04.

13 3 0
                                    


Changbin membuka matanya perlahan. Rasa perih dan sakit menjalar ke tubuhnya, dia berusaha menggerakkan tubuhnya. Sudah lebih dari tiga hari dia berada di gudang ini, bahkan ia rasa waktunya tidak akan lama lagi.

Cklek-

Pintu terbuka dengan penuh. Ini hari libur mungkin peneror itu ingin bermain dengannya, tapi Changbin sama sekali tidak takut.

"Seo Changbin"

"Gak mau kabur lo?"

"Cepet jin. Bunuh gue aja"

"Sori gue gak mau" kata hyunjin sambil mengeluarkan pisau lipat dari saku jaket nya






Hyunjin membuka matanya perlahan. Dia merasa tubuhnya seperti tertimpa batu besar yang membuat kepalanya semakin berputar

"C-changbin! Dia masih disana?. Gue harus tolong dia, pelakunya gila!"

Hyunjin berusaha melepas ikatan di tangannya. Ia menatap lurus kedepan pintu rooftop sekolahnya. Ada yang membuka pintu itu

Cklek

"Changbin?! Lo gak papa? Bantu gue bin! Tolong!"

Changbin mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya. Wajahnya pucat disertai dengan serangainya membuat hyunjin bergidik ngeri

"Sori jin. Changbin yang satu ini gak akan sebaik itu"









"Gak! Lo bukan changbin!"


'Duak-!'

Orang yang mengaku sebagai robot Changbin itu di tendang hyunjin hingga kepalanya terbentur pintu masuk rooftop. Changbin kehilangan kesadaran nya sehingga hyunjin berusaha membuka ikatan pada tangannya.


"Hyunjin, gue akan bantu lo"

"Han?! Lo kok-?"

"Kalau dia sadar gue gak bisa bantu. Bodoh" kata arwah han mendekatkan dirinya ke ikatan tangan hyunjin.

Hyunjin segera berlari tanpa berbicara sedikit pun pada arwah han yang membantu nya.

'Itu bukan han, itu proyektor'










"Min, menurut lo siapa pelaku nya?" Tanya woojin yang masih membaca buku komiknya.

Seungmin menoleh sedikit, kemudian ia tersenyum. Senyumnya sangat manis tapi menurut woojin itu senyuman misterius dari seorang Seungmin.













"Pelakunya ada tiga orang kak,"





















"Salah satunya orang tertua diantara kita"

















Felix menatap gedung sekolahnya kosong, sudah 5 hari dia tidak masuk kesana. Tak lama Felix menyipitkan matanya mempertajam tatapan matanya.





"Minho ngapain?"




















"Kak!"

"Kak Minho!"

Minho berhenti di hadapan kedua arwah sahabat kecilnya kesal. Kenapa mereka tak henti hentinya mengganggu nya.

"Mau kalian apa sih?!"

"Kak, kakak jangan kesana"

"Gue tau pelakunya jeong! Gue mau laporin mereka ke polisi! Gue gak mau ngeliat salah satu dari kita mati lagi!"

"Kak, kalo kakak kesana mereka akan ngambil alih diri kakak yang lain" kata jeongin menatap sendu minho



"Iya kak, kakak gak usah peduli mereka. Diri kakak yang harus kakak utamain" kata dongpyo diikuti anggukan dari jeongin

"Sori, gue gak bisa jeong-"




"Hai kak Minho, Jeongin!"











"Han?"









"Kak, dia gak liat dongpyo"





























Bangchan berjalan lesu, dia masih shock dengan kejadian yang menimpanya. Bahkan wifi itu masih menyambung di handphone nya, padahal rumahnya jauh dengan sekolah

Bangchan menatap dirinya di cermin panjang miliknya di kamar, tak lama bayangan orang lain muncul di dalam cermin

"Kak! Tolong kak Minho! "















"Dongpyo?"

ωiƒi | sτrαyкi∂sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang