8. Akward

16 2 0
                                        

Sepulang Mondy dari bertemu teman-temannya, ia segera melangkahkan kaki untuk segera membersihkan diri.
Setelah selesai ia menuju walk in closet dan memilih menggunakan celana boxer hitam dengan atasan kaos senada. Handuk masih bertengger di lehernya guna menghalau tetesan air dari rambutnya agar tidak mengenai baju yang baru ia pakai.

Ketika ia sedang mengeringkan rambutnya, suara getaran Hp miliknya mengalihkan atensinya. Terdapat sebuah pesan dari nomor tidak dikenal, iapun segera membukanya.

From: +62852XXX...
Aku tau semua fakta tentang Pacar tersayang kamu, yang bahkan orang kepercayaan kamu gak bisa dapetin.

Mondy mencoba mencerna isi pesan tersebut, setelah ia sadar akan maksud si pengirim serta rasa penasaran yang telah menggebu, ia segera mendial nomor itu untuk iya hubungi. Tapi terlambat, nomor itu sudah di nonaktifkan.

"Sekarang bagaimana dengan hubunganku dan Ayn" Ia bergumam frustasi dan bertambah bimbang, Mondy mengacak rambutnya asal dan akhirnya memilih merebahkan tubuhnya di ranjang King sizenya dan menutup mata dengan sebelah tangannya

***
Di lain tempat di sebuah rumah yang telah beralih fungsikan menjadi rumah singgah untuk mereka yang melakukan perawatan dibagian mental terdapat seorang pria berjas putih memegang sebuah map dan duduk di kursi kebesarannya.

Ia mengamati data diri seorang gadis, ia merasa mengenal gadis itu, ia mengamati sebuah foto yang diberikan oleh pria paruh baya di depannya, merasa mirip dengan seseorang yang ia kenal tapi ia lupa siapa dan dimana ia bertemu gadis itu.

Lambat laun ia memindahkan atensinya agar tidak terlalu larut dalam fikirannya dan memandang pria di depannya.

"Jadi apa tujuan Anda kesini tuan?"

Pria di depannya berdehem guna mengurangi rasa khawatir dan takut akan fakta yang akan ia ungkapkan.

"Dokter, Saya mempunyai satu orang anak, dia pendiam dan seakan sulit untuk tersentuh. Saya fikir semuanya tetap baik-baik saja, hingga suatu hari saya tidak sengaja melihat dia sedang melukai anggota tubuhnya. Saya ingin meminta bantuan dokter, tolong bantu selamatkan anak saya agar ia kembali normal. Saya gak mau kehilangan dia. Bagaimanapun sikapnya kepada saya dia tetap anak saya"

"Normal?" tanya dokter itu menaikan satu alisnya, ia merasa aneh ketika seorang ayah secara tidak langsung menyebut anaknya sendiri tidak normal.

Pria paruh baya itu terlihat gelagapan dengan peryataanya sendiri. "Bukan, maksud saya kembali seperti dulu menjadi anak yang bisa hidup seperti kebanyakan orang."

"Huh, Maaf pak. saya belum bisa memberi kepastian sebelum anda mengajaknya kemari, saya perlu mengobservasi kepribadiannya. Jadi, kapan anda akan mengajaknya kesini?"

"Bisa dok, nanti saya akan menghubungi dokter sesegera mungkin"

Lalu pria teraebut melangkahkan kakinya keluar dari bangunan itu, tanpa ia sadari ada seseorang yang tidak sngaja melihat mobil itu dan yang sedang mengikutinya.

****

Keesokan harinya, Ayn mulai terlihat memasuki koridor kampusnya. Ia memutuskan untuk kembali berkuliah, mengingat sudah hampir seminggu ia bolos dan ketinggalan mata kuliah.

Ayn memasuki kelas yang sudah di buka dan duduk di barisan nomor 2 dari belakang. Ia memasang earphone di kedua telinganya dan menyandarkan kepalanya di balik kedua tangan yang telah di posisikan diatas meja.

Ketika ia sudah hampir tertidur, tepukan di bahunya menyadarkan ia. Saat ia menoleh ternyata Raya dan Zakwan. Mereka tersenyum melihat salah satu teman mereka sudah masuk kuliah.

"Hey yo Ayn, gimana perasaan lo sekarang? Better sista?" Zakwan bertanya sambil mengelus kepala Ayn, memang dari semua teman Ayn, hanya Zakwan dan Raya yang telah berteman dengan Ayn jauh sebelum mereka berkuliah dan karna Zakwan yang notabene anak tunggal di keluarganya telah menganggap Ayn seperti adiknya sendiri.

"Seperti yang lo liat" Ayn memberikan senyum simpul

Raya yang di depannya hanya menatap Ayn sendu, karna ia sadar hidupnya dan Ayn yang jauh berbeda. Ayn yang sadar ditatap oleh Raya sedemikian rupa, menolehkan kepalanya ke arah Raya.

"Kenapa Ray?"

"Gapapa, gue seneng aja karna lo udah masuk kuliah lagi."

Gak begitu lama Clara masuk disusul oleh Mondy dan Ervin. Mereka yang melihat Raya dan Zakwan bersama Ayn mendekati mereka.

"Ayn, lo udah masuk? Gimana keadaan lo?" Ervin yang menyapa terlebih dulu.

"Hemm, baik."

"Syukur deh kalo lo udah baikan"

Sedangkan Clara dan Mondy hanya diam, jika Clara diam sambil tersenyum berbeda dengan Mondy yang melihat Ayn dengan tatapam yang sulit di artikan. Ayn yang hari ini sedang peka menyapa Mondy terlebih dahulu dengan senyum kecilnya.

"Mon?"

Mondy tersadar karna suara itu. Lalu dia membalas ucapan Ayn. "Hy, Sorry gue gak bisa jenguk lo kemaren"

Ayn yang menyadari perbedaan panggilan itu tertegun namun segera ia sembunyikan rasa terkejut itu secepat mungkin di gantikan dengan senyum palsunya.

Zakwan dan Ervin yang menyadari situasi Akward yang terjadi saling melempar tatapan dan berkomunikasi lewat tatapan mata untuk membuat situasinya segera mencair.

"Eh guys, mumpung kita udah lengap personilnya, gimana kalo kita hangout bareng, nonton atau nongkrong dimana gitu" Ervin memberikan saran

"Ide bagus Vin, gue setuju. Kamu mau kan sayang?" tanya Zakwan ke Raya dan hanya di balas anggukan dan senyum malu dari Raya.

Lalu tatapan mereka bertiga menuju tiga orang yang masih diam saat ini.

"lo pada gak mau kumpul bareng lagi? Kita udah lama gak hangout bareng loh." Raya bertanya ke 2 sahabat ceweknya

"Ok gue mau" Ayn akhirnya menyetujuinya, hitung-hitung ia butuh refreshing dari semua masalah yang akhir - akhir ini menghampirinya.

"Sorry gue gak bisa" "Gue gak ikut" jawab Mondy dan Clara serempak.
Namun jawaban dari Clara dan Mondy yang menolak berhasil menimbulkan pertanyaan di benak mereka namum berhasil mereka sembunyikan.

"Ya udah kalo gak bisa gapapa.mungin ada yang lebih penting daripada sekadar hangout bareng" tutur Zakwan menyindir.

Tapi tak di gubris oleh dua orang tersebut. Ayn yang memperhatikan Mondy sedari awal ia masuk merasa ada yang di sembunyikan Mondy darinya, begitupun dengan Clara yang terlihat tidak bersahabat, berbeda dari biasanya.

Karna merasa pembicaraan dan suasana sudah mulai berubah. Clara, Mondy dan Zakwan yang mendapatkan kelas tambahan bersama memutuskan untuk menuju kelasnya dan meninggalkan Raya dan Ervin yang saat ini satu kelas dengan Ayn.

"Ya udah guys, kita bertiga pamit, sampe ketemu pulang nanti" ia berdiri dan memutar tubuhnya untuk keluar kelas namun dilihatnya Mondy dan Clara yang ternyata sudah terlebih dahulu keluar tanpa berpamitan dengan Ayn dan lainnya.

Dia merasa penasaran dan berusaha untuk mencari tahu kenapa sikap mereka berubah. Ia mengeluarkan Hpnya dari saku dan mengetikan pesan untuk meminta bantuan sambil tetap melangkahkan kakinya keluar kelas ayn.

Drt... Drt.., Hp di tas Ervin bergetar dan saat dibuka ternyata pesan dari Zakwan.

From: BZakwan

Gue mau ngomong sesuatu dan butuh bantuan lo. Tapi rahasiain ini dari para cewek.

To: BZakwan
Ok

Ervin yang paham pun hanya membalasnya dan segera menyimpan kembali hpnya di saku celananya.

TBC

Sorry, feelny bener-bener ancur dan banyaknya typo yang bertebaran. :'(

-D.H.20.3.20-

HEAL ME [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang