Bab IV : Yang Pertama

56 19 0
                                    


Dua hari kemudian...

Kejadian yang terjadi di rumah Ajay membuat teman-teman Haris tidak lagi membahas kasus pembunuhan berantai tersebut. Haris sendiri memilih bungkam, ia tidak ingin ada lagi temannya yang hampir celaka karenanya. Beruntung masalah Rudi diatasi oleh paman Ajay yang tinggal tidak jauh dari rumah Ajay, tapi setelah kejadian itu pula selama dua hari ini Rudi tidak pernah muncul lagi di Coffe shop.

"Jangan terlalu dipikirkan," tegur Linda sambil mehidangkan secangkir kopi panas pada Haris.

Haris tersentak, wajahnya memerah menahan malu.

"Banyak yang tidak datang," katanya.

Linda mengangkat kedua bahunya,"Ajay dicegah kemana-mana setelah kejadian itu. Orang tuanya tahu dari pamannya."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Dayat yang cerita."

Apa hanya aku yang tidak tahu?

Haris sama sekali tidak tahu temannya tertimpa masalah, ia bahkan tidak tahu mereka masih saling berkomunikasi.

Apa ia yang salah duga?

"Santai saja," kata Linda menggantungkan celemeknya pada gantungan berwarna biru di dinding, "Mereka perlu waktu mencerna kejadian itu."

"Besok siang, aku akan menjenguk Rudi," kata Haris sambil menyesap kopinya seakan berusaha fokus pada pembicaraan mereka, tapi matanya tidak berhenti mengawasi Mase dan Dayat di pojok ruangan. Mereka tampak lusuh dan pucat. "Mau ikut?" tawarnya.

"Tidak... maksudku, besok senin dan aku ada jadwal berlatih dengan pelatih besok."

Haris menggeser bola matanya, beralih melihat Linda yang sudah siap pulang.

"Bagaimana kalau mengajak dia... hmmm... siapa namanya? Aku lupa," katanya nyengir sambil menatap Mase.

"Dia bahkan tidak menyapaku semenjak datang," jawab Haris lirih

"Cobalah bicara padanya," bisik Linda.

"Mau pulang?" Mase melambai dari pojok ruangan, "Biar ku antar."

"Ah, tidak. Aku bisa pesan ojek online," tolak Linda memberi tatapan mengejek pada Haris yang menanggapinya dengan wajah kusut.

Mase menyeberang ke meja panjang, "Sudah jam satu malam," katanya sama sekali tidak melirik Haris yang terus melihatnya. "Denganku saja, aku juga mau pulang."

"Mau ku antar... ah... aku... bisa mengikuti kalian di belakang... demi keamanan." Kata Haris tiba-tiba.

Linda diam, ia menunggu Mase yang menjawab tapi gadis itu seperti tidak mendengat tawaran Haris.

"Tidak akan terjadi apa-apa," kata Linda berkedip pada Haris yang lesu kemudian pergi bersama Mase.

Sekarang tinggal mereka berdua, Haris dan Dayat. Ayu sudah pergi untuk tidur, ia memaksakan karena akhir-akhir ini katanya ia sering kesulitan tidur. Lalu dua orang barista tetap di Coffe shop sudah pulang dari tadi. Haris mengangkat cangkirnya pada Dayat yang meresponnya dengan senyuman canggung.

***

Bruukk!

Rudi mengerang kesakitan karena gagal melakukan lay up shoot. Lutut kirinya membentur semen keras hingga meninggalkan memar di sana.

"B*ngs*t!" umpatnya.

Akhir-akhir ini ia merasa aneh, seperti biasa ia mengikuti latihan basket dengan timnya, tapi hampir tidak ada poin yang dicetaknya. Fahmi-temannya-menyarankan padanya untuk istirahat, orang itu tampak khawatir dan mengatakan jika ia terlalu lelah untuk bertanding.

Who's Next?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang