yang menganggap ia seperti cenayang.

Fokusnya kembali ke arah satu gadis. Gadis dengan iris coklat bening, bibir merah alami dan hidung mancung serta kulit putih pucat bak porselen.

"Araliyn Hazel Alfarezt" gumamnya. "Nama yang cantik, bahkan karna kecantikannya tidak pernah ada yang menyadari kerapuhannya" pria itu terus berdialog sendiri.

Lalu pria itu mengeluarkan Hpnya dari saku jas, dan mendial sebuah nomor. Saat sambungannya dijawab oleh orang di seberang sana. Ia langsung berbicara to the point

"Hallo, pak Zardi. Maaf mengganggu waktu sibuk anda."

"Tidak apa dok, kalo boleh tau apa yang membuat dokter menghubungi saya?"

"Begini pak, kalo boleh saya ingin bertemu dengan putri anda dalam minggu ini. Apa bapak bisa mengusahakannya?"

"Tentu dok, nanti akan saya bicarakan dengan anak saya"

"Baik pak itu saja yang mau saya sampaikan. Terimakasih dan selamat sore"

Setelah sambungan terputus, ia menyempatkan untuk membidik kameranya ke arah Ayn, setelah mendapatkan apa yang ia inginkan. Segera ia memasukan benda pipih itu kesakunya dan berdiri untuk keluar dari cafe itu.

"Sampai jumpa lagi 'Mbak' Araliyn" ia mengeluarkan smirknya saat memikirkan betapa ia begitu penasaran dengan gadis itu.

Sedangkan Ayn merasa seperti ada hawa dingin di sekitar tengkuknya, ia mengelus leher bagian belakangnya. Dan membuat Raya yang berada disampingnya heran.

"lo kenapa?"

"Gapapa, cuma tiba-tiba ngerasa merinding aja"

"Ati-ati setan itu Yin" Zakwan mencoba menakuti.

"Iya, lo setannya Wan" Ervin menimpali kalimat Zakwan dan membuat Zakwan mendelik

Sedangkan yang lain tertawa karna berhasil menistakan Zakwan.

TBC

Wah, maaf typo masih mendominasi.

-D.H.25.3.20-

HEAL ME [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang