Bab V : Hilang

54 19 2
                                    

"Aku akan mengunjungi teman hari ini," kata Haris ketika Syien menatap kemeja putih dan celana chino hitam yang dikenakannya.

"Perempuan?"

Haris mengambil tempat duduk pada kursi tinggi di depan meja panjang, "Bukan." katanya

Syien tertawa sambil meletakkan cangkir porselen berisi kopi di depan Haris, "Kau sudah bicara dengan Ayu?" tanyanya berbalik, tapi kemudian berbalik lagi sambil menunjuk cangkir Haris, "Itu gratis."

Haris mengangkat tangan kanannya ke depan wajah Syien, memintanya menunggu karena ponselnya berdering. Ia melihat nomor Ajay dilayarnya dan segera mengangkat pada dering ketiga.

"Kau bertemu Rudi hari ini?" tanya Ajay, suaranya terdengar keras.

Haris melepask tangannya dari cangkir lalu memutar badan ke samping menghadap TV, "Belum... aku berencana mengunjunginya hari ini. Ada apa?"

Ia menduga Ajay akan langsung memutuskan panggilan setelah mendengar jawabannya, tapi diluar dugaan, Ajay tetap menahan panggilannya.

"Kau di mana?"

"Coffeshop Ayu."

Senyap.

Lalu Haris mendengar suara lain di sana, suara percakapan Ajay dengan seseorang yang ia tebak lebih tua.

"Tunggu di sana!" seru Ajay dan langsung mematikan panggilannya.

Sebenarnya ada apa?

Firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk telah terjadi, tapi apa? Ia tidak tahu. Syien yang berdiri di depannya memiringkan kepala untuk melihatnya. Tipe orang yang ingin tahu segalanya.

"Bisa kau panggilkan Ayu di atas?" pinta Haris, membuat alasan agar tidak perlu menjelaskan pada Syien.

Syien menurunkan teko kopi dari pegangannya, "Ah, tentu." katanya lalu berlalu.

Haris menunggu selama beberapa menit. Tangannya basah karena keringat dingin, ia tidak sabar menunggu Ajay di tempat ini. Kakinya mehentak-hentak di atas lantai keramik berwarna putih dan sesekali menendang meja di depannya.

"Pelangganku bisa kabur karena keributan yang kau buat." Ayu muncul tiba-tiba dari balik tirai yang menutupi tangga di belakangnya. Poni bob nya yang selalu tertata rapi sebelumnya, kini tampak saling tindih di dahinya. Haris melihat kantung matanya juga menebal dan sedikit berwarna kehitaman, pendeknya ia tampak kacau.

Haris menepuk kursi tinggi di sebelah kirinya, meminta Ayu mendekat padanya.

"Tentang Rudi?" tanya Ayu setelah duduk dan meminta secangkir kopi pada Syien yang mengekor di belakangnya. "Ajay menghubungiku lebih dulu. Aku yang memintanya langsung bertanya denganmu."

Eh?

"Orangtua Rudi menghubungi Ajay, bertanya perihal Rudi yang tidak ada di rumah pagi inin ketika mereka pulang," jelas Ayu tanpa minat, "Rumahnya masih dalam keadaan terkunci, dan hanya ada ponsel Rudi di atas meja ruang tamu."

"Jadi, dia menghilang?"

"Lebih tepatnya kabur." Ajay muncul dari belakang Ayu dan langsung menyeruput kopi Haris, sebuah pertanda jika ia sangat haus, " Ada chat dari Winda yang memintanya bertemu malam tadi, sekitar jam dua malam. Dan coba tebak? Winda juga menghilang sehari sebelum ia meminta Rudi bertemu, " katanya lagi sambil meletakkan cangkir kembali.

Haris melirik cangkirnya dan seketika menarik nafas ketika mendapatinya sudah tandas.

"Cuma masalah remaja yang jatuh cinta," kata ayu mendongkol, "Cinta buta."

Who's Next?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang