4. Teror

22 2 0
                                    

"Pagi sayang, tumben udah ke kampus pagi gini, ada jadwal ya?" tanya seorang pria saat melihat gadis pujaannya berjalan sendirian di koridor.

Pria dengan style rambut yang saat ini di cat berwarna pirang, dengan baju kemeja garis vertikal putih biru itu tersenyum memandang gadisnya sambil mensejajarkan langkah mereka.

"Hemg..," gadis itu tampak malas untuk menanggapi pria di sampingnya.

"Hahahaha, iya aku minta maaf Ayn sayang, beberapa waktu belakangan aku lagi sibuk banget"

Ya, gadis Itu adalah Ayn dan yang mengajaknya bicara adalah pacarnya Mondy. Lagi-lagi Ayn menanggapi dengan deheman.
Karna Mondy tau bahwa Ayn sedang marah. Ia berinisiatif untuk mengantarkan Ayn sampai di kelasnya.

Namun setibanya di kelas yang masih sepi itu ia melihat ke arah kursi tempat biasa dia duduk, terdapat sebuah kertas dengan tulisan menggunakan Spidol merah disana.

'Orang yang jiwanya keganggu kayak kamu harusnya dirumah sakit bukannya di kampus'

Ayn merasa geram, ia meremukkan kertas tersebut sedangkan Mondy hanya diam karna masih bingung dan sulit mencerna kata-kata di kertas tersebut.

"Yin, itu maksudnya gimana? Siapa yang sakit jiwa? Itu bukan kamu kan?" lanjut Mondy bertanya lagi. Ia penasaran kenapa kertas tersebut berada di atas meja kekasihnya, namun Ayn tidak sedikitpun menjawab.

Pandangan Ayn seketika terlihat kosong, tangannya menjadi tremor dan berkeringat. Panggilan dan pertanyaan dari Mondy tidak di dengar oleh Ayn, namun sebuah guncangan di bahu Ayn menyadarkannya dan ia segera menoleh ke orang yang melakukannya.

"Kamu kenapa? Kok kamu keliatam pucat? Kamu sakit?" Mondy bertanya sambil menangkup wajah Ayn dengan kedua tangannya.

Ayn jelas masih terlihat linglung dengan apa yang ia alami barusan tapi ia tetap menutupinya dengan senyum.

"Aku gapapa, Cuma bingung aja, orang yang buat pasti salah naro kertasnya"

Mondy jelas gak percaya dan ia bertekat untuk mencari tau yang sebenarnya.

"Ya udah kamu duduk aja bentar lagi pasti temen-temen kamu dateng. Aku mau ke kelas juga ini"

Ayn hanya memberikan anggukan kepala dan Mondy segera pergi dari kelas Ayn dengan senyuman penuh tanya yang coba ia tahan.

Diluar kelas Ayn, Mondy mengeluarkan Hp dari saku celananya dan mencoba untuk menghubungi salah satu orang yang dia percaya.

"Hallo, bisa kamu pastiin dan cari tahu sesuatu. Nanti datanya saya kirim kekamu"

"..."

"Ok saya tunggu secepatnya" setelah mengatakan itu Mondy memutuskan sambungan teleponnya, lalu ia melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.

***

Lain halnya di kelas, Ayn masih sibuk memikirkan siapa pengirim kertas itu. Hingga kedua sahabatnya datang tidak begitu Ayn hiraukan.

"siapa Yang tau tentang penyakit aku? kenapa dia tiba-tiba neror aku?"

Ayn terlihat frustasi, hingga sepanjang pelajaran tidak ada satupun yang masuk dan ia fahami.

Raya yang melihat Ayn seperti itu dari awal perkuliahan mencoba untuk berbicara pada Ayn ketika kelas terakhir mulai terlihat kosong.

"Yin lo kenapa, cerita ke kita?" Raya menggenggam tangan Ayn yang dirasa dingin.

"Yin, tangan lo dingin banget, lo sakit?" Raya terlihat khawatir, Clara yang di sampingnya pun meraba kening Ayn dan bagian lehernya.

"Ya ampun Yin, lo sakit? Badan lo panas, ayok kita ke klinik kampus."
Clara mencoba mengajak Ayn untuk segera beranjak dari tempat duduknya.

Namun Ayn hanya membalas dengan gelengan dan senyum lemah. Ia takut karna ada yang mengetahui kelemahannya. Ia bingung karna selama ini gak ada yang tau kalo dia punya penyakit itu.

Tiba-tiba Mondy datang ke kelas Ayn, dia mengahampiri ketiga sahabat itu setengah berlari saat melihat Raya dan Clara terlihat panik.

"Sayang, kamu makin kelihatan pucet, Ayo aku anter pulang."

"Gak perlu, aku bawa mobil ke sini"
Akhirnya setelah sekian lama Ayn diam, ia mengeluarkan satu kalimat itu. Ayn berdiri dan membereskan mejanya untuk segera pulang.

"Kalo gitu Gue duluan ya" dengan senyum lemah Ayn berjalan dan meninggalkan ketiga orang yang menatap punggung Ayn dengan beragam ekspresi.

Tanpa di sadari terdapat satu orang yang menarik sedikit ujung bibirnya setelah melihat reaksi Ayn.

"Wah, gak nyangka ternyata informasi yang gue dapet bener, sekarang lo bakal hancur Yin"

***

Ayn duduk di sebuah taman, dia bohong bilang kalo mau langsung pulang kerumahnya, karna nyatanya sekarang ia tengah duduk sendirian sambil melihat ke sebuah lapangan.

Namun meski raganya disana nyatanya fikiran dan jiwa Ayn sedang tidak di tempat. Ia terlalu larut dalam fikiran tentang kejadian pagi tadi, sampai ia tidak sadar sebuah bola kasti mengenai pelipis kanannya dan membuat Ayn tersadar dan mengaduh.

"Maaf mbak saya gak sengaja," teriakan seorang pria yang menghampiri Ayn sambil berlari.

"MBAK?! Heh emang gue keliatan kayak mbak-mbak apa?" Ayn berdiri sambil mengusap pelipisnya yang sakit. Ia mengeluarkan kaca dari tasnya.

"Liat nih mas, kepala saya jadi merah dan benjol" Ayn menunjuk pelipisnya ke pria yang baru saja sampai di depannya.

Pria dengan perawakan putih tinggi, mata sipit, Hidung mancung, Alis dan rambut yang kecoklatan meski sedikit gondrong itu menaikan sebelah Alisnya.

"Kamu panggil saya 'Mas'?" ia terkekeh mendengar panggilan itu untuknya.

"Iya, kenapa? Biar satu sama lah. Lo kan manggil gue Mbak tadi" Ayn terlihat sewot tidak mau kalah.

Kali ini ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan tawanya lagi. Ia merasa gadis itu sangat lucu. Dengan pipi yang di kembungkan dan mata yang menghilang akibat tarikan pipinya.

"Kok lo malah ketawa, bukannya minta maaf." Ayn terlihat makin kesal. "Sial, padahal ini cowok ok banget, sayang kelakuan minus"

"Lah saya tadi kan udah minta maaf, tapi kamunya malah gini, ya udah ayo saya obati" pria tersebut mencoba untuk menarik tangan Ayn namun segera di tepis Ayn.

"Gak usah pegang-pegang ya, bukan muhrim, bye" setelah mengatakan itu Ayn segera pergi meninggalkan taman dengan hati yang dongkol.

Di sisi lain Pria tersebut masih terkekeh sambil memandangi Ayn dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan.

"Cewek itu lucu, imut. Tapi kayak ada sesuatu yang aneh, entah kenapa gue ngerasa ada yang dia sembunyiin" dia terlihat penasaran dengan Ayn, ia terus memandangi tempat dimana Ayn menghilang hingga tepukan di pundaknya menyadarkan dia.

"Woi bro, Lama amat ngambil bolanya. Tuh cewek kenapa? Kayaknya marah banget sama lo?"
Temannya yang melihat kejadian tadi berspekulasi. Namun hanya di balas senyuman dari pria tersebut.

"Gapapa, ya udah balik ke lapangan lagi yuk, kasihan yang lain udah nunggu." Pria tersebut tersenyum dan mengajak temannya untuk kembali bermain.

TBC

CK..., hanya mampu segini guys,

Oklah bye bye.

-D.H.11.3.20-

HEAL ME [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang