Malam itu, seorang pria duduk di sebuah coffe shop dan menunggu seseorang untuk datang kesana. Tak berapa lama orang yang ia tunggu pun tiba dan duduk di kursi yang berada di hadapannya.
"Gimana?" Pria itu langsung to the point ia tidak ingin membuang waktunya sedikitpun.
Lawan bicaranya pun segera mengeluarkan sebuah ampop yang langsung diberikan ke pria tersebut agar segera dibuka.Ketika ia mengeluarkan isi dari amplop tersebut, betapa terkejutnya ia, kalo ternyata ibu dari kekasihnya mengidap depresi bahkan hingga berani melakukan tindakan bunuh diri.
Pria itu adalah Mondy, karna rasa penasarannya akibat insiden Ayn di kampus ia menyelidiki kenapa Ayn bisa mendapatkan teror tersebut, meski ia belum bisa menemukan si peneror tapi informasi ini cukup membuat Mondy terkejut.
Mondy beranggapan bahwa kemungkinan Ayn juga mengidap penyakit yang sama, apalagi setelah melihat ekspresi Ayn tempo hari.
Mondy segera memasukan kembali berkas itu kedalam amplop dan menyuruh orang suruhannya pergi meninggalkan dia sendirian."Makasih infonya, nanti sisa uang kamu saya transfer"
"Baik boss" setelah mengatakan itu orang suruhan Mondy pergi dari tempat itu.
Setelah kepergian orang suruhannya, Mondy mermenung, ia memikirkan kelanjutan hubungannya, ia menyayangi Ayn, bahkan sudah berencana untuk menikahi Ayn serelah mereka lulus kuliah. Tapi fakta ini menghancurkan impiannya.
Mondy takut, ia menjadi ragu. Ia tidak mau anaknya, keturunanya nanti juga mengidap depresi. Hatinya meminta ia tetap bertahan sedangkan logikanya meminta ia mengakhiri hubungan mereka. Mondy tampak terpukul dan tidak mampu berfikir dengan jernih. Hingga akhirnya ia memutuskan pulang
Di lain tempat, Clara, Raya, Zakwan dan Ervin, baru saja memasuki mall setelah pulang dari menjenguk Ayn,
Mereka berencana untuk membahas tentang Ayn. Namun saat mereka baru saja memasuki salah satu coffe shop, Zakwan melihat Mondy yang akan meninggalkan meja.
Hal ini tidak disia-siakan olehnya. Iapun memanggil Mondy.Mondy yang awalnya ingin pergi pun menoleh dan memcari sumber suara.
Ketika melihay teman-temannya, ia meminta mereka mendekat."Kalian baru pulang dari rumah Ayn?"
"Iya, lo kenapa gak ikut ketempat cewek lo?" Zakwan yang menyahut pertama kali dan disusul oleh Ervin
"Bener, kasian cewek lo. Dia pasti juga berharap lo dateng nyamperin dia"
"Gue tadi ada urusan, ini baru aja selesai."
"Urusan apa sih bro? Sampe buat muka lo kusut banget" Ervin yang pada dasarnya lebih peka dari mereka menyadari bahwa Mondy terlihat banyak fikiran.
"Bro kalo lo ada masalah cerita ke kita, dan jangan ampe lo lupa sama cewek lo. Kayak gue yang gak pernah ngelupain bebeb gue" seru Zakwan sambil menoleh dan menhgenggam tangan Raya.
Sedangkan yang lain hanya meringis dan memandang jijik pada Zakwan.Disini para cewek hanya menjadi pendengar saja hingga memberika pertanyaan kepada mereka.
"Ray, Cla. Gimana keadaan Ayn?"
"Ayn baik cuma masih lemes dan pucet. Selain itu dia udah bisa sedikit senyum" Raya menjawab tanpa melepaskan genggaman tangannya di Zakwan.
"Gue mau nanya sama kalian berdua dong. Kalian kan udah kenal sama Ayn lebih dulu, Ayn pernah cerita hal penting gak ke kalian?"
"Hal apa dulu, karna Ayn banyak cerita ke kita berdua. iya kan Ray" Raya yang ditanya hanya menganggukan kepala.
"Tentang dia atau masalalunya pernah?"

KAMU SEDANG MEMBACA
HEAL ME [HIATUS]
RandomWARNING: SLOW UPDATE hanya sebuah kisah dari seorang gadis yang berusaha menyembuhkan lukanya sendiri. Kesakitan, Penghianatan, Kebohongan dan kemunafikan. kisah tentang seorang Araliyn Hazel Alfarezt "aku benci hidupku, benci dengan mereka. Benci...