Beberapa minggu Setelah Kepergian jeongin. Mereka masih terus mendapat teror entah dari siapa, mereka selalu mengabaikannya dan mereka saling tak bertegur sapa jika bertemu.
Minho berdiri di atas bangku rooftop yang sudah rusak. Rooftop yg masih di tutup membuat nya sedikit mengeluarkan tenaganya untuk masuk.
"Dongpyo, jeongin jangan lo ambil. Gue sama siapa nanti?, lo udah ninggalin gue sekarang lo ngajak jeongin. Lo mau gue depresi apa?!"
Minho berteriak sendiri sambil melihat tempat kejadian meninggalnya sahabatnya. Dongpyo, yang dirahasiakan semua orang.
"Pyo, gue harusnya marah sama lo. Tapi gue gak bisa, salah gue apa Pyo?. Kalian ninggalin gue sendiri, gue benci sama kalian. Kalian gak mau ketemu gue lagi?!"
"Kak Minho"
"Kak"
"Sstt, gue gak denger" kata Minho sambil menutup kedua telinganya.
"Kak, ini kita"
Felix menatap dirinya dicermin, dia sendiri bingung mau berbuat apa. Dia memilih tidak masuk sekolah hari ini setelah operasi gagal ginjalnya.
Dia mengangkat bajunya memperlihatkan tubuh nya yang mulai terlihat lemah dan ada jahitan di perutnya.
"Makasih ya. Yang jeongin"
Han bersiul sambil memakan permen gagang miliknya. Dia berjalan melewati koridor yang cukup sepi
Ting-!
Notifikasi itu selalu muncul membuatnya juga terganggu. Teman temannya pasti juga membencinya.
Brak-!
Han menyipitkan matanya, mempertajam pandangannya. Ia melihat seseorang dengan nafas terengah engah.
"Daniel?! Lo kenapa?!" Han langsung mendekatinya. Keadaan orang itu cukup buruk karna dia tak memakai seragam sekolah dan wajahnya pucat dengan bekas luka sayatan di wajahnya.
"T-tolong gue! Chang-changbin mau bunuh gue!! To-long!"
Han langsung membelalakan mata tidak percaya. Dia langsung membawa daniel ke uks dan menunggunya di obati.
'Kerja lo bagus, robot changbin.'
Hyunjin menatap buku tulisnya yang sudah berantakan dengan coretan di kertasnya
"-Chang-changbin mau bunuh gue!! To-long"
Hyunjin menutup bukunya. Keluar dari ruang musik dan memperhatikan han yang tersenyum tipis disana.
"Changbin? Gak mungkin"
Changbin tengah membaca pesan dari peneror yang menyuruhnya datang ke gudang di lantai 1. Dia sebenarnya enggan ke sana akan tetapi ada perasaan yang tidak enak jika dia tidak ke sana.
Dia memperhatikan pintu gudang yang tertutup sempurna. Mencoba membuka pintu perlahan, ia melihat seseorang yang diikat di kursi dengan mulut yang ditutupi lakban.
"Lo siapa? Lo kenapa?" Tanya changbin, yang belum mengenali wajah orang di hadapannya. Changbin membuka lem pada mulut orang itu
"Pe-pergi! Lo mau bunuh gue! Lo pergi sekarang! Gue gak mau mati!"
"Tenang gue bukan pembunuh"
"Gak! Lo pembunuh! Lo yang iris tangan gue! Lo yang bekap gue!" Kata daniel sambil menggerakkan tubuhnya
"Ha? Gue bukan pembunuh!"
"Lo yang udah bunuh jeongin!" Teriak daniel membuat changbin terdiam.
"G-gue? Gak! Gue ada di rumah waktu itu!"
"Gue tau semua! Lo sama yang lain mau bunuh hyunjin kan?!"
"Apa maksud Lo?!"
"LO PELAKUNYA! SEO CHANGBIN!"
Brak-!
Changbin menendang kursi yang diduduki daniel hingga dia terjatuh ke samping. Changbin segera melepas ikatan tangannya.
"Gue gak tau kenapa Lo nuduh gue! Tapi gue ngerti perasaan lo! Sekarang Lo pergi! Gue akan gantiin Lo!"
Tanpa pikir panjang daniel segera berlari ke luar gudang sekuat tenaga. Changbin tersenyum miris, kenapa nasib terus memperlakukannya seperti ini?
"Semoga dengan ini. Kalian gak ikut gue"
Changbin mengingat tangannya di kursi dengan kuat. Dia sudah pasrah sendiri dengan keadaannya, dia ingin melindungi teman temannya
"Maafin gue hyunjin"
Cklek
"Bin lo ngapain disini?"
Seungmin tengah membaca buku di dalam kelas nya sendirian. Lebih baik dia melampiaskan amarahnya dengan mengerjakan tugas, pikirnya
Tak lama hyunjin datang dengan terburu buru. Ia menuju tas woojin yang biasa ada di meja Felix. Hyunjin terlihat tengah membuka tas woojin dengan terburu-buru
"Jin, lo ngapain?"
"I-ini! I-itu tas woojin a-ada-"
Tatapan elang Seungmin menuju tas woojin. Terlihat sebuah pistol dengan pelurunya yang diletakkan secara acak.
"Lo nuduh kak woojin?"
Bangchan tengah duduk duduk manis di pinggir lapangan basket outdoor. Terlintas di pikiran nya untuk membuka notif dari peneror itu.
Akhirnya dia memutuskan untuk membuka roomchat dari peneror setelah bergelut dengan dirinya sendiri.
'Lihatlah ke atas.'
Seperti sihir Bangchan langsung mendongak ke atas. Cahaya matahari menyilaukan matanya. Tak lama ada siluet tubuh orang yang akan jatuh, dia segera bangkit dan pergi dari sana menghindari tubuh orang itu.
Bruk-!
Darah berceceran dimana mana. Seorang murid terjatuh dari Rooftop, Bangchan menyipitkan matanya menebak siapa yang terjatuh
"HAN!!"
Berita kematian han terdengar hingga ke telinga Felix. Dia menatap nanar lokasi kejadian di dalam tv.
"Gue sembuh, kalian pergi. Mau nya apa dah?!"
"2 mati, 5 lagi"
"Minho lo ngapain disini?"
Tanya han dengan santai sambil memasuki Rooftop dengan tenang.
"Minho?"
Minho menatap nya dengan tatapan yang berbeda dari biasanya. Minho mendekati tubuh han, han langsung bergerak mundur ke belakang hingga punggung nya menyentuh pembatas Rooftop
"Gue akan lakuin sesuai rencana"
"Bye Han"
'Bruk-!'
"HAN!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ωiƒi | sτrαyкi∂s
Mystery / Thriller❝ yσυ cσททєcτє∂, yσυ ℓσsє ❞ Teror yang terjadi akibat menyambung wifi itu menghantui kami. Since: Start => {13.03.20} End => {-}