Setelah kejadian di kampus itu. Ayn kembali melangkahkan kakinya di sebuah tempat yang ia sebut 'rumah', tempat yang masih saja sama seperti yang bisa ia ingat, dingin dan begitu menyesakkan, namun setidaknya ada satu ruang yang menjadi satu-satunya tempat yang mampu membuatnya tenang ada dirumah dingin itu.Kamarnya.
Ia hanya ingin beristirahat sejenak, melupakan kejadian yang membuat hati dan fisiknya letih hari ini. Pun jika bisa melupakan mimpi buruk dan kenangan yang menghantuinya sejak dulu. Hingga dia tidak menghiraukan semua hiruk pikuk diruang tamu itu. Ayn mencoba melewati mereka yang sedang berada di ruang tamu. Ia mencoba menulikan indra pendengarannya namun ia gagal, setelah mendengar panggilan wanita itu dan membuat mood Ayn semakin hancur.
"Ayn kamu udah pulang nak? Sini gabung sama kita." Lita berdiri dan berjalan mendekati Ayn ia memperhatikan wajah Anak sambungnya itu.
Ketika sampai di depan Ayn, ia mencoba untuk menyentuh luka di pelipis Ayn. "Ya ampun nak, kening kamu kenapa?"
"Jangan sentuh dan jangan pura-pura baik sama saya. Saya gak butuh" Ayn menghindar dan segera melangkahkan kakinya ke kamar.
Hal itu tidak luput dari penglihatan Papanya namun Ayn sudah terlalu malas untuk membantah dan ia hanya menganggap suara Papanya itu tidak ada.
Bahkan panggilan berkali-kali dari Papanya tak iya gubris. Naura yang melihat itu hanya mampu terdiam.
"Makin kurang ajar itu anak, kamu sekali-sekali harus tegas Ma sama anak itu" Zardi mencoba menahan emosi. Dia khawatir dengan luka Ayn tapi perlakuannya tadi membuat Zardi emosi.
"Udah mas, sepertinya emamg suasana hati Ayn lagi buruk, karna tadi aku liat matanya juga sedikit sendu" Lita mengelus punggung tangan suaminya dari samping, ia mencoba menenangkan suaminya.
Naura yang diam dari tadi segera berdiri dan menuju dapur, ia berniat mengambil es batu untuk mengompres luka kakaknya, bagaimana pun ia tetap sedih dengan keadaan kakaknya yang terlihat kacau.
***
Tok... Tok... Tok...
"Kak Ayn, Naura masuk boleh gak"
Naura mengetuk pintu kamar Ayn namun tidak Ada sautan dari dalam. Naura tidak menyerah dan tetap mengetuk pintu Ayn."Kak, Nau bawa es batu ini, buat kompres luka kakak, sama bawa makanan juga. Izinin Nau masuk ya."
Karna kesal mendengar celotehan Naura, Ayn yang sedang memejamkan mata untuk menetralisir rasa sakitnya terpaksa harus membukakan pintu demi ketentraman batin dan telinganya.
"Apaan sih, ganggu orang aja lo." dia melihat baskom dan nampan yang di pegang Naura.
"Mau apa lo, bawa ginian segala. Lo fikir gue bakal seneng?" dengan nada ketus Ayn mencoba mengusir Naura, namun Naura seolah tak memusingkan itu semua karna dia sudah terbiasa dengan sikap kakaknya.
Dengan senyum ceria ia membalas ucapan kakaknya. "Nau mau bantu ngobatin luka kakak"
Ia mengangkat tinggi baskom itu. "Ini Nau bawa juga makanan siapa tau kakak laper dan belom makan"
"Udah deh mending lo pergi, gak usah peduliin gue. Gue gak butuh rasa kasian lo."
Setelah mengatakan itu, Ayn mencoba untuk menutup pintu kamarnya lagi, namun usahanya nihil karna Naura lebih cepat menahan pintu itu dengan menggunakan sebelah kakinya.
Ayn yang melihat itu hanya bisa menghela nafas dan pasrah. Ia membuka pintu kamarnya dan membiarkan pintunya tidak tertutup lalu melangkahkan kakinya ke sofa di kamarnya.
Ketika ia menyadari Naura tetap dipintu, ia sedikit berteriak. "Ngapain masih disana, buruan gue ngantuk mau tidur"
Naura yang mendengarnya jelas saja merasa bahagia karna bagaimana pun ini kali pertamanya ia menginjakkan kaki di daerah teritorial milik kakaknya. Ia melangkahkan kaki sambil tersenyum, matanya menjelajahi setiap sudut kamar kakaknya, kamar yang di dominasi warna biru dan coklat itu terlihat nyaman dan luas karna memang sejatinya tidak terlalu banyak barang seperti kamarnya yang penuh dengan boneka dan di dominasi warna pink dan putih. Lalu Naura akhirnya duduk di hadapan Ayn dan segera mengobati luka Ayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAL ME [HIATUS]
RandomWARNING: SLOW UPDATE hanya sebuah kisah dari seorang gadis yang berusaha menyembuhkan lukanya sendiri. Kesakitan, Penghianatan, Kebohongan dan kemunafikan. kisah tentang seorang Araliyn Hazel Alfarezt "aku benci hidupku, benci dengan mereka. Benci...