2017Sore harinya aku masih berada di rumah Vira. Kami bertiga, yakni aku, Vira, dan Viny duduk di ruang makan sambil menikmati sajian ayam dan kentang goreng yang dibawa oleh Vira setelah meng-order melalui jalur Drive Thru. Setelah bergelut dengan Viny barusan, tubuhku rasanya lelah sekali, yah hitung - hitung makanan ini untuk mengembalikan staminaku tadi.
Di sela sela makan, kami bertiga mengobrolkan sesuatu seperti pekerjaan, atau musik atau apapun yang berhubungan dengan kehidupan Jakarta. Aku dan Vira sih sudah akrab sejak dulu jadi ngobrol apapun nyambung, nah yang aku bingung, aku dan Viny baru kenal beberapa jam dan kami sudah sangat akrab. Kami bertiga sudah seperti kawan lama yang dipertemukan kembali di meja makan dan membicarakan tentang apa saja.
Setelah selesai makan, aku pun memutuskan untuk membereskan alat - alat fotografiku. Sedangkan mereka berdua berganti baju di kamar Vira. Setelah beres - beres perlengkapan memotret dan mengemasnya ke dalam tas, aku melihat - lihat ke sekeliling ruangan tersebut guna mengecek siapa tau ada yg ketinggalan. Ketika aku berbalik badan, Aku menubruk sesuatu yang tak lain tak bukan adalah Viny, kita berdua terpental ke belakang, namun sama sama bisa menyeimbangkan diri dan kembali berdiri.
"Apaan dah berdiri di belakang gitu, bikin kaget aja." Kataku sambil membetulkan posisi tas yang melorot dari gendongan akibat tubrukan barusan.
Viny sekarang memakai kemeja tipis merah muda motif garis garis dengan lengan yang dilipat. dia memakai rok jeans setengah paha, berwarna biru muda. Rambutnya terkucir kuda.
"Hei....." Viny tersenyum.
"Hmmmm...?" Aku bingung.
"Makasih ya buat hari ini...." Kata Viny tersipu malu, pipinya memerah.
Pandangan matanya liar melihat ke bawah, ke kanan, dan ke kiri.
"Hehe iya sama sama, makasih juga ya." Aku tersenyum kikuk, salting. Akhirnya hanya bisa garuk - garuk kepala. Tiba tiba...
Grepp...
Viny memelukku...
Ada apa ini?
Viny merangkulkan kedua tangannya ke belakang leherku. Erat sekali. Detak jantungku perlahan lahan mempercepat temponya, alirah darahku makin deras. Lantaran Viny memiliki tinggi badan yang tak jauh dariku, alhasil aku ngga perlu menundukkan badan untuk menerima pelukan nya. Pipi kita bersentuhan. Dia sekali mengecupkan bibirnya di pipi kananku. Dada kami pun menempel, sehingga aku dengan jelas dapat merasakan detak jantung Viny yang semakin cepat. Mungkin ia juga dapat merasakan detak jantungku.
Aku bingung dengan situasi ini. Sensasi seperti ini lagi - lagi muncul kembali setelah sekian lama, sensasi dimana aku merasa dicintai oleh seseorang. Sensasi yang membahagiakan. Tetapi apakah Viny ada perasaan juga kepadaku? Atau ini hanya perasaanku saja? Ah masa bodo. Aku ngga mau menyia - nyia kan momen ini. Tanganku mulai bergerak merangkul punggung Viny. Aku memeluk erat sampai sampai seluruh tubuh bagian depan kami bersentuhan. Aku menghirup aroma tubuh Viny dalam - dalam, aroma yang suatu saat akan kurindukan. Aku menciumi lehernya beberapa kali, setelah itu aku menopangkan daguku di bahu nya.
"Cukup Vin pelukannya, ngga enak kalo Vira tau."
"Eh iya bener juga."
Kami berdua pun melepas pelukan, dan saling tatap beberapa saat.
"Eh iya gw udah pernah bilang belom sih?" Aku bertanya ke Viny.
"Bilang apa?"
"Bilang... kalo senyum Viny itu manis banget, hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terimakasih ya Viny, hehe
Fanfiction18+ Kisah pemuda yang tidak sengaja menemukan gadis yang bahkan tidak pernah ia impikan sebelumnya... =================== Apabila ada kesamaan nama dan tempat, mohon dimaklumi, cerita ini hanyalah rekayasa =================== Cerita ini adalah cerit...