Part 7

5.4K 47 9
                                    


2017

Matahari mulai merambatkan sinarnya ke bumi, cahayanya masuk melalui celah celah jendela yang lupa aku tutup hordeng nya semalam, cahaya cahaya yang berhasil lolos masuk ke dalam rumah itu kini berpendar di kelopak mataku yang tertutup, sehingga aku merasa silau dan terganggu, akhirnya akupun terbangun dari tidurku. Terdengar suara dengkuran halus, dan aroma harum. Aku membuka mata perlahan lahan. Aku kaget dan membuka mata lebar lebar. Di depanku terdapat sebuah kepala yang tak lain tak bukan adalah kepala Viny yang sedang tertidur pulas, dia menggunakan lengan kiriku sebagai bantal. Aku baru menyadari bahwa tangan kananku merangkul tubuh Viny, dan telapak tangan kananku digenggam olehnya didepan dadanya.

Aku dan Viny dalam posisi tidur miring menghadap kiri, dia berada di depanku, membelakangi atau memunggungiku, berbantalkan lengan kiriku. Aku mendongak ke atas, aku baru menyadari bahwa aku dan Viny tertidur di atas matras.

Pikiranku belum kembali seutuhnya, nyawaku masih separuh. Pokoknya kondisi ketika manusia belum sadar seutuhnya setelah bangun tidur. Aku masih belum menyadari banyak hal disitu. Kepalaku juga masih pusing. Setelah beberapa detik akal sehatku perlahan lahan muncul ke permukaan setelah aku berusaha melawan rasa pusing.

Haaahhh?? Kenapa Viny tidur di pelukanku? Padahal semalem dia tidur di atas kasur. Dadaku menempel ke punggungnya, dan hidungku menempel ke ubun ubun nya, itulah sebab kenapa aku menghirup aroma shampo. Aku masih mendengar suara dengkuran halus Viny.
Aku mengangkat kepalaku sehingga aku bisa menengok wajah Viny yang sedang tertidur, matanya terpejam damai, mulutnya terbuka sedikit mengakibatkan ia mendengkur. Dan lucunya, dia ngiler di tanganku. Aku tertawa.

Badanku sedikit bergetar saat tertawa barusan, membuat Viny sedikit terganggu tidurnya, dan kemudian ia mengubah posisi , dengan membalik tubuhnya sehingga Viny dan aku kini tiduran dalam posisi berhadapan. Aku sekarang dapat melihat wajahnya dengan jelas.

Entah kenapa, aku mulai posesiv terhadap Viny. Padahal aku bukan siapa siapa, kenal saja baru sehari. Obsesiku makin besar ke Viny. Aku harus memilikinya seutuhnya. Dari dalam maupun luar. Ah sial, melihat wajahnya saja membuatku merasa yakin bahwa dia akan jadi milikku.

Tangan kananku sekarang bergerak menyentuh pipinya. Bibirnya yang terbuka itu sangat menggemaskan, kemudian aku mencium bibirnya secara perlahan. Hmmmm...

Kepala Viny bergetar, mulutnya bergerak dan matanya terbuka perlahan. Aku melepas ciuman itu. Viny menatapku bingung dengan matanya yang masih mengantuk. Kelopak matanya belum terbuka seutuhnya, pupil matanya masih berusaha beradaptasi dengan intesitas cahaya ruangan.

"Iiihhh ganggu orang tidur aja..." Kata Viny dengan suara manjanya.

Wajahnya nampak kesal, alis mengernyit dan bibirnya manyun. Ia kembali menutup matanya dan melanjutkan tidurnya.

"Kebo banget sih...."

Aku pun menutup hidungnya beberapa detik, tangannya mendorong dadaku menjauh.

"Iiihhhh..... masih ngantukk...." Kata Viny dengan wajah kesal.

Tiba tiba aku merasakan sensasi semut merambat ke tangan kiriku, arggghh tanganku kesemutan...

"Vin, tangan gw kesemutan nih aduhh...." Aku pun menarik tangan kiriku yang sedari tadi dipakai Viny untuk bantalan kepalanya.

Kini kepalanya kutaruh di atas lantai. Aku mengibas ngibaskan lenganku berusaha menghilangkan nyeri karna kesemutan. Merasa tidak nyaman karna bantalnya hilang, dia pun melawan kantuknya, dan mulai membuka matanya perlahan.

"Lu ngapain tidur di bawah, sempit tau..." Protesku.

"Kasur lo keras..." Kata Viny

"Yeh bego, matras lantai kan lebih keras..."

Terimakasih ya Viny, heheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang