Ayn baru saja tiba dirumah sehabis bertemu teman-temannya, dan saat ini ia sedang duduk di ranjang kamarnya sambil bersandar di kepala ranjang, ia berencana untuk tidur namun sebuah ketukan mengintrupsi kegiatanya. Karna rasa lelah yang mendominasi, ia memutuskan untuk tak menghiraukan ketukan tersebut.
"Ayn ini Papa, bisa kita bicara sebentar?" ternyata itu Papanya yang mengetuk
"Masuk aja gak dikunci" karna malas ia hanya berteriak agar Papanya segera masuk.
Papanya pun memasuki kamar Ayn dan menutup pintu kembali dan mendekati Ayn duduk di sisi ranjang.
"Ayn, kamu baru pulang nak?" Zardi membuka pembicaraan dan pertanyaan itu hanya di balas deheman Ayn namun tetap beringsut duduk mendengarkan tujuan Papanya kemari.
"Ayn, Papa mau tanya. Apa benar kamu sering melakukan selfharm sejak mama Kamu pergi?"
Ayn terkejut mendengarnya namun segera ia ubah mimik wajahnya menjadi datar kembali. "Papa jangan sok tau"
"Papa pernah gak sengaja ngeliat kamu nak, bahkan Papa tau kamu nyimpan barang itu dimana"
Zardi berdiri dan berjalan kearah meja rias Ayn dan membuka lacinya.
Ia mengeluarkan cutter, kapas dan obat luka milik Ayn. "Benarkan nak, ini buktinya"Ayn yang tidak bisa mengelak hanya menghela nafas, lantas ia ikut berdiri dan menjauhkan barang miliknya dari jangkauan Zardi. "Terus mau Papa sekarang apa?"
"Ayo ikut Papa nak, Papa punya kenalan yang bisa bantu kamu"
Ayn yang mendengarnya tiba-tiba merasa pusing dan kesal. "Ini bukan urusan Papa, ini privasi aku Pa"
"Papa gak mau kamu kayak gini nak. Kamu anak Papa."
"Aku gak mau, cuma ini satu-satunya cara buat aku ngerasa deket sama mama"
"Nak, Papa minta maaf karna perbuatan Papa, kamu jadi gini. Tapi Papa gak akan biarin kamu kayak Mama mu, jadi ikut Papa ya nak."
"Aku gak mau Pa. Mending Papa keluar aja"
"Ayn, Papa mohon sama kamu. Setidaknya ikut dulu, setelahnya kalo kamu gak nyaman disana, Papa gak akan maksa" Zardi jelas terlihat frustasi menghadapi sikap keras kepala Ayn tapi dia juga tidak mau menyerah.
"Mending Papa keluar sekarang, jangan ikut campur hidup aku" Ayn menekankan setiap suku katanya.
"Ok, Papa keluar tapi tolong fikirin ini nak, dan jangan ngelakuin itu lagi" Papanya memilih mengalah dan keluar dari kamar Ayn.
Saat diluar Zardi segera menjauh dari kamar Ayn untuk menelfon dokter kenalannya itu.
"Hallo dok"
"Iya pak, kenapa?"
"Dokter saya sudah mencoba membujuk anak saya, tapi dia tidak mau dok. Saya takut jika saya semakin memaksanya akan berdampak buruk untuk dirinya"
"Baiklah pak, biar nanti saya fikirkan bagaimana caranya"
"Iya dok, saya serahin ke dokter bagaimanpun caranya akan saya dukung"
"Apapun? Baiklah Apapun seperti permintaan anda."
"Iya dok"
"Apa ada lagi pak yang bisa saya bantu?"
"Ah..,tidak dok itu saja. Terimakasih"
Sambungan telfon pun diputus dan Zardi melanjutkan jalannya menuju istri dan anak keduanya di ruang keluarga.***
Dilain pihak seorang dokter sedang duduk setelah menerima telfon dari salah satu keluarga pasiennya, entah kenapa selalu ada perasaan semangat ketika harus mengingat dan membahas tentang gadis itu. Ia begitu penasaran dan tertarik.
Dia memikirkan bagaimana caranya agar bisa bertemu gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAL ME [HIATUS]
RandomWARNING: SLOW UPDATE hanya sebuah kisah dari seorang gadis yang berusaha menyembuhkan lukanya sendiri. Kesakitan, Penghianatan, Kebohongan dan kemunafikan. kisah tentang seorang Araliyn Hazel Alfarezt "aku benci hidupku, benci dengan mereka. Benci...